3. Mengukur pembalut

25.4K 1.7K 258
                                    

Masih berharap dan terus berharap lama-lama gue jadi juara harapan.

***

Mobil Anggit berhenti tepat di depan Indomaret. Sebenarnya Alin lah yang menyarankan menggunakan mobil karena memang sedang gerimis, Anggit melirik sekilas ke arah adiknya seolah menyuruhnya turun, padahal awalnya Anggit berniat menunggu di mobil saja.

"Lo aja yang beli ya Nggit? Gue kayaknya bocor deh, nggak berani keluar."

Sontak Anggit melotot mendengar kalimat Alin "Harus banget gue yang beli?" Sanggah Anggit.

"Please?"

Anggit berdecak dengan raut kesal, tapi tetap saja turun dari mobilnya dan membuat Alin tersenyum puas "Merk charm yang malam size 29cm ya Nggit."

"Hm." Guman Anggit pelan meskipun sejujurnya dia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang merk pembalut ataupun ukurannya.

Anggit melangkah memasuki Indomaret, ekor mata nya tak sengaja melirik seseorang yang sedang berdebat di meja kasir.

"Mas boleh ya saya ngutang dulu, atau nggak saya mau balik ambil uang deh."

"Kalo nggak bawa uang setidaknya jangan di minum dulu minumannya dek." Kata Mas kasir tersebut.

"Yah kan saya haus, lagipula saya beneran lupa bawa uang, bukan sengaja kali mas."

Anggit menggeleng jengah, bisa-bisanya temannya satu itu hendak mengutang di Indomaret, memang dia kira ini warung nasi kucing? Anggit pun memutuskan untuk berjalan kearah kasir "Berapa mas?" Kalimat Anggit barusan sontak membuat gadis yang sedang barusaha mengutang itu berbalik menatapnya.

"Anggit? Lo kok disini?" Pekik Laura dengan mata berbinar seperti ibu-ibu yang sedang melihat diskonan baju.

"Dua puluh ribu." Setelah mendengar itu, Anggit mengeluarkan uang berwarna hijau tersebut lalu membayarkannya ke kasir.

"Gue jadi nggak enak sama lo, nanti gue ganti deh." Kata Laura cengengesan.

"Nggak usah, tapi lo harus bantu gue."

Setelah mengatakan itu, Anggit menggandeng tangan Laura dan membawanya ke salah satu sisi Indomaret untuk memilih pembalut Alin. Yang tanpa Anggit ketahui kini wajah Laura sudah memerah seperti kepiting rebus hanya karna sentuhan kecil itu.

"Bantuin gue beli pembalut." Kata Anggit. Laura melongo mendengar hal itu "Jadi selama ini lo cewek?"

Anggit menoyor kepala Laura hingga cewek itu mengaduh "Bukan buat gue."

Laura menatap remeh "Bisa aja kan, sekarang kan lagi trend transgender kaya gitu."

Anggit berdecak kesal "Lo ngeraguin gue? Mau gue liatin?"

Laura mengangguk cepat "Boleh."

Anggit kembali menoyor kepala Laura, kali ini lebih keras "Mesum."

Laura mengaduh lalu menatap Anggit kesal "Ishh Terus buat siapa? Raisa?"

Anggit menggeleng "Alin, dia bilang harus ukuran 29cm dan gue nggak bawa penggaris."

"Penggaris? Buat apa?"

"Ngukur pembalut."

Anggit mengatakannya dengan nada serius dan membuat Laura langsung tertawa setelah mendengarnya, Anggit ini bego tapi menggemaskan "Nggak harus diukur juga bambang!" Laura meneplok pipi kiri Anggit yang hanya dibalas tatapan datar oleh cowok itu.

"Kurang keras namparnya." Kata Anggit masih dengan raut datar dan membuat Laura menyadari kalau pukulannya ternyata lumayan keras, tapi serius Laura tidak berniat menampar, Laura hanya gemay.

Flycatcherजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें