#36 : SITTATUN WA TSALAATSUUNA

6.6K 407 10
                                    

#36

Yaaa ayyuhallaziina aamanujtanibuu kasiirom minazh-zhonni inna ba'dhozh-zhonni ismuw wa laa tajassasuu wa laa yaghtab ba'dhukum ba'dhoo, a yuhibbu ahadukum ay ya'kula lahma akhiihi maitan fa karihtumuuh, wattaqulloh, innalloha tawwaabur rohiim.

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."

(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

SITTATUN WA TSALAATSUUNA:

Tidak berprasangka buruk bagaimana jika semuanya dilihat dengan mata kepala sendiri?

KEKASIH UNTIL JANNAH.

36. Sangkaan.

Sinar matahari masih menyengat saat Shafiyah duduk di lantai dengan tubuh yang dibanjiri penuh dengan keringat. Merasa kehausan, Shafiyah mengambil botol dari dalam tas, meleguknya dengan rakus. Ini merupakan hari ke-5 Shafiyah latihan, tapi Shafiyah masih saja merasa mudah lelah. Padahal, sewaktu SMA, Shafiyah masih kuat meski beberapa kali trek. Shafiyah menyenderkan tubuhnya pada tembok, meluruskan kedua kakinya sambil mengatur deru napasnya agar berdetak normal kembali.

"Sha, minta minum." Tanpa persetujuan darinya, Alya langsung mengambil botol yang berada digenggamannya. Sudah tidak aneh.

Selagi istirahat, mereka berkumpul ditemani kejailan, lelucon, bahkan ketika ngobrol pun mereka selalu mempunyai pelesetan tersendiri yang membuat suasana menghangat. Banyak orang melihat Paskibra dengan pandangan sebelah mata. Orang mengira bahwa menjadi Paskibra selalu keras, tidak ada ketawanya, dan kasar. Mungkin mereka bisa menilai seperti itu karena mereka hanya melihatnya dilapangan saja, ketika anggota Paskibra memang diharuskan serius. Hantaman berupa tamparan dan push-up sudah menjadi makanan sehari-hari. Padahal, kalau mereka lihat ketika di luar lapangan, mereka pasti iri karena kekompakannya. Begitulah kalau selalu memandang sesuatu dari satu sisi.

"Ini punya kamu, Sha? Minta, ya? Abisin boleh?" Giliran Sopi yang meminta air minumnya. Bukan hal yang aneh ketika satu botol bisa diminum oleh beberapa orang.

"Iya, sok aja." Shafiyah mengangguk, mengizinkan.

Suara gelak tawa dari golongan senior terdengar begitu menggema hingga seluruh anggota meliriknya, penasaran. Dalam keadaan istirahat pun, mereka masih saja tetap heboh. Entah apa yang sedang dibicarakannya itu.

"Tuh, kasih aja sama Coki, dia baru putus kan sama pacarnya." Kang Faisal mengambil tempat duduk berdekatan dengan Kang Coki, berkumpul dengan anggota yang lain.

"Jangan diumbar-umbar gitu atuh Kang, malu ini di denger sama adik kelas."

"Da kamu mah gaya nya aja gunta-ganti pasangan, nikahnya mah nggak, malah ditinggal nikah, hahaha.." balas Kang Faisal lagi memecahkan suasana.

"Iya eung, Kang. Nanti mah pengen kayak Shafiyah aja, tau-tau nyebar undangan, weh. Tunggu undangan aja nya barudak." Kang Coki menimpali perkataan Kang Faisal dengan penuh percaya diri, seolah ingin menunjukkan kepada mereka bahwa dirinya juga bisa mempunyai kekasih halal.

"Siap-siap, tapi awas jangan sampai gagal lagi, Kang. Hahaha.." Seolah diinterupsi, hampir semua orang tertawa, menertawakan Kang Coki. Hal ini sudah biasa bagi mereka. Bercanda tapi bikin nyelekit.

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang