#68 : TSAMAANIYATUN WA SITTUNA

5.9K 356 32
                                    

#68

Qulid'ulloha awid'ur-rohmaan, ayyam maa tad'uu fa lahul-asmaaa'ul-husnaa.

"Katakanlah (Muhammad), Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma'ul Husna)."

(QS. Al-Isra' 17: Ayat 110)

TSAMAANIYATUN WA SITTUNA:

Apa yang dikasih Allah pasti baik menurut-Nya meski pedih.

KEKASIH UNTIL JANNAH.

68. Persiapan Rafardhan.

Setiap pagi rumah tidak pernah sepi memang. Selain karena banyak orang di rumah, di sana juga ada canda tawa yang tercipta oleh orang-orang yang begitu disayang. Dua laki-laki ganteng yang membuat hari-harinya menjadi berwarna. Terlebih lagi pria kecil kesayangannya yang begitu di sayang. Selain tingkahnya yang menggemaskan, pria kecil itu bisa sedikit lebih dewasa dari Abinya. Bahkan tak jarang pria kecil itu memarahi Abinya sebagai perwakilan amarahnya kepada Rafardhan.

Saat ini mereka tengah bermain bersama di ruang tengah. Dua hari setelah pulang dari rumah sakit, Rafardhan belum aktif bekerja lagi. Shafiyah menyuruh Rafardhan agar tetap diam di rumah. Membiarkan Rafardhan beristirahat total.

"Terimakasih, bidadariku." Lalu, satu kecupan mendarat di keningnya.

Rafardhan membawa piring yang telah disediakan oleh Shafiyah. Sebuah sayur bening buatan dirinya. Shafiyah tersenyum tipis. Semudah itu membuat Shafiyah senang setiap hari.

"Bentar ya Mas, nanti aku suapin," ujarnya saat Rafardhan tengah membawa piring ke arah ruang tengah. Saat itu Shafiyah sedang menggoreng sosis untuk Ilham.

"Iya, Princess." Lagi, Rafardhan membuat Shafiyah tersenyum tipis. Meskipun mereka sudah lama menikah, tapi hal-hal kecil seperti itu selalu saja membuat Shafiyah senang. Pokoknya Rafardhan paling tahu bagaimana cara membuatnya senang.

Hal-hal kecil pun jika bersama Rafardhan selalu membuatnya senang setiap saat. Meski terkadang, tingkahnya yang tak jarang membuat Shafiyah jengkel. Ya, wajar saja. Namanya juga hidup bersama. Ada bahagianya, dukanya, marahnya, dan segala macamnya.

Saat Shafiyah sedang menunggu sosis matang, Rafardhan kembali lagi dengan segala tingkahnya.

"Bidadari, sendok aku mana ya? Perasaan tadi aku udah bawa deh, tapi nggak ada. Ketinggalan di sini kali, ya?" Rafardhan mencari-cari sendok yang ia maksud. Tangannya menggeledah segala benda yang tergeletak di atas meja.

"Aku nggak tahu, Mas. Ambil aja lagi atuh," seru Shafiyah dengan tangan yang sudah lihai bermain di atas kompor. Membulak-balikkan sosis supaya tidak hangus.

"Aku inget baget aku tuh udah ngambil sayang, tapi pas aku mau makan nggak ada. Di sini ada nggak?" Rafardhan mendekat, lalu menggeledah lagi. Shafiyah pun ikut-ikutan mencari.

Saat mereka sibuk mencari, secara tidak sengaja mata Shafiyah tertuju pada tangan Rafardhan. Menyadari hal itu, Shafiyah menghembuskan napas dalam. Kebiasaan bapak satu ini sudah tidak dapat dihilangkan. Benda yang sedang dicari-cari sedari tadi ada di genggamannya. Suaminya ini benar-benar tidak menyadari jika tangannya menggenggam sendok yang di cari.

Kekasih Until JannahWhere stories live. Discover now