Perkelahian

32 3 8
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak😉

****

Setelah ini, semuanya kembali menyepi dan mengasinggkan diri.

****

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi kalian yang menjalankan.

Happy reading

"Gue punya anggota keluarga lain, terhindar dari Ryan, Wanda dan orangtua gue." Kata Ersya memulai pembicaraan.

Erysa seperti sedang mengingat kepingan kepingan masa lalunya. Entahlah, disini gue bingung, merasa harus senang atau sedih.

"Kalo lo ga siap, lo ga perlu ceritain semuanya, Ca." Kata Vikram sambil menyentuh punggung tangan Ersya.

"Dulu, saat gue umur 5 tahun, gue deket banget sama abang gue, Bang Samuel. Bang Sam tuh malaikat pelindung bagi gue. Gada orang yang bisa gantiin posisi dia di hidup gue sekalipun Ryan. Gue sayang Ryan tapi gue ga bisa selamanya terus terusan maksa Ryan buat memprioritaskan gue. Karna gue sadar, seiring berjalannya waktu, Ryan bakalan nemuin tambatan hatinya."

"Beda kalo Bang Sam, meskipun dulu dia bilang udah punya pacar, tapi dia selalu memprioritaskan gue, karna gue adiknya. Dulu gue belum mengerti apa itu arti kata Egois. Yang gue tau cuma kasih sayang yang harus terpenuhi. Ga perduli sesibuk apa orang itu, ga perduli sejauh mana orang itu berada, tapi yang jelas ketika gue butuh, orang itu harus ada."

"Gue sayang Bang Sam, tapi Tuhan lebih sayang sama Abang gue." Saat mengatakan kalimat itu, bahu Ersya kian bergetar dan membuatnya menundukkan kepalanya di atara lipatan lututnya kemudian terisak pilu.

Vikram sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya memberanikan diri untuk membawa Ersya kedalam dekapannya.

"Sekarang lo punya gue juga, gue bakalan jagain lo sebisa gue, bahkan kalo bisa, gue bakalan gantiin posisi abang lo." Ersya menggelengkan kepala sebagai penolakan.

"Gada yang bisa gantiin posisinya sekalipun itu ayah gue. Bang Sam memiliki tempat dan peranan yang berbeda di hati gue. Jadi siapapun gakan bisa."

Dengan sayang Vikram mengusap punggung Ersya hingga tenang.

"Tidur ya, udah malem. Lo kan baru aja sembuh." Kata Vikram penuh perhatia.

Ersya menggelengkan kepala lagi kemudian berkata, "Cerita gue belum selesai."

"Lo bisa cerita kapan pun ke gue, Ca. Asal ga sekarang. Karna kondisinya ga baik." Ujar Vikram sambil tersenyum dan mengusap punggung tangan Ersya.

"Lo tau siapa yang ngbunuh Abangnya sendiri? Itu gue." Kata Ersya yang justru melanjutkan ceritanya. "Saat itu, Bang Sam pamit pergi jemput pacarnya, Kak Putri. Pacarnya Bang Sam cantik, baik, murah hati dan cerdas. Setara dengan Abang gue yang ganteng, hidungnya mancung, malaikat gue. Dulu gue sering bilang kalo Bang Sam Pangeran dan Kak Putri Princes."

"Bang Sam sering banget ajak gue pergi. Sering juga ngajakin gue main bareng Kak Putri. Bahkan, gue di bilang anaknya mereka." Ersya sempat terkekeh di tengah ceritanya. "Dan dengan sangat senang gue menganggukkan kepala setiap ada orang yang mengatakan itu. Gue punya ayah sama bunda, tapi gue ga punya perhatian lebih dari ayah. Ayah yang pekerja keras, jarang banget bisa ngajak main gue. Kemana mana pasti sama bunda dan Bang Sam, Wanda selalu tinggal, karna dia cengeng."

"Lo tau alasan kenapa sekarang ayah perhatian banget sama gue?" Tanya Ersya sambil memandang kearah Vikram. Sang empu menggelengkan kepala.

"Karna ayah udah kehilangan orang yang bisa jagaian gue. Ayah kehilangan harta berharganya, ayah kehilangan arah hidup semenjak Bang Sam pergi. Ayah mengasingkan diri, Gue yang terus terusan menyalahkan keadaan dan diri gue sendiri. Gue hancur, gue rapuh dan gue sakit."

Vikram kembali membawa Ersya kedalam dekapannya.

"Lo kuat, lo manusia hebat yang gue kenal, lo anugrah bagi gue Ca. Semenjak kenal lo gue memberanikan buat bisa berubah demi bisa dapetin lo, gue selalu berusaha untuk jadi yang terdepan biar lo bisa liat gue. Semenjak kenal lo gue berhenti mainin perasaan perempuan. Dan Viska.." Vikram sempat berhenti kemudian mengambil nafas dan menghembuskannya, "gue udah putus sama dia."

"Lo ga harus cape cape ngerubah diri lo sendiri biar gue bisa liat lo, karna dengan tanpa lo sadari lo udah nunjukkin itu semua di hadapan gue. Dan lo salah kalau menyimpan perasaan itu ke gue. Gue bukan wanita baik baik." Kata Ersya sambil mengusap air matanya dengan bahu yang bergetar.

"Gue sayang lo, Ca."

Ersya menggelengkan kepala.

"Gue pembuhun kakaknya sendiri. Dan pembunuh kayak gue ga pantes dapetin cowo baik kayak lo. Gue pembunuh! Dan gue ga berhak bahagia setelah bikin malaikat pelindung gue istirahat untuk selamanya." Tangis Ersya histeris dan sedikit berteriak.

Disaat Vikram akan membawa Ersya kembali kedalam dekapannya, sebuah pukulan mendarat tepat di pipi kanan Vikram.

Bugh.

"Bangsat! Lo apain Eca anjing!" Katanya dengan kembali memberikan beberapa pukulan di pipi serta pelipis Vikram yang langsung mengeluarkan darah segar.

Vikram yang tiba tiba mendapat penyerangan tidak bisa membalasnya.

"YANNNNN, BERHENTI PLIS!" Kata Ersya berteriak karna kaget melihat Ryan yang tiba tiba kalap dan menyerang Vikram.

"GUE BILANG BERHENTI YA BERHENTI!"

Namun Ryan seolah menulikan pendengarannya. Hingga saat Ryan akan kembali mendaratkan pukulan di pipi kiri Vikram, justru mengenai sudut mata kanan Ersya yang langsung membuat Ersya tak sadarkan diri.

"Ca!"

Sambil tertatih dan menahan rasa sakit, Vikram membawa Ersya masuk kedalam kamar.

Sedangkan Ryan, lagi lagi dia kembali menyakiti Ersya dan tak bisa menjaga Ersya.

Ryan memejamkan mata dan terus memukul dirinya sendiri, hingga satu pukulan mendarat tepat di sudut bibir Ryan yang seketika mengeluarkan darah segar.

"Anjing lo."

****

Semoga suka
Salam
Syifa Nur Rahayu

Maafkan bila di part ini ada beberapa kata kurang sopan, hanya ingin membuat feel saja, hhe.

Terimakasih untuk kalian yang sudah membaca cerita aku, ily.

Jangan lupa votment yaa.

Instagram: syifanrhy_

Wp: syifanrhyuu_

Khatulistiwa[TAMAT]Where stories live. Discover now