3

47 3 2
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak

****

Manusia yang bisa berharap dan berandai, sedang Tuhan yang menentukan.

Semuanya akan berlaku serirung dengan berjalannya waktu, sama seperti hati ini yang semakin hari kian tak menentu sebab diri ini hanya bisa berharap dan berusaha

****
Happy reading💙

Hari ini semuanya berubah, tak seperti biasa. Terasa hampa dan terasa tak nyata.

Belakangan ini, Ersya lebih terlihat sangat pendiam dan menutup diri. Menganggap bahwa dirinya hanya seorang diri.

Semenjak perkataan Ryan hari itu, Ryan benar melakukan semuanya, tak ada lagi antar jemput sekolah, tak ada lagi gurau canda tawa, tak ada lagi kericuhan yang terjadi seperti biasanya.

Hening.

Sudah hampir satu bulan hari itu berlalu, tetapi masih menyimpan perasaan kelu dan sesekali merindu.

"Wanda, bawa mobilnya ga boleh ngebut ngebut." Ingat bunda saat Ersya dan Wanda berpamitan untuk berangkat ke sekolah.

"Iya bunda, siap."

"Jaga kakak mu dan diri kamu. Kalau ada apa apa hubungi bunda segera."

"Aku bukan anak kecil bunda." Renggek Ersya yang sejak awal memang sudah memasang wajah cemberut.

"Tapi lebih manja dari adeknya." Sahut Wanda.

"Bodoamat."

"Ehh, ko kalian malah pada berantem? Sana berangkat sekarang, takut telat."

"Iya bunda iya, pamit ya." Kata Wanda sambil mencium kening bunda.

"Aku juga." Sahut Ersya sambil tersenyum kearah bunda, tanpa mencium kening seperti biasanya.

Bunda hanya bisa tersenyum penuh pengertian.

Ersya benar benar kembali ke sikapnya yang dulu.

Sering beradu mulut dengan Wanda, tetapi tetap saja membangun benteng antara dirinya dan Ersya terlihat nyata, tetapi kembali tak perduli dan menganggap semuanya hampa.

Wanda yang pertama kali melihat perubahan dari Ersya tak bisa berbuat lebih, yang dilakukannya hanyalah berdo'a dan terus berdo'a agar Ersya kembali menemukan dunianya.

Sebelum Wanda benar benar menjalankan mobilnya, ia sempat mengirimi pesan kepada seseorang yang sama rapuhnya dengan Ersya.

Dan setelah melihat bahwa Ersya dan Wanda berangkat ke sekolah, tangis bunda tak bisa di bendung. Sakit itu terasa semakin sangat terasa.

Sedari kemarin bunda selalu menahan agar tangis ini bisa tertahan, tetapi hari ini, bunda tak bisa menahannya.

Semuanya sungguh menyakitkan dan bunda sudah tak sanggup.

"Maafkan bunda sayang, maaf karna bunda selalu saja mengkekang kamu dan selalu membuat kamu merasa terbebani. Maafkan bunda." Lirih bunda sambil sesekali mengusap air matanya.

****

Wanda: Hari ini Ersya berangkat bareng gue.

Setiap hari, bahkan hampir setiap jam yang dilakukannya adalah menunggu pesan masuk yang di kirimkan seseorang untuknya.

Bukan maksud menyakiti, hanya saja ia pun bingung dan tak mengerti harus berbuat seperti apalagi. Semuanya terjadi dengan sangat cepat.

Dirinya sama hancur dan merasa bahwa dirinya hampa, sama seperti apa yang dirasakan oleh Ersya, ia dapat merasakannya. Sebab separuh dirinya adalah sebagian dari diri Ersya.

Ia sama sama hidup, namun seperti tak hidup. Nyata tetapi merasa hampa. Ia juga kehilangan dunianya. Kehilangan semangat hidupnya.

Setiap hari yang dilakukan olehnya adalah pergi kuliah, mengumpulkan tugas akhir, serta pulang lagi ke rumah, berdiam diri.

Ia akan kembali ke tempat kuliahnya jika dosen pembimbing menghubunginya bahwa di skripsinya terdapat kesalahan.

Dosennya pun merasakan sesuatu yang berbeda, tak biasanya seorang Ryan Anugrah Agra tidak di ACC dan mendapatkan nilai rendah di ujian praktiknya.

Bahkan, Ryan pernah di tegur dosen pembimbingnya karna sejak mengikuti praktikum, yang di lakukan olehnya hanyalah terus berdiam diri dan sesekali menghembuskan nafas kasar.

"Fokus, penilaian ini akan menjadi nilai akhir dan penentu dari perjuangan kamu selama 6 tahun kuliah." Selalu kalimat itu yang di ucapkan oleh pembimbingnya.

Bahkan, Vikram yang notabennya adalah sahabat pun tak pernah di hiraukan. Perihal kejadian malam itu, semuanya telah selesai, Ryan sudah menceritakan semuanya dan Vikram telah memaafkan.

"ARGHHHHHHHHHHH! ANJING!" Dan akhir akhir ini, Ryan selalu saja berteriak tidak jelas dan mengacak rambutnya frustasi.

"Lo pasti bisa ngelewatin ini semua, gue yakin lo bisa. Yang gue tau, lo orang hebat, bisa menjaga adiknya dan bisa mengerti kondisi adiknya. Percaya sama gue, semuanya pasti bakalan kembali kedalam genggaman lo dan lo bakalan menemukan dunia lo kembali, gue yakin itu."

Dan Ryan beruntung, di saat dirinya sedang terpuruk, selalu ada orang orang yang perduli dan mau menemaninya menyelesaikan masalahnya. Shavira, pacar Ryan. Resmi.

****

Semoga suka
Salam,
Syifa Nur Rahayu💙

Maapkan diriku yang sempat hiatus:((

Laptopku ngadat dan ponselku mendet karna banyak file masuk ke dalam email:')

Maapkan juga aku yang belum bisa menuntaskan proyeku:(( padahal aku udah janji bakalan tuntaskan cerita ini sebelum Idul Fitri:')

Kalian masih baca cerita aku, kan?

Terimakasih untuk kalian yang masih setia nunggu aku up dan jangan lupa vote serta comment yang banyak! Ily💙✨

Instagram: syifanrhy_

Khatulistiwa[TAMAT]Where stories live. Discover now