25. I'm only human

17.7K 1.3K 88
                                    

Didedikasikan untuk Aisyah____

Ramaikan part ini dengan komen biar gue semangat update guys.

***
Hal yang harus kau tau adalah aku selalu menjadi bagian tawa dan tangismu

***

Tepat setelah memarkirkan motornya di garasi, Anggit berjalan memasuki rumahnya dengan langkah tenang. Cowok itu kemudian membuka pintu dan melihat Ibu nya yang terduduk disofa ruang tamu.

"Kamu kenapa nggak pulang dua hari? Kamu tau nggak sih Mami khawatir sama kamu, telfon juga nggak aktif, kamu pergi kemana?"

Anggit terdiam, dia memang sudah dua hari tidak menginjakkan kaki dirumahnya. Hari pertama dia menginap dirumah Laura sedang hari kedua Anggit memilih menginap di basecamp Serpents. Abi mengetahui hal itu tapi Anggit meminta kakaknya itu untuk tidak memberitahu apapun pada ibunya.

"JAWAB MAMI! KAMU KENAPA NGGAK PULANG?!" Bentak Kinanti yang kehilangan kesabarannya.

Nunggu bekas lukanya pudar, Jawab Anggit didalam hati. karena kenyataannya dia hanya bisa tertunduk tanpa sanggup melihat kedua mata Ibunya.

Anggit berjalan menghampiri ibunya dan memeluknya erat "Maaf Mi."

"Kamu sudah tahu tentang kemoterapi itu kan? dan kamu nyobek kertasnya?" Tanya Kinanti kini melayangkan tatapan tajamnya.

"Anggit nggak mau kemo."

Setelah mengatakan itu Anggit kemudian kembali melangkahkan kaki menuju kamarnya.

"Makan malam dulu, Papi sama yang lain udah nunggu di ruang makan."

Anggit menggeleng "Anggit udah makan."

Kinanti pun akhirnya hanya dapat bernapas pasrah dan membiarkan putranya itu untuk beristirahat di kamar. Sebelum akhirnya Kinanti kembali ke meja makan, dimana sudah terdapat Irawan, Abi, serta putri bungsunya Alin.

"Maaf Mami tadi nunggu Anggit dulu, ternyata dia udah makan jadi nggak mau ikut makan malem," Ujar Kinanti sebelum mendudukan dirinya di salah satu kursi disana.

"Palingan makan sama Laura diluar Mi." Timpal Abi.

"Loh mereka udah pacaran emang?" Tanya Alin penasaran.

Abi berdecih pelan "Dih bocil ketinggalan info."

"Ihh abang nyebelin!" Kata Alin sembari mencembikkan bibirnya kesal.

"Sudah makan saja, biarkan saja kalau Anggit nggak mau gabung, dia memang anak kurang ajar, bisanya cuma menyusahkan orang tua." Celetuk Irawan yang sontak membuat seisi ruangan menjadi hening.

Abi menatap ayahnya seolah tak percaya akan apa yang telah keluar dari mulut sang ayah sedangkan Alin hanya tertunduk tanpa mengucapkan apapun.

"Maksud kamu ngomong gitu apa mas?" Tanya Kinanti dengan raut tak bisa dijelaskan.

"Memang benar kan? Dia itu nggak pulang semalaman, kaya nggak punya rumah saja, seharusnya aku mendidiknya lebih keras."

"Keras gimana Pi? Kasar maksudnya?" Kini giliran Abi yang melayangkan pertanyaan dengan raut sinis. Sebenarnya dia sudah curiga Anggit memiliki masalah dengan ayahnya.

Suasana meja makan kini bertambah tegang, ketegangan yang tak pernah tercipta sebelumnya karena biasanya hanya kehangatan lah yang dapat dirasakan dalam keluarga Irawan.

"Kenapa? Dia pasti cerita sama kamu kalau Papi mukul dia kan? Dia pasti ngomong yang buruk-buruk tentang Papi kan?"

"Mas mukul Anggit?!" Bentak Kinanti yang kini kehilangan kesabarannya.

FlycatcherWhere stories live. Discover now