52. Dia kembali?

15.3K 1.5K 1.4K
                                    

Vote dulu sebelum baca ya? Dan jangan lupa tinggalkan komentar.

Seorang cowok melingkari sebuah tanggal yang menunjukkan angka 30 di kalender. Itu artinya sudah genap enam bulan sejak kedua orangtuanya meninggalkannya disini.

Kringgg

Sebuah telfon berbunyi dengan nyaring. Dengan gerakan malas cowok itu mengangkat panggilan tersebut.

"Halo sayang? Gimana keadaan kamu sekarang?"

Cowok itu tersenyum miring. Melihat jam dindingnya yang menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Dia yakin ibunya sengaja memilih waktu tengah malam untuk menelfonnya.

"Sayang? Kenapa nggak jawab Mami?"

"Mami ngomong sama siapa?" tanya nya.

"Sama kamu lah, anak Mami siapa lagi kalau bukan kamu disana."

"Anak Mami udah meninggal, Mami lupa? Turut berduka ya."

Terdengar hembusan kasar dari seberang telfon. Kinanti tahu putranya berniat menyindir.

"Maafin Mami. Mami terpaksa setujui rencana Papi kamu demi kesembuhan kamu."

Anggit tertawa sumbang. Meskipun begitu hatinya terasa sakit mendengar alasan itu. "Demi kesembuhan aku atau demi finansial kalian?"

"378 ribu dolar bukan jumlah yang sedikit, Nggit. Dan kamu tau hubungan Papi kamu dengan Pak Prabu tidak berjalan baik."

"Mami janji akan segera bawa kamu pulang setelah perusahaan Papi kamu stabil lagi."

"Nggak perlu ngasih janji yang nggak bisa Mami tepati." Setelah mengatakan itu, Anggit mematikan panggilan secara sepihak.

Iya, Prabu Wijaya atau Kakek Anggit memang meminta Irawan mengembalikan uang operasi itu dalam waktu yang dekat. Ketimbang mengatakan kalau dirinya sedang bangkrut, Irawan lebih memilih membuat drama.

Karena itu kematian Anggit dipalsukan dengan dalih mencari simpati dari Kakeknya. Jujur, Anggit sangat menentang ide itu. Tapi dia tidak bisa berbuat banyak.

Yang sebenarnya terjadi adalah, Anggit berhasil melewati operasi itu. Dia tidak meninggal di operasi itu. Meskipun sempat koma beberapa hari tapi dia berhasil selamat. Sayangnya ketika dia membuka matanya, dia malah dikejutkan dengan kabar akan kematiannya sendiri. Yang tentu saja itu hanya karangan ayahnya.

Menghabiskan waktu berbulan-bulan di Rumah Sakit membuat Anggit sangat tertekan. Dia merasa kesepian. Tak hanya diminta berpura-pura, Irawan juga melarangnya menghubungi siapapun termasuk Abi.

Jika Anggit berani melanggar maka Irawan akan lebih ketat bahkan mengancam memindahkannya ke tempat yang lebih jauh.

Tapi sekarang Anggit sudah tidak tahan lagi. Enam bulan waktu yang cukup untuk membuatnya berani bertindak nekat.

Dia berencana untuk kabur ke Indonesia tanpa sepengetahuan orang tuanya. Kalau pun nanti akhirnya akan ketahuan, Anggit masih bisa mencari tempat persembunyian dari Irawan. Yang jelas dia tahan berdiam disini dan membiarkan drama kematian itu terus berlanjut.

Pagi harinya Anggit pergi ke ruangan dokternya, bukan untuk check up melainkan untuk meminta kembali berkas-berkasnya. Sebenarnya pengobatannya memang sudah selesai. Hanya saja dia masih menerima beberapa obat terakhir untuk pemulihan.

Anggit mengetuk pintu ruangan itu. Sebelum akhirnya memasukinya.

"Anggit? What can i do for you?" tanya Dokter Stefan. Dokter yang diminta orang tua Anggit untuk selalu mengawasinya.

FlycatcherWhere stories live. Discover now