Iya, sayang.

47 4 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak😉

****

Merelakan seseorang yang sempat kita genggam akan mudah, jika kita sudah ikhlas.

****

Jujur saja, ini top rekorku tak bertukar sapa dengan Ryan. Ya, sudah hampir satu minggu dan aku sama sekali tak merespond apapun yang dikatakan oleh Ryan. Baik itu ketika tak sengaja Ryan main ke rumah atau ketika Ryan mengirimkan pesan singkat.

Selama 18tahun, ini kali pertama.

Masalahnya memang sepele jika kalian yang mengalaminya, tapi tidak denganku.

Sudah sering bunda dan ayah, Wanda bahkan Vikram pun ikut memberikan pengertian kepadaku, tetapi aku masih saja belum luluh dan belum mau berbaikan dengan Ryan.

Dan di hari ini, aku kembali bertemu dengannya. Menyebalkan.

"Mukanya jangan di tekuk gitu." Kata Vikram yang tepat berada di sampingku.

Ya, sore tadi Vikram datang kerumahku untuk mengambil kembali ponselnya yang tadi pagi sempat dia pinjamkan untukku.

Tetapi entah bagaimana ceritanya, tiba tiba dia meminta izin kepada bunda untuk mengajakku keluar dan tanpa berfikir panjang tentunya bunda akan mengizinkan.

Aku mendengus melihat bunda dan bunda serta Vikram malah mentertawakan aku.

"Baikan gih sama Ryan, ga baik marahan lebih dari tiga hari."

Aku masih belum menjawab apa yang dikatakan oleh Vikram.

"Yakin mau marahan terus? Yakin gamau adu mulut lagi sama Ryan? Yakin gamau perduliin Ryan yang setiap minggunya selalu ganti ganti pacar? Yakin mau ngebiarin Ryan selalu ikutan balapan liar? Yakin gamau—"

"Ga gitu." Kataku memotong nasehat Vikram.

Vikram sempat tersenyum sebelum kembali menjawab pertanyaanku.

"Marah boleh, ngambek sok aja, kesal manusiawi, tapi ga boleh kelamaam, kasian ke Vikramnya, ke lo nya juga."

"Ya harusnya yang minta maaf duluan dialah, kan dia yang salah."

"Bukannya kemaren pas kejadian dia langsung minta maaf ke lo?"

Aku diam tak menjawab, benar juga.

"Yaudah, sana gih, samperin. Daritadi dia ngeliatin terus, salah tingkah gue di liatin sama dia terus."

Jujur saja aku ingin tertawa mendengar kalimat retjeh yang dia keluarkan, tapi sayangnya moodku sedang berada di titik kurang baik.

Iya, sayang, wkwkwk.

"Yah, ko ga ketawa sih? Padahal tadi gue mikir keras biar bisa ngereceh kaya gitu." Katanya sambil terkekeh.

"Pulang aja, yuk?" Ajakku berusaha mengalihkan topik pembahasan.

"Tapi gue ga bisa anter balik, gapapa, kan?"

"Hah?"

"Gue ga bisa anter lo balik, Eca."

"Ga bisa gitu, lah. Kan tadi lo yang ajak gue keluar." Kesalku.

"Ya bisa, tap-."

"Nah, itu bisa."

"Sekarang ga bisa, Ca."

"Bodo amat ah, gue kesel sama lo."

"Lo kalo ngambek lucu, Ca. Pantes aja Ryan betah ngambekan sama lo." Kata Vikram sambil tertawa dan mencubit kedua pipiku.

Gosh! Bawa aku pulang detik ini juga.

"Lo, mah. Tau ah, gue balik."  Aku berdiri dan berusaha menyembunyikan pipiku yang tampaknya sudah seperti kepiting rebus.

"Gausah nekat, gue anterin lo balik." Katanya sambil mengenggam tanganku dan membawanya keparkiran.

****

Salam,
Syifa Nur Rahayu💙

Btw, kalian penasaran ga sih siapa yang tiba tiba genggam tangan Eca dan menariknya ke parkiran?

Main tebak tebakan yuk sama aku?

-Vikram?

-Ryan?

-Wanda?

-Rendi?

Nah loh, kira kira menurut kalian siapa orangnya?

Dan aku baru aja sebutin satu nama tokoh baru, kira kira ada yang penasaran ga siapa dia?

Buat kalian yang penasaran tunggu di next chapter selanjutnya, ya:))

Ily🤗

Follow igku:
@syifanrhy_

Khatulistiwa[TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora