34. Kemoterapi?

20.6K 1.5K 299
                                    

Cinta itu seperti permainan. Kau menyerah kau kalah, kau berjuang kau akan mendapat kebahagiaan.

***

Quotes hanya pemanis, vote dulu baru baca.

Laura menatap lamat-lamat layar ponselnya. Sudah hampir seharian gadis itu bolak-balik mengecek ponselnya. Namun tak kunjung menunjukkan notifikasi yang ditunggunya. Terhitung sudah hampir 12 jam chat darinya belum juga ditanggapi oleh Anggit. Membuat Laura gelisah, galau, khawatir, sesak napas–oke, sesak napas terlalu berlebihan.

"Ra, bagusan gue make masker jeruk apa apel?" tanya Shena sembari mengamati kedua sheet mask ditangannya.

"Nangka," jawab Laura malas.

Keduanya saat ini memang sedang berada di kamar Laura. Shena yang sudah mengapelinya sejak tadi pagi duduk dikursi riasnya. Sedangkan Laura merebakan dirinya di kasur.

Shena berdecak pelan kemudian mendudukan dirinya diranjang bernuansa hitam milik Laura. "Lo kesambet apaan sih? Daritadi nggak nyambung kalo diajak omong."

"Anggit." Laura menatap nanar ponselnya.

"Lo kesambet Anggit? Baru tau gue kalo Anggit itu sejenis dedemit." Shena menggaruk rambutnya yang tak gatal.

Laura berdecak kesal. "Anggit belum jawab pesan gue dari kemarin malem. Padahal gue juga butuh perhatian gue juga butuh kasih sayang. Gue bukan boneka, gue disini bukan boneka," racau Laura yang langsung membuat Shena mengecek suhu dahinya.

"Dih panas." Shena menatap nanar temannya itu "Nggak usah dipikirin Ra, positif thinking aja mungkin Anggit bosen sama lo," celetuk Shena yang langsung dihadiahi toyoran dari Laura.

"Positif thinking pala bapak kau," runtuk Laura.

Shena hanya tertawa garing kemudian menyobek sheet mask yang sedaritadi dibawanya dan memakainya. Membuat Laura menyengitkan alisnya bingung. Bagaimana tidak? Temannya itu memakai masker apel dan jeruk itu sekaligus. Laura tau Shena tolol, tapi haruskah separah ini?

"Eh si goblok? Ngapain lo pake dua masker?"

Shena mengendikkan bahunya acuh. "Daripada gue bingung, mending pake aja dua-duanya."

"Kok bisa Abi mau sama lo sih Shen? Herman gue." Laura menggelengkan kepala pelan.

"Gue kan pake pelet," kata Shena ngasal sembari memeletkan lidahnya. Membuat Laura memasang wajah sebal. Mood nya sedang tak baik hari ini. Ini temen satu malah makin bikin emosi. Tau gini mending ngajakin main Nathan.

Tiba-tiba pintu kamar Laura terbuka. Menampilkan Kevin diambang pintu yang tersenyum manis kearah Laura. Hm perasaannya tiba-tiba tidak enak. Pasti Kevin sedang ada maunya.

"Dedek gue yang cantik, buatin gue sama temen gue minuman ya? Lo kan tau bibi lagi pulkam."

Nah kan! Apa Laura bilang, pasti si curut ini ada maunya saat tersenyum semanis itu. Punya kakak cowok memang tidak ada akhlaknya. Bagi kalian yang sering berpikir atau mengidamkan Kakak cowok seperti yang ada di wattpad, mohon dipikirkan ulang jika tidak ingin menjadi babu. Seperti yang sedang dialami Laura saat ini.

FlycatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang