8. Menolak lupa

21.9K 1.6K 163
                                    

Temen gue emang ga serame orang demo tapi kalau lagi bercanda
Ramenya ngalahin Gelora Bungkarno
***

Salah satu hal yang membuat siswa merasa ngantuk kelas adalah momen dimana guru yang mengajar suaranya kelewat halus seperti papan ujian, terlebih saat mata pelajaran bahasa Indonesia. Seperti yang sedang dialami siswa kelas XII MIPA 1, kelas Laura.

Laura mendengus pelan lalu kembali menyandarkan kepalanya pada meja kemudian melirik sesaat kearah Shena yang berpura-pura menulis. Padahal hanya gambaran abstrak yang tertera di bukunya.

"Ini guru seneng banget ngedongeng sih." Guman Laura pelan, Shena melirik kearahnya "Udah syukurin aja, daripada disuruh ngitung lo."

"Ini pelajaran bahasa Indonesia, mana ada ngitung." Geram Laura kemudian beralih pada bangku belakangnya dimana ada Sasky yang sedang berusaha menahan kantuknya juga Nathan yang malah asik bermain Pou di ponsel pintarnya, kurang ajar memang.

"Tan...setan lo mau pura-pura kesurupan kagak?" Tanya Laura kepada Nathan.

"Tan...setan lo mau pura-pura kesurupan kagak."

Sontak Nathan terlonjak kaget tatkala mendengar suara itu dari Pou yang sedang dimainkannya "Wih ngeri, Pou nya ngajakin gue ngomong, jangan-jangan ini kayak my talking angela." Celetuk Nathan.

Pletak

Suara benturan Tipe-X dan kepala seseorang terdengar lumayan nyaring diikuti rintihan Nathan dibelakangnya "ANJIR SAKIT." Teriak Nathan menatap Laura garang sontak membuat seluruh pandangan kelas menatap padanya termasuk Pak Andi- guru pengampu Bahasa Indonesia.

"Heh brisik, gue lagi gambar doraemon jadi kecoret." Protes Shena.

"NATHAN, LAURA, DAN SHENA!" bentakan itu sontak membuat pemilik dari ketiga nama itu terkejut kemudian menatap sang guru yang terlihat marah.

"Keluar kalian kalau tidak bisa tenang di kelas saya." Kata Pak Andi.

"Pak."

"Kenapa Sasky?" Tanya Pak Andi tajam.

"Saya boleh ikut keluar?"

"KELUAR KALIAN BER-EMPAT!" Bentak Pak Andi kehilangan kesabaran.

Sebenarnya ada untungnya keluar kelas disaat pelajaran jam ini. Waktu yang sama dengan jam olahraga kelas XII MIPA 2-kelas Anggit. Jadi Laura bisa dengan leluasa melihat Anggit dari atas, cowok itu rupanya sedang mendribel bola basket bersama Rangga dan Rizal.

Laura kemudian menyipitkan matanya dan menyadari luka lebam yang tercedak pada wajah Anggit, jika biasanya Laura akan segera berlari lalu bertanya langsung tentang apa yang terjadi namun kali ini gadis itu memilih diam dan berusaha tidak peduli terhadap apapun yang menimpa Anggit. Entah mengapa sejak kejadian kemarin Laura butuh waktu untuk 'tidak menganggu Anggit sehari' dalam hidupnya.

"Rizal keren ya." Celetuk Sasky yang berdiri disamping Laura.

Shena menyunggingkan senyumnya "Gue tau lo suka sama dia Sas." Shena menyenggol pelan bahu Sasky "Kenapa harus ditutup-tutupin sih."

"Kadang gue salut sama lo Ra, lo bisa seberani itu ngungkapin perasaan lo sama Anggit." Kata Sasky dengan pandangan mata masih terarah pada lapangan basket "Gue harap gue juga bisa kayak lo Ra."

Laura menghela napasnya kemudian merangkul pundak Sasky "Jangan Sas, lo nggak tau gimana sakitnya ditolak tapi dengan bodohnya lo tetep nggak bisa jauh dari orang yang lo suka." Kata Laura sebelum membalikkan badannya meninggalkan Shena dan Sasky. Terlihat Sasky masih berusaha mencerna kalimatnya sedangkan Shena yang langsung bisa mengerti menatap Laura dengan senyuman gentir.

FlycatcherWhere stories live. Discover now