#60 : SITTUNA

6.3K 355 14
                                    

#60

Wa qulil-hamdu lillaahillazii lam yattakhiz waladaw wa lam yakul lahuu syariikun fil-mulki wa lam yakul lahuu waliyyum minaz-zulli wa kabbir-hu takbiiroo.

"Dan katakanlah, Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya."

(QS. Al-Isra' 17: Ayat 111)

SITTUNA:

Entah dia yang terlalu percaya saking tulusnya cinta kepadaku ataukah aku yang jago berbohong?

KEKASIH UNTIL JANNAH.

60. Beribu Maaf.

Malam-malam seperti ini mungkin waktu yang tepat untuk Shafiyah bertanya tentang bukti transaksi hotel yang bibi temui di saku celana suaminya itu. Sebenarnya Rafardhan sudah pulang sejak tadi sore. Tapi karena Shafiyah menghargai waktu Rafardhan yang baru pulang, akhirnya Shafiyah memendamnya sampai sekarang. Dengan sedikit ragu, Shafiyah duduk disamping Rafardhan yang sedang berkutik dengan ponselnya.

Berulang kali Shafiyah menghembuskan napas dalam sebelum bertanya. Padahal Shafiyah hanya bertanya, tapi entah kenapa malah Shafiyah yang merasa bersalah. Nantinya Rafardhan kira tidak percayaan sebagai seorang istri.

"Mas, aku mau nanya, boleh?"

Rafardhan sepertinya asing dengan basa-basi Shafiyah, biasanya kan kalau Shafiyah bertanya, ya langsung bertanya. Tanpa harus meminta izin terlebih dulu untuk bertanya. Menolehkan kepalanya, Rafardhan menatap Shafiyah sedikit aneh. "Sayang kenapa? Kalau mau nanya ya nanya aja, bidadari. Nggak usah ragu gitu, masa sama suami ragu,"

"Eum...," Shafiyah bingung untuk memulainya. Sejak Shafiyah menerima sebuah bukti transaksi, Shafiyah berharap suaminya itu bercerita sehingga Shafiyah tidak berfikir macam-macam. Atau mungkin, Rafardhan lupa menceritakan kepadanya. Rafardhan kan pelupa.

"Sebelum Mas pulang ke Jakarta, Mas mampir dulu enggak? Kemana gitu?" tanya Shafiyah wanti-wanti.

"Hah? Mampir?" tanyanya mengulang, lantas dia terkekeh seolah pertanyaan Shafiyah begitu konyol. "Ya enggak dong, sayang. Mampir ke mana coba? Nggak ada waktu. Aku kan pengen cepet-cepet ke rumah, ketemu bidadari."

"Beneran?" Shafiyah masih mempertanyakan. "Mampir ke mall, mungkin? Atau ke... ho-tel?"

Rafardhan terdiam beberapa saat, mengkerutkan keninganya sambil mengedarkan pandangannya. "Enggak, sayang. Aku nggak mampir ke mana-mana dulu, aku langsung ke rumah, kok," jawabnya terdengar santai. "Kenapa bidadari?"

Karena tidak tahan, Shafiyah langsung menunjukkan kertas yang sedari tadi digenggamnya. "Terus, ini apa, Mas?"

"Apa itu sayang?" Rafardhan mengambil kertas itu dari tangannya, lantas membacanya. Dari raut wajahnya, Shafiyah melihat Rafardhan sedikit kaget. Rafardhan benar-benar dibuat mematung dengan kertas itu.

"Mas?" Shafiyah mencoba menyadarkan lamunan suaminya. "Mas bohongin aku?"

Kemudian Rafardhan tertawa hambar, "Hahaha.. Nggak dong, bidadari. Ngapain aku berbohong?" Jauh di dalam hatinya, degup jantung Rafardhan berdebar kencang.

"Terus, itu apa? Kenapa Mas bayar hotel yang ada di Jakarta saat Mas pergi ke luar kota?" nada pertanyaan Shafiyah sedikit meninggi karena Rafardhan tertangkap basah sudah membohonginya. "Mas bayarin orang apa gimana? Dia siapa? Kenapa Mas enggak cerita sama aku? Mas jangan pura-pura lupa gitu, ih."

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang