7. Kembara kembar nakal

20.9K 1.6K 183
                                    

Terkadang tidak semua masalah harus kita umbar, ada kalanya kita memendam nya agar oranglain tidak celaka

***


"Alah habisin aja semuanya." Sahut preman yang lain sebelum akhirnya benar-benar melayangkan pukulan pada Anggit.

Brakkk

Namun belum sampai pukulan itu mengenai Anggit, tendangannya terlebih dahulu menyapa perut salah satu preman itu dan sukses membuatnya terdorong kebelakang. Tatapan tajam Anggit terus menatap orang tersebut.

"Boleh juga nih anak." Kekeh preman itu sebelum akhirnya kembali menyerang Anggit.

Anggit melayangkan banyak pukulan pada mereka namun tak dapat dipungkiri bahwa dia juga mendapatkan beberapa pukulan di wajahnya.

Bugh

Satu pukulan keras dari Anggit sukses membuat salah satu preman itu tumbang. Anggit melirik sekilas pada Abi yang tersenyum melihat hal itu. Rupanya kembarannya juga tak kalah kewalahan darinya.

Brakk

Anggit merasakan sebuah kayu menghantam punggungnya yang sukses membuatnya tumbang. Rasa nyeri menjalar disetiap bagian punggungnya, belum sempat cowok itu bangkit sebuah tendangan sudah terlebih dahulu melayang mengenai wajahnya dan membuat aliran darah segar mengalir dari hidungnya.

Anggit memejamkan matanya, rasa anyir mulai terasa pada indra mengecapnya ditambah kepalanya yang mulai pening membuat Anggit kesulitan berdiri.

Terlihat Abi memandangnya khawatir lalu langsung melayangkan pukulan membabi buta pada preman itu, dengan penuh amarah dan tatapan mengerikan. Tentusaja Abi kesal dan marah karena kebanyakan dari para preman itu malah mengincar Anggit padahal awal dari masalah ini ada pada dirinya, bukan adiknya.

Anggit mengusap darah yang mengalir pada hidungnya lalu berusaha bangkit. Cowok itu menggapai sebuah balok yang tadi membentur punggungnya lalu melayangkannya pada kepala salah preman itu. Karena merasa kewalahan akhirnya ketiga preman tersebut memilih kabur.

Anggit terdiam kemudian menatap Abi. Namun belum sempat cowok itu bertanya, Abi sudah terlebih dahulu memeluknya dan membuatnya meringis "Sakit bodoh." Runtuk Anggit, sungguh tubuhnya terasa sangat menyakitkan terlebih punggungnya, mungkin akan tercetak lebam disana.

"Lo ngapain bisa sampe kesini?!" Tanya Abi.

"Lo ada masalah apa sama tuh preman?" Bukannya menjawab pertanyaan Abi, Anggit malah balik bertanya.

Abi menggendikkan bahunya "Gue nggak tahu, mereka tiba-tiba nyegat gue terus giring gue kesini."

"Dan lo nggak ngabarin gue atau anak Serpents lainnya? Lo bego ya Bi?" Geram Anggit "Kalo gue nggak kesini, lo bakal jadi apa?"

Abi terdiam, sebenarnya dia hanya tidak ingin menarik seseorang dalam bahaya apalagi adiknya. Lihat saja apa yang terjadi pada Anggit karena menolongnya.

"Mending kita cepet pulang daripada lo ceramah mulu kek ustadz maulana, belum lagi pasti Mama sama Papa bakal ngasih pidato kalo liat kita berdua pulang babak belur." Kata Abi berusaha mengalihkan pembicaraan.

Anggit mengangguk pelan. Abi benar, sebentar lagi pasti kedua orang tuanya akan meluncurkan banyak ceramah untuk mereka, terutama untuk Anggit.

***
Kedua anak berwajah serupa itu akhirnya memilih masuk melalui pintu belakang rumahnya. Mereka tak ingin membangunkan keluarganya apalagi dengan keadaan babak belur seperti ini.

"Mau gue obatin luka lo?" Bisik Abi kepada adiknya.

"Gue bisa sendiri." Jawab Anggit pelan sebelum keduanya dikejutkan dengan lampu dapur yang tiba-tiba menyala dan menampakkan kedua orang tuanya disana seolah memang menunggu kedatangan mereka.

FlycatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang