Berawal Dari Sini

26 3 5
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak😉

****

Mungkin, setelah kamu mengetahui sedikit ceritaku, kamu akan paham bahwa aku sedang tidak baik baik saja.

****

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi kalian yang menjalankan.

Happy reading

Setelah menyelesaikan makan malam, semuanya berkumpul di ruang tengah, membahas hal random. Dari yang ayah bertanya tentang bagaimana kuliah Ryan serta Vikram, hingga menanyakan bagaimana kondisi Ersya setelah ini.

Ersya sempat akan menghindar dan mengajak Shavira untuk menonton drakor di laptopnya, tetapi dengan cepat ayah dan bunda mengalihkan pembicaraannya.

"Besok lebih baik kamu istirahat dulu, setelah kamu benar benar merasakan pulih barh boleh masuk sekolah." Ujar ayah penuh perhatian.

"Tapi Eca bosen dirumah terus, apalagi kalo sampai si curut satu ikut ikutan ga sekolah dengan alibi pengen jagain Eca." Jawab Ersya menunjuk kearah Wanda dengan telunjuknya.

"Kalo adeknya curut berarti kakaknya apa dong?" Kata Wanda sambil menjulurkan lidahnya. "Padahal gue baik, nemenin kakaknya yang lagi sakit."

"Gue udah sembuh ya." Protes Erysa.

"Masa sih? Ko gue ga percaya."

"Ayah ish, tuh kan curut satu itu nyebelin. Eca sekolah aja ya." Renggek Ersya sambil memegang tangan ayahnya memohon.

"Umur udah mau 17 masih aja kayak bocah umur 5 tahun." Kata Ryan sambil mengacak rambut Erysa.

Sedangkan sedari tadi, Vikram tak melepaskan pandangannya sedetikpun dari Ersya.

"Ngedip anjir." Kata Ryan sambil mengusap kasar wajah Vikram yang membuat sang empu mendengus.

"Lo gausah ganggu orang lagi kesemsem bang, lo juga pasti bakalan kesel kalo di ganggu." Ujar Wanda tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Pinter, besok main dota sama gue, Wan." Ujar Vikram yang mengacungkan jempol tangannya.

"Jadi lo berada di kubu Vikram, Wan?"

"Males gue sama lo, kasar."

"Karna kan lo yang pengen."

"Kan udah dibilang dari awal, pelan pelan aja."

"Lagian juga, lo seneng gue ajak main kasar."

"Ehh, kalian ngomongin apa?" Kata ayah yang mulai jengah dengan kalimat kalimat yang mereka keluarkan.

"Ish, ayah mentang mentang udah tua jadi mikirnya yang aneh aneh." Jawab Wanda sambil terkekeh.

"Urusan anak muda kalo ini Yah." Ujar Ryan sambil mengedipkan sebelah halisnya.

Ayah menggelengkan kepala sebelum kembali berkata, "Kamu udah bilang ke bunda kalo malem ini kamu tidur di sini?"

"Udah, kebetulan bunda juga ada tugas keluar besok, jadi tadi pulang ke rumah cuman ngambil berkas aja." Jawab Ryan sambil mengangukkan kepalanya.

Mungkin, bagi sebagian orang yang belum lama mengenal Ryan akan beranggapan bahwa Ryan adalah anak remaja yang urakan, tak di didik oleh orangtuanya, bahkan terlihat seperti anak broken home. Tapi kalian salah besar. Walapun bundanya sibuk mengurusi perusahaan yang di tinggalkan ayahnya sejak 4 tahun silam, bundanya berubah menjadi kepala keluarga ibu rumah tangga.

Ryan sangat bersyukur, karna bundanya bisa melewati ini semua. Dan Ryan berjanji akan membantu bundanya semampu dia. Bahkan, sesekali Ryan ikut sertadengan bundanya jika memang ia bisa dan mampu.

Ayah Ryan mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan ayahnya terbaring koma hampir 2 minggu. Sempat sadar sebelum akhirnya beristirahat untuk selamanya.

Saat itu, Ryan tak menunjukkan air matanya di depan umum. Dia bersikap seolah olah dia kuat dan tegar. Selalu saja tersenyum kepada orang yang melihat ayahnya untuk yang terakhir.

Padahal Ersya tau, setiap tengah malam Ryan selalu saja meneteskan air matanya disaat semua orang sedang tertidur dengan lelap.

****

"Kenapa belum tidur? Hmm." Ujar Vikram sambil ikut duduk di sebelah Ersya.

"Ehh?" Ersya sempat kaget melihat orang yang duduk tepat di sebelahnya. "Belum ngantuk aja."

"Ga baik lho, Ca. Mending tidur aja sana."

"Lo sendiri, kenapa belum tidur?" Alih alih menjawab pertanyaan dari Vikram, Ersya justru bertanya balik.

Vikram tersenyum. "Ga bisa tidur gue. Si Ryan ngoroknya kenceng banget." Sambil terkekeh.

Ersya tertawa sambil membayangkan bagaimana kesalnnya Vikram.

"Dia dari orok ngorok deh kayaknya kalo tidur." Jawab Ersya.

Vikram mengangukkan kepala.

"Ryan tuh sama banget kayak ayahnya, kalo tidur harus ada guling, suka ngorok, bahkan sampe ngiler." Lagi lagi Ersya berbicara sambil terkekeh geli.

"Seriusan dia ngiler?" Tanya Vikram tak percaya. Dan dengan yakinnya Ersya mengangukkan kepala.

"Ryan tuh istimewa bagi gue. Gada yang bakalan bisa gantiin posisi dia di hidup gue, sekalipun pacar ataupun suami gue nanti."

Jujur saja, Vikram sempat merasakan cemburu ketika Ersya berkata demikian, namun dengan cepat ia menggelengkan kepala dan mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa Ryan hanyalah abang dari Ersya.

"Ryan Anugrah Agra. Seperti namanya yang Anugerah juga bagi gue." Ucap Ersya sambil tersenyum penuh arti kemudian kembali berkata, "Mau tau ceritanya?" Sambil melirik kearah Vikram.

"Kalo emang lo mau dan percaya sama gue, dengan senang hati gue dengeri, Ca." Jawab Vikram sambil membalas senyuman Erysa.

"Semua itu berawal ketika..."

****

Semoga suka
Salam,
Syifa Nur Rahayu.

Pengen lah sekali kali gantungin cerita biar kayak orang orang, wkwk.

Tunggu kelanjutan ceritanya ya:)

Jangan lupa spam next dan vote biat aku makin semangat nulisnya.

Terimakasih untuk kalian yang sudah setia membaca cerita aku, ily.

Jangan lupa follow akun instagramku: syifanrhy_

Akun wpku juga: syifanrhyuu_

Khatulistiwa[TAMAT]Where stories live. Discover now