23. Scared to be lonely

19.7K 1.3K 67
                                    

Didedikasikan untuk rdyt25

Seperti biasa part selanjutnya didedikasikan untuk komentar pertama.

Ramaikan guys!

***
Bisa bisanya paras cantik itu lupa cara bahagia, kapapun kau merasa buruk rupa, berkacalah dibola mataku, disitu kau selalu mempesona cantik seperti biasanya
______________________________________

"Gue pergi dulu, besok berangkat bareng gue. Jangan ngaret."

"Eh eh enak aja main pergi-pergi, gue tuh tau lo nggak mungkin pulang kan malam ini? Lo mau kemana?" Kata Laura menarik lengan hoodie milik Anggit, dia menyadari terdapat luka lebam pada sudut bibir cowok itu, Laura semakin menggenggam erat lengan Anggit.

"Kemana aja."

Sebelah tangan Laura terjulur menyentuh sudut bibir Anggit, cowok itu meringis pelan "Lo abis berantem ya?" Tanya Laura ikut meringis melihat luka lebam yang kini tampak membiru itu "Tumben kena pukul, biasanya lo jago berantem."

"Gue nggak papa." Kata Anggit seadanya.

"Kok lo tawuran nggak ngajak gue sih?" Tanya Laura bingung. "Cerita sama gue gimana bisa gini."

"Gue nggak papa," ulang Anggit dengan raut datarnya.

"Atau gue tanya Abi-"

"Jangan!" Potong Anggit. Cowok itu terlihat mengalihkan pandangannya sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya "Papi yang pukul gue."

Laura terbelalak tak percaya mendengar hal itu.

"Tapi emang gue yang salah, gue tau dia pasti capek punya anak kayak gue, gue cuma bisa nyusahin Ra." Anggit mengatakannya dengan perasaan sesak di dadanya, mengakui kelemahan di depan orang yang disayanginya terasa begitu berat. Jika saja Laura tidak memaksa untuk bercerita, demi apapun Anggit tak akan menceritakan hal itu pada siapapun "Dia ngirim gue buat kemo di rumah sakit Singapura."

Laura terdiam mendengarkan, bibirnya seolah kelu tak bisa berkata-kata.

"Tapi gue nggak akan kesana, gue nggak suka kemo."

Tubuh Laura melangkah maju dan langsung memeluk erat cowok didepannya itu, sedangkan Anggit terlihat terkejut dengan perlakuan Laura.

Melihat Anggit yang terdiam membuat Laura langsung menarik dirinya "Maaf."

Belum lima detik berlalu sebuah tarikan yang berasal dari Anggit sukses mengejutkan Laura, diikuti perasaan hangat di hatinya karena kini malah Anggit yang berganti memeluknya erat.

"Biarin gue meluk lo Ra, sebentar."

Laura mengangguk kemudian memejamkan kedua matanya, menarik Anggit lebih erat kedalam pelukannya, merasakan kenyamanan dan kehangatan yang sebelumnya tak pernah diberikan oleh cowok dingin itu.

"Nggak papa lo nggak suka kemo, yang penting lo suka gue," Kata Laura yang masih saja betah memeluk Anggit.

Anggit terkekeh "Kalo gue beneran ke Singapura, main kesana ya, biar kalo gue mati lo nggak ketinggalan kabar."

"Lo ngomong kaya gitu sekali gue jambak sekarang," Kata Laura tak main-main. Tubuhnya bergetar seketika, sebuah air mata lolos begitu saja dari kedua matanya.

FlycatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang