Jaga Ersya

47 6 2
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak😉

****

Rindu ini tak kunjung henti, seakan tak mau menepi, hingga berada di titik sunyi yang kian henti.

****

Hari hampir malam, tetapi Eca masih saja berbaring dan setia memejamkan matanya seolah enggan untuk membukanya.

Diruangan ini, keluarga Eca dan Ryan berkumpul, ditambah dengan Vikram serta Bryce dan Shavira ada. Setelah tadi sore teman serta wali kelas Eca yang datang untuk melihat kondisi kesehatan Eca, termasuk cowok tengil yang sering gangguin Eca, Aldy.

Dan dengan tanpa malu, Aldy mengenalkan dirinya sebagai kekasih Eca, tetapi di tolak mentah mentah oleh Bryce dan Shavira.

"Bunda, Eca ko ga bangun bangun." Kata Wanda dengan mata merah dan sembabnya. Wanda masih menggunakan seragam sekolah. Katanya, gamau pulang kalo Eca belum bangun.

"Bukan engga sayang, tapi belum." Jawab bunda sambil tersenyum dan mengusap punggung tangan Wanda.

"Kamu pulang dulu, mandi, makan terus ganti baju, udah itu baru kesini lagi, karna ayah butuh penjelasan kenapa kamu bolos sekolah." Kata ayah.

Wanda yang mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan oleh ayahnya hanya bisa meringgis. Sebenarnya, Wanda tidak ada niatan untuk membolos sekolah, hanya saja tadi dia panik ketika diberitahu oleh tante Reny bahwa Eca sakit dan harus di bawa ke rumah sakit.

Maka tanpa berfikir dua kali, Wanda bilang ke teman sebangkunya, hari ini dia harus bolos sekolah demi kakaknya.

"Tapi aku masih pengen nemenin Ka Eca bun." Renggeknya seperti anak berumur 3 tahun.

"Pulang aja, besok kamu sekolah. Disini udah banyak yang jagain kakak kamu." Kata bunda penuh kasih sayang.

"Mending tidur disini aja, dirumah gada orang, kata Eca di rumah banyak hantu." Katanya polos dan mampu membuat beberapa orang yang ada di ruangan ini menahan tawa.

"Kata Eca, kan tiap Eca simpen makana dan barang barang baru suka ilang gitu aja."

"Bener banget bunda, Eca juga cerita gitu ke aku." Timpal Ryan yang kali ini sedikit bisa lebih tenang.

"Tuh, kan, bener."

"Lo yang ambil bego." Kata Ryan sambil menoyor kepala Wanda.

"Ryan, bunda ga ngajarin kamu main tangan, ya." Ingat bunda Reny sambil menatap Ryan.

"Ehh, iya bunda maaf, sengaja." Kata Ryan sambil tersenyum kearah bundanya. "Habisan, tangan Ryan emang udah hobi banget buat ngusilin anak satu ini." Sambil mengacak ngacak rambut Wanda dan Wanda hanya bisa mendengus kemudian berusaha menyingkirkan tangan Ryan dari kepalanya.

"Bunda, Bryce sama Pira pulang dulu, ya. Udah di suruh pulang sama mama." Kata Shavira.

"Ehh, iya yaampun, bunda sampe lupa nyuruh kalian buat pulang aja, maaf, ya." Kata bunda sambil tersenyum.

"Iya bunda, gapapa. Lagian, kalo di izinin justru aku pengen nemenin Eca disini." Kata Bryce.

"Gapapa, banyak orang yang jagain Eca, ko. Makasih banget karna kalian udah bawa Eca ke Rumah Sakit tadi."

"Sama sama bunda, kalo gitu aku pamit, ya." Kata Shavira sambil mencium punggung tangan ayah serta bunda, tak lupa pamit ke bunda Reny juga.

"Ehh, kalian pulang sama siapa?" Tanya ayah.

"Di jemput sama supirnya Bryce, om." Jawab Shavira kemudian ayah Sony menganggukkan kepala.

"Hati hati, makasih karna udah jenguk Eca."

"Sama sama, om."

"Hati hati, Pir."

"Kalo udah sampe rumah kabarin gue." Kata Ryan dan mampu menbuat orang yang ada di ruangan ini melirik kearahnya.

****

Saat ini, di ruangan tempat Eca di rawat hanya tinggal ada Vikram saja. Setelah sedikit perdebatan tadi, akhirnya Wanda mau pulang ke rumah dengan syarat ayah Sony juga. Awalnya ayah Sony engga, tetapi berkat bujukan maut dari bunda, akhirnya mau tetapi dengan bundanya yang ikut pulang.

Vikram sempat tersenyum melihat kedekatan antara keluarga Eca. Cara mereka memperlakukan Vikram, bahkan Vikram merasa senang bisa dengan sangat mudah diterima di keluarga Eca.

Jika ada yang bertanya kemana Ryan saat ini, Ryan sedang mengantarkan bunda Reny pulang sekalian beli makanan. Katanya jaga jaga kalo tengah malem cacing cacing di perut membutuhkan asupan nutrisi.

Vikram terus saja memperhatikan pahatan sempurna dari bentuk wajah Eca. Hidungnya yang tidak terlalu mandung, bulu mata yang lentik, serta pipi yang sedikit chubby.

Vikram tersenyum, hingga tanpa sadar, tangannya menyentuh dan mengusap punggung tangan Eca yang tidak di infus.

"Cepet sadar, Ca. Lo ga liat apa gimana khawatirnya orang orang yang sayang sama lo? Mereka mungkin tadi pada ketawa, tapi gue yakin, jauh di dalam hatinya, mereka nangis karna liat lo sakit. Termasuk gue." Ada jeda sebelum Vikram kembali berkata. "Gue gatau lo sakit apa, walaupun gue ga yakin lo cuma kecapean aja, tapi masa bisa sampe gini? Gue yakin lo kuat, dan gue pengen saat lo sadar nanti, lo bakalan cerita ke gue, lo bisa ceritain apa aja ke gue, ga perlu di sembunyiin, cepet sadar dan jangan bosen buat bawelin gue lagi." Katanya sambil tersenyum penuh arti.

Hingga tanpa sadar, Vikram pun tertidur dengan tangannya yang masih mengenggam tangan Eca.

****

Salam,
Syifa Nur Rahayu.

Ini sih partnya terlalu panjang kalo kata aku, wk.
Tak apa, sebagai ucapan terimakasih karna kalian sudah meluangkan sedikit waktunya untuk membaca cerita aku:)), thankyou so much💙.

Btw, gimana? Suka ga sama cerita yang aku tulis? Kalo suka jangan lupa comment dan tinggalkan jejak ya:)),ily.

Jangan lupa follow akun wpku: syifanrhyuu_

Dan mampir juga ke akun instagramku: syifanrhy_

Khatulistiwa[TAMAT]Where stories live. Discover now