#42 : ISTNAINI WA 'ARBA'UUNA

6.3K 400 13
                                    

#42

Wasi'a robbuna kulla syai'in 'ilmaa, 'alallohi tawakkalnaa.

"Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Hanya kepada Allah kami bertawakal."

(QS. Al-A'raf 7: Ayat 89)

ISTNAINI WA 'ARBA'UUNA:

Yang jelas, kita tidak sama-sama bahagia dengan kondisi sekarang ini.

KEKASIH UNTIL JANNAH.

42. Isi Hati Rafardhan.

"Laa haula wa laa quwwata illa billaah.. Laa haula wa laa quwwata illa billaah.."

Sekiranya kalimat itulah yang selalu Shafiyah ucapkan. Shafiyah tahu bahwasanya tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Ini hanyalah luka-liku rumah tangga, kesalah fahaman yang masih bisa diperbaiki. Entah ujian atau cobaan, Shafiyah tidak tahu. Yang jelas, dibalik masalah ini pasti ada hikmahnya yang dapat diambil sebagai pembelajaran agar hidup menjadi lebih baik lagi untuk ke depannya.

Ujian ataupun cobaan namanya, yang Shafiyah harap hanyalah cinta serta ridha Allah. Jika dengan ini Allah semakin mencintainya, Shafiyah berusaha ikhlas dan sabar dengan bantuan Allah. Shafiyah berusaha sekeras mungkin untuk selalu berhusnudzon kepada Allah. Masalah ini ada untuk mereka lebih mengenal satu sama lain, masalah ini ada untuk mereka belajar bersabar dan Allah menghapuskan dosa-dosa mereka. Rasanya ingin cepat-cepat selesai saja dengan masalah ini, Shafiyah sudah tidak tahan. Tapi mungkin Allah sedang ingin menambah pahala dan menggugurkan dosa-dosa mereka yang lain.

Genap hitungan ke seratus, Shafiyah menghembuskan napas dalam, bersender pada tembok yang penuh dengan coretan dan warna luntur. Melirik ponsel, Shafiyah berharap ada balasan pesan dari suaminya. Bahkan ketika Shafiyah meminta izin keluar untuk membeli makanan pun Rafardhan tidak menjawabnya. Selalu berusaha untuk menjelaskan, tapi respon Rafardhan begitu malas menjadi pendengar. Padahal dulu Rafardhan selalu menjadi pendengar yang baik ketika Shafiyah curhat soal bisnisnya, lalu Rafardhan juga pasti akan memberi saran.

Shafiyah mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan. Tidak ada sesuatu apapun. Kosong. Ia hanya bisa mengontrak di rumah kecil seperti ini karena uangnya hanya cukup membayar rumah kos ini. Shafiyah lupa tidak membawa uang banyak. Bisa saja Shafiyah pergi ke kosan Avita, namun Shafiyah tidak ingin jika orang lain tahu rumah tangganya sedang retak. Ah, lagi pula, ini sementara. Tidak lama lagi Rafardhan akan menjemputnya pulang, dan setelah itu rumah tangga mereka utuh kembali. Ya, Shafiyah yakini itu dalam hati.

Pintu terdengar diketuk saat Shafiyah sedang menatap tembok dengan pandangan kosong. Shafiyah beranjak, siapa tahu tetangga kosannya. Begitu Shafiyah menarik pintu, Shafiyah terhenyak kaget saat mendapati suaminya sedang berdiri dengan tangan yang membawa rantang.

"Mas?" Senyum Shafiyah mengembang. Dengan segera Shafiyah menyalami tangan Rafardhan. Perasaan Shafiyah benar-benar bahagia waktu itu sampai lupa dengan keadaan yang sedang terjadi saking senangnya bertemu dengan suami.

Rafardhan tersenyum terpaksa selama beberapa detik, seolah tidak mau tersenyum lama-lama kepadanya. "Aku cuma mau nganterin ini," Rafardhan menyodorkan rantangnya. "Makanan buat kamu, jangan lupa di makan."

Shafiyah merasa terjatuh dari ketinggian saat mendengar nada bicara dan raut wajah Rafardhan yang cuek bebek. Senyuman Shafiyah pun mengendur, hatinya serasa dipukul godam.

"Masuk dulu, Mas.." pinta Shafiyah untuk kembali menjelaskan kepada Rafardhan bahwa dugaannya itu tidak seperti yang dia lihat.

"Enggak, aku harus ke kantor lagi, banyak kerjaan." Rafardhan menyimpan rantang itu di teras karena tidak ada meja ataupun kursi sama sekali, lantas melengos ingin pergi. Namun dengan cepat Shafiyah memegang tangan Rafardhan, menatapnya dengan tatapan memohon untuk mendengarkan.

Kekasih Until JannahHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin