Perhatian Kecil

49 4 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak😉

****

Jangan membuatku merasakan ketergantungan untuk selalu saja melibatkanmu disetiap urusanku. Sebab aku takut, takut jika nanti justru kamu yang menjadi urusanku.

****

"Lo jelek kalo terus terusan cemberut gitu anjir."

"Bodo amat."

"Wahahaah."

"Gausah ketawa, gada yang lucu."

"Eca, Eca." Katanya sambil menggelengkan kepala "Lo ngarep banget ya Ryan atau Vikram yang bakal nganter lo pulang?" Lanjutnya sambil meledekku.

Kali ini aku tak menjawabnya, jujur saja, aku kesal. Walaupun memang benar apa yang di katakan oleh Shavira. Ya, orang yang berhasil menarik tanganku dan mengantarkan aku pulang, Shavira. Temanku.
Dan perempuan yang mengobrol bersama Ryan tadi, Shavira. Kampret.

"Gue juga kalo ga Vikram yang nyuruh mana mau nganterin lo balik." Katanya lagi.

Aku mendengus, walaupun dalam hati senang karna Vikram yang menyuruh Shavira untuk mengantarkan aku pulang.

Sebentar, jika perempuan yang sedang mengobrol dengan Ryan tadi adalah Shavira, jadi?

"Jadi, ada hubungan apa lo sama Vikram atau Ryan?" Tanyaku penasaran.

"Jadi orang gausah kepo." Katanya dengan pandangan mata lurus ke depan.

"Ihh, ko lo gitu sih? Tau lah, gue bete sama lo."

"Btw, lo kenapa akhir akhir ini jadi sering keluar bareng sama Vikram?" Tanya Shavira ketika menunggu lampur merah di jalan bergantian menjadi hijau.

Aku menjawabnya sengan menganggat bahu. Karna jujur saja, aku pun baru menyadari hal itu.

"Bryce di hukum sama bokapnya ga boleh keluar rumah kalo wekeend, karna ketauan bolos rabu kemaren."

"Wahahaha."

"Kampret anjir, temen susah di ketawain."

"Salah sendiri bolos. Gue kan udah bilang, gausah bolos. Ini malah ngeyel."

"Iya iya, Eca ma emang bener terus."

"Ehh, vidio call Bryce, coba." Kataku tiba tiba.

"Ya lo aja yang telpon kambing, gue kan lagi nyetir." Jawab Shavira kembali melajukan mobilnya.

Aku mendengus. Kemudian menyambungkan saluran telpon dengan Bryce.

Satu kali.

Dua kali.

Hingga lima kali mencoba namun hasilnya sama, tidak ada jawaban.

Gini amat ya, nungguin jawaban dari temen aja susah, apalagi dari dia yang belum pasti dan tau siapa dia itu, huu:((

"Tau lahh, bete gue sama kalian semua." Kataku sambil mengalihkan pandangan ke jendelan mobil.

"Lha, lo kenapa anjir, marah marah mulu dari tadi."

"Diem ga lo! Mau gue santet?!."

"Gewla sih gewla." Kata Shavira sambil tertawa lepas.

Setelah itu, aku benar benar mendiamkan Shavira. Dan hanya berdeham untuk menjawab pertanyaan dari dia. Hingga tak lama kemudian, mobil yang dikendarai Shavira berhenti tepat di depan rumah ku.

"Mau mampir ga, Phir?"

"Dikata gue Tapir anjir."

Aku kembali mendengus walaupun mengulang kalimat yang tadi.

"Shavira, mau mampir ga?"

"Nahh, gitu dong." Katanya sambil tertawa. "Hmm, mau sih sebenernya, tadi lain kali aja deh, gue udah di wa sama Vikram, katanya kalo udah anterin lo sampe rumah dengan selamat, gue balik lagi ke sana."

****

Salam,
Syifa Nur Rahayu💙

Terimakasih kalian yang telah menyempatkan sedikit waktunya untuk membaca cerita aku💙

Ily🤗
Jangan lupa follow igku:
@syifanrhy_

Khatulistiwa[TAMAT]Where stories live. Discover now