8

38 1 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak😉
* * * *

Jujur saja, aku sangat ingin mengatakan kebenaran seperti apa yang sebenarnya terjadi, tetapi ketika aku akan mengatakannya, semuanya terasa berat, hati serta jiwaku seketika saja rapuh dan tak mampu untuk mengeluarkan kata kata.

Maaf, karna aku belum mengatakan hal yang sebenarnya.

* * * *

Besok paginya, Vikram benar benar datang untuk menjemput Ersya tepat jam 8 pagi.

Seperti biasa, keluarga Ersya menyambut kedatangan Vikram dengan sangat baik.

"Kamu mau bawa kemana anak bunda?" Tanya bunda sambil tersenyum ramah kearah Vikram.

"Gakan jauh kok, bun. Kasian Ecanya kalau harus pergi jauh, kan besok harus pergi." Jawab Vikram sambil tersenyum.

Sebenarnya berat bagi Vikram untuk mengucapkan demikian, tetapi apalagi yang bisa Vikram lakukan selain ini?

Wanda yang sudah tau keadaan Vikram pun menepuk pundak Vikram dan menganggukkan kepala.

"Maaf karna bunda harus memisahkan kalian." Sambil mengusap punggung tangan Vikram.

Vikram tersenyum.

"Bunda janji, setelah Eca sembuh bunda akan jemput, karna jujur aja, bunda juga sama belum siap melepas Eva pergi."

"Gapapa, bun. Mungkin memang sudah seperti ini jalannya. Bagaimanapun kedepannya, kita gakan pernah tau akan seperti apa. Aku ikhlas ko, karna aku yakin, Eca bakalan sembuh dan kembali lagi ke sini, karna rumah Eca ya disini."

"Terimakasih karna sudah mau memahami kondisi seperti ini, nak."

Vikram kembali tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Kamu berantem lagi? Sama siapa?" Tanya bunda setelah melihat ada memar di sudut bibir Vikram.

"Ehh... engga bun, ini luka yang dulu." Bohong Vikram.

Bunda tersenyum lega. "Syukurlah, karna bunda gamau lagi jika Ryan kembali berulah."

"Engga, bun. Aku sama Ryan udah baik baik aja, ko." Memang ya, sekali berkata bohong akan keterusan seperti itu. Maafin Vikram, bu.

"Wanda, coba tolong panggilkan kakak mu itu, sudah dari tadi kok masih belum turun." Titah bunda.

"Gapapa, bun. Mungkin belum selesai. Gak buru buru, kok." Ujar Vikram yang merasa tak nyaman untuk menyuruh Wanda, walaupun bukan dirinya yang menyuruh.

"Gapapa, biar kalian cepet juga perginya." Ujar bunda "Kalau gitu, biar bunda aja yang panggil, sekalian bunda mau ke atas."

Vikram tersenyum kaku dan menganggukkan kepalanya.

Setelah kepergian bunda, di ruangan ini hanya ada Wanda serta Vikram yang duduk saling berhadapan. Mata keduanya seolah mengatakan ada hal penting yang harus di bicarakan.

"Nanti malem lo ada acara ga, bang?" Tanya Wanda.

Vikram menyernyitkan dahi kemudian menggelengkan kepala.

Khatulistiwa[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang