#54 : ARBA'ATUN WA KHAMSUUNA

7.3K 417 23
                                    

#54

Wa ka'ayyim min aayatin fis-samaawaati wal-ardhi yamurruuna 'alaihaa wa hum 'an-haa mu'ridhuun.

"Dan berapa banyak tanda-tanda (kebesaran Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, namun mereka berpaling darinya."

(QS. Yusuf 12: Ayat 105)

ARBA'ATUN WA KHAMSUUNA:

Seseorang yang mencintaimu karena Allah, ia pasti akan menerima lebih dan bagusmu serta memperbaiki kurang dan burukmu.

KEKASIH UNTIL JANNAH.

54. Sikap Asli Rafardhan.

"Sayang, baju tidur aku yang biasa dimana?" tanya Rafardhan dengan tangan yang memilah-milah baju diantara tumpukan baju di lemarinya. Rafardhan mempunyai baju tidur favorit menurutnya pribadi. Bukan baju tidur seperti orang-orang, melainkan kaus polos berwarna putih. Baju itu merupakan baju favorit Rafardhan untuk dipakai tidur.

Shafiyah yang saat itu sedang memberikan asi kepada Ilham hanya bisa menunjuknya. "Ada di situ, tadi baru di setrika sama bibi."

"Dimana? Nggak ada sayang," protes Rafardhan sambil terus mencari.

"Pasti ada, Mas. Dibagian atas coba nyarinya jangan ke bawah-bawah." Tidak ada respon dari Rafardhan meski tangannya masih terlihat sedang mencari. "Ada nggak?"

"Nggak ada bidadari," jawabnya masih dengan keadaan mencari.

"Ya udah lah, pake aja baju yang ada,"

"Oh iya ini ada." Rafardhan langsung memakainya lantas duduk dihadapan Shafiyah yang sedang menggendong Ilham dan memberi Ilham asi.

"Maaf ya Mas aku enggak bisa nyiapin kebutuhan Mas." Shafiyah merasa bersalah. Biasanya Shafiyah yang selalu menyiapkan kebutuhan Rafardhan sehingga Rafardhan hanya tinggal pakai saja. Berbeda dengan kali ini karena Ilham sedari tadi rewel, tidak mau dilepas dari gendongannya. Baru saja Ilham tidur.

"Iya, nggak papa bidadari. Bidadari kan harus ngurus anak aku, pastinya lebih repot. Aku mau gendong Ilham dong," Setelah Ilham berada dipangkuannya, Rafardhan menciumi Ilham. Rafardhan terlihat begitu sayang. "Eh lupa. Ibunya belum dicium," ujarnya, lalu mengecup kedua pipi dan kening Shafiyah dengan lembut. Shafiyah tersipu. Mungkin itu kebiasaan Rafardhan. Sebelum mencium Ilham, Rafardhan pasti akan mencium seorang perempuan yang sudah berjuang mengeluarkan Ilham.

"Ham, cepet gede dong. Nanti Abi ajarin Ilham adzan sama baca Al-Qur'an biar bisa jadi anak yang shalih."

"Pokoknya yang ngajarin Ilham surah Al-Fatihah sama surah-surah pendek harus aku!"

"Aku aja, bidadari."

"Iiihhh aku, Mas. Mas ngajarin surah-surah yang lain aja. Mas kan hafidz." Shafiyah menaik-turunkan alisnya sebelah.

"Harus aku ya yang ngalah?"

"Iya masa harus perempuan?"

"Iya oke.. Aku yang ngalah." Shafiyah tersenyum senang.

Mata Shafiyah secara tidak sengaja melihat handuk yang masih menggantung di pintu lemari. Shafiyah menghembuskan napas. Kebiasaan Rafardhan memang tidak pernah hilang. "Tuh kan, pasti jadi kebiasaan. Handuk tuh kalau udah dipake simpen lagi ke tempatnya." Shafiyah berdiri, membereskan ulah Rafardhan. Sementara Rafardhan hanya menampakkan giginya, cengengasan, sambil berkata, 'Hehehe... Maaf sayang, lupa.' Bukan lupa. Rafardhan memang kebiasaan seperti itu.

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang