Case 3 : Journey Begin

8.3K 1.9K 359
                                    

Ethan menaiki mobil jemputan yang disediakan oleh pihak penerbangan, sebagai akses VIP. Masih ada waktu 45 menit lagi sebelum penerbangan transit di bandara Changi menuju Jakarta, lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju Kalimantan.

"Berapa lama anda bekerja sebagai sopir?" tanya Ethan sekadar basa basi agar perjalanan ini tidak terlalu canggung.

"Sebenarnya ini hanya pekerjaan sampingan yang berlawanan dengan shift jagaku di bandara. Anda yakin tidak ada barang yang tertinggal? Sebelum kita meninggalkan komplek, tuan."

"Tunggu sebentar," Ethan berlagak mencari sesuatu di tas kerjanya. "Tidak ada, tapi-" Ethan menoleh kebelakang, lalu menepuk jidat. Sialan, tas Daniel!

"Putar balik! Daniel ketinggalan!"

***

Washington City Airport, 9:40 PM.

"Pesawat akan terbang 10 menit lagi, dimana mereka?!" keluh Alan yang sudah berada di dalam pesawat.

"Tidak tahu, sudahlah. Aku mau tidur," Megan menyamankan posisinya.

Huh, huh. Ethan berlari karena takut tertinggal, diikuti dengan Daniel yang sedari tadi memasang wajah masam.

"Guys, huh, huh." Ethan menetralkan nafas, " Sebenarnya aku tidak akan telat kalau bukan karena bocah sialan ini,"

Matt mengernyitkan dahi, " Kami tidak bertanya."

"Sial kau, Matt."

"Yang benar saja! Aku baru saja ingat kalau Daniel tertinggal waktu melewati St. Lemony," lanjut Ethan. Semuanya terbahak-bahak mendengar penjelasan Ethan.

"Kau mau duduk dimana, Daniel?" tanya Damian.

"Oh, bolehkah aku duduk bersamamu? Aku tidak mau bersama paman yang payah ini," Daniel berjalan menuju tempat duduk yang ditempati untuk 2 orang, menunggu Damian datang.

Damian menoleh ke arah Daniel yang sudah di posisi, lalu berbicara pada Ethan, " Kalau begitu, kau duduk bersama Megan, ya! Karena sebelumnya aku bersama Megan, tapi dia sudah tidur." Damian menepuk bahu Ethan yang bahkan belum sempat membalas perkataannya.

Seriously, Megan?

Ethan melihat sekeliling. Alan bersama Luis, Matt dengan Moris, Damian bersama Daniel, dan dirinya bersama Megan. Baiklah, tak ada pilihan lain. Entah mengapa ia menghindari Megan. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Perkiraannya, ia akan tiba di Indonesia pada pukul 4 sore. Tak kunjung mengantuk, ia menoleh untuk melihat teman-temannya, barangkali ada yang mengalami insomnia seperti dirinya.

Arah pandangnya tertuju pada Damian yang masih memainkan ponselnya, dan Daniel yang telah tidur konyol disampingnya. Cepat-cepat ia kembali menarik tubuhnya agar tidak ketahuan oleh Damian. Damian segera mendongak karena merasa diamati, dan terlihat rambut pirang Ethan dari samping kursi.

"Apa kau khawatir dengannya, sampai-sampai harus hide and seek seperti ini?" singgung Damian.

"Insomnia!" jawab Ethan tanpa menoleh, lagi.

Damian tersenyum miring, lalu menggigit coklat delfi milik Daniel yang belum di makan si pemilik. "Jangan sok, deh." Damian menghubungi Ethan melalui panggilan video call.

NASA : Tardigrada (3) | SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang