Your smile

64 7 2
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak😉

****

Sepenggal kisah ku akan rampung dengan cepat jika kamu bersedia menjadi teman ku dan mendengarkan semua keluh kesahku.

****

Bagiku, semua ini terasa seperti mimpi.

Jujur saja, aku belum percaya sepenuhnya jika aku kembali merasakan perasaan itu.

Perasaan yang telah lama hilang dan lama tak pernah kurasakan.

Hembusan nafas pun ku lakukan dengan harap aku dapat kembali menormalkan ritme jantungku yang tak beraturan.

Entah mengapa, di rencanakan atau tidak dia datang ke rumahku. Tentunya bersama saudaraku, Ryan.

Tetapi meskipun dengan alibi Ryan yang katanya mau meminjam laptopku untuk mengerjakan tugas akhir, rasanya aku bahagia.

Bodoamat mau di katain lebay atau apapun itu, karna memang sepertinya iya, aku terlalu lebay.

"Aelah, malah bengong. Cepetan pinjem laptop." Ucap Ryan membuyarkan lamunanku.

Tunggu tunggu? Melamun? Jadi, sedari tadi aku melamun? Gosh! Bawa aku ngumpet kemana pun tempatnya.

"Ada ya, orang minjem barang tapi sambil marah marah." Protesku.

"Ya habis, dimana mana ada tamu tuh suruh masuk dan tawarin minum. Lha ini, malah lo ajakin bengong, mana di depan gerbang lagi." Kesal Ryan.

Astaga! Jadi dari tadi gue cuma bengong dan ga nyuruh mereka masuk sama sekali? Ya Tuhan, kali ini tolong pinjamkan pintu ajaib milik doraemon.

Jujur saja, aku menahan malu dan berusaha bersikap biasa saja untuk menyikapi Ryan, walaupun sebenarnya aku sedang berusaha untuk tidak melirik ke arah Vikram.

"Lo bukan tamu. Lagian, biasanya juga main nyelonong masuk ga pake ketuk pintu, apalagi gedor getol gerbang rumah." Andil ku sekeras mungkin bersikap bodoamat.

"Kali ini beda bego. Lo ga liat gue bawa temen temen gue?"

"Gue ngikut, ga di bawa sama lo." Protes Vikram dan membuatku maupun Ryan menoleh kearahnya.

Astaga, senyumnya.

"Nah, iya, itu. Gue sekarang di temenin sama temen gue."

"Gue ga nemenin, tapi lo yang maksa gue bukan ikut." Protesnya lagi.

"Iya, gue yang maksa." Pasrah Ryan akhirnya dan aku hanya bisa tersenyum walaupun sesekali mencuri pandang kearah Vikram.

"Yaudah, mo masuk ga? Gu gakan nawarin dua kal-" belum sempat ucapanku selesai, Ryan lebih dulu masuk tanpa membiarkan ku selesai berbicara.

Lihat saja? Ryan memang menyebalkan.

"Bibir sama jalannya biasa aja, gausah sampe segitunya."

Suara itu terdengar sangat jelas di telingaku.

Gosh! Benar benar membuatku merasa merindung sekaligus seneng.

Khatulistiwa[TAMAT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz