#53 : TSALAATSATUN WA KHAMSUUNA

7.3K 439 21
                                    

#53

Ilaihi marji'ukum jamii'aa, wa'dallohi haqqoo, innahuu yabda'ul-kholqo summa yu'iiduhuu liyajziyallaziina aamanuu wa 'amilush-shoolihaati bil-qisth, wallaziina kafaruu lahum syaroobum min hamiimiw wa 'azaabun aliimum bimaa kaanuu yakfuruun.

"Hanya kepada-Nya kamu semua akan kembali. Itu merupakan janji Allah yang benar dan pasti. Sesungguhnya Dialah yang memulai penciptaan makhluk kemudian mengulanginya (menghidupkannya kembali setelah berbangkit), agar Dia memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dengan adil. Sedangkan untuk orang-orang kafir (disediakan) minuman air yang mendidih dan siksaan yang pedih karena kekafiran mereka."

(QS. Yunus 10: Ayat 4)

TSALAATSATUN WA KHAMSUNA :

Jatuh cintalah pada pasanganmu setiap saat.

KEKASIH UNTIL JANNAH.

53. Wujud Cinta.

Mata Shafiyah tidak pernah lepas dari sosok Rafardhan sedikitpun yang saat ini sedang membereskan baju-baju mungil, baju calon anaknya. Soal dede bayi, Rafardhan memang begitu cekatan. Dari pagi Rafardhan mencuci pakaian dede bayi sampai nyetrika dia kerjakan sendiri. Katanya, Rafardhan ingin belajar menjadi seorang Ayah dan suami yang baik dan bisa diandalkan. "Selain ganteng, aku juga pinter dalam urusan beginian kan, bidadari?" tanyanya saat memasukkan pakaian dede bayi ke dalam lemari yang sudah mereka siapkan. "Alhamdulillah aku." Pujinya kepada diri sendiri.

"Terus aja muji diri sendiri."

"Loh, emang kenyataannya kayak gitu, kok. Lagian, supaya dede bayinya nanti ganteng kayak aku."

"Ih, harus kayak aku lah, aku kan Ibunya. Aku yang lahirin dia."

"Iya tapi kan kamu cantik, bidadari. Nggak ganteng. Anak kita itu laki-laki, ya kegantengannya pasti dari aku lah. Iya kan, Nak? Gantengnya kayak ayah ya, Nak?" tanya Rafardhan pada dede bayi yang masih berada di dalam perut Shafiyah.

"Tapi teledornya ayah, jailnya ayah jangan diikutin ya, Nak. Bikin kesel." Shafiyah mengelus-elus perutnya.

"Kalau nggak kayak aku nggak seru dong, nggak ada yang bisa diajak kompromi bikin bidadari kesel."

"Maunya...." Shafiyah mencubit pipi Rafardhan sedikit keras. Semenjak usia kehamilannya 7 bulan, Rafardhan sering membuat Shafiyah kesal. Entah itu dari sikap teledornya, jailnya, atau lupanya. Tapi sekesal-kesalnya Shafiyah terhadap Rafardhan, Shafiyah tidak bisa marah lama-lama atau mendiamkan suaminya itu. Rafardhan pun ketika dimarahi atau diomeli oleh Shafiyah hanya bisa diam lalu minta maaf.

Shafiyah menatap lekat Rafardhan, merekam wajahnya dengan seksama meski dari samping. "Mas, kalau misalkan anak kita hadir ke bumi tapi aku malah pergi dari bumi, tolong jaga anak kita baik-baik, ya?" Permintaan Shafiyah yang aneh itu membuat Rafardhan berhenti sejenak dari pekerjaanya. Hening, Rafardhan tidak menjawab iya atas pemintaan Shafiyah dan malah melanjutkan pekerjaannya lagi. Sudah pasti Rafardhan tidak suka dengan obrolan Shafiyah yang aneh itu. "Maaaasss ihhh!"

"Aku nggak mau jawab kalau pertanyaan kamu aneh kayak gitu," Rafardhan mendelik kesal.

"Aneh gimana Mas? Kan aku nanya buat masa depan anak kita."

Menutup pintu lemari sambil menghembuskan napas kesal, lantas melihat Shafiyah. "Aku yakin bidadari dan anak kita akan baik-baik aja. Kita akan ngurus anak kita berdua sampai anak kita punya anak lagi, dan cucu kita punya cucu lagi. Pokoknya kita akan barengan terus sampai kita berubah menjadi kakek-nenek."

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang