35. Curiga?

15.1K 1.5K 172
                                    

Didedikasikan untuk tasya180505

   ***
Please don't break my heart trust me i've been broken before

***

Boleh vote dulu? Walaupun aku double update tapi tetep tinggalin jejak buat part ini ya? Biar aku nggak nyesel double up

***

"Kalian melihat sweaper?"

"Tuh dibelakang lo," ujar Abi sembari memfokuskan matanya pada layar kaca. Membuat Anggit maupun Alin menggelengkan kepala melihat kelakuan Kakak tertuanya.

"Dimana?"

"Bacot dilobang hidung lo tuh, jejeran sama upil, masih aja tanya. Buta mata lo?"

"Oh tidak, Sweaper datang."

"BODO AMAT TADI GUE BILANG JUGA APA!"

Brakk

Sebuah remot tv melayang begitu saja mengenai pelipis Abi.

"SAKIT ANJIR!" pekik Abi seraya menatap tajam orang yang baru saja melemparnya dengan remot tv.

Anggit hanya melayangkan tatapan malas kearah kakaknya. "Berisik," guman cowok itu Pelan.

"Salahin noh adek lo yang ngotot nonton Dora, kan jadi gedek gue liatnya," tuding Abi kepada Alin.

"Lah kok jadi gue? Suruh siapa lo ikut nonton. Baperan pula," protes Alin tak terima.

Anggit hanya mengusap wajahnya frustasi. Perdebatan unfaedah semacam ini sudah menjadi makanannya sehari-hari sejak liburan akhir sekolah. Membuatnya semakin merindukan sekolah. Setidaknya disekolah dia bisa lebih tenang tanpa keributan. Dan yang paling penting lebih sering bertemu Laura. Nah kan tetep, ada udang dibalik rempeyek.

"Mami mau belanja dulu. Kalian ada mau titip sesuatu?" Kinanti yang baru saja keluar dari kamar menatap satu-persatu anaknya.

"Es krim!" Pekik Alin semangat.

"Oreo supreme," lontar Abi yang hampir bersamaan dengan Alin.

"Oke, nanti Mami belikan es krim untuk Alin, buat abang beli sendiri aja keinginan mu terlalu sultan," ujar Kinanti sebelum berjalan keluar meninggalkan ketiga anaknya.

Abi melongo tak percaya. "Kenapa gue selalu ternistai sih, giliran Alin minta aja dituruin terus."

"Lo anak pungut." Anggit berkomentar. Meskipun singkat tapi lumayan nyelekit. Membuat Abi melotot tak percaya kearahnya.

"Heh kalo gue anak pungut, berarti lo juga lah, ngotak tolol." Abi protes tak terima.

Anggit mengangkat bahunya acuh, enggan menanggapi ucapan kakaknya lagi dan memilih beranjak dari ruang tv. Sebelum akhirnya terdengar suara ketukan pintu, membuat Anggit otomatis mengurungkan niat ke kamar dan memilih membukakan pintunya.

Terdapat seorang cowok dengan sarung yang disampirkan dipundaknya, berdiri tepat didepan terasnya.

"Please tolongin gue babang Anggit, umpetin gue kemana aja, bawa gue ke tempat aman." Roman langsung menampilkan raut takut sembari memohon kearahnya dengan puppy eyes. Yang sayangnya terlihat menjijikan dimata Anggit.

Anggit bergedik ngeri. Tetangga kompleks sekaligus teman sekolahnya ini memang tak pernah sadar diri.

Roman memang tinggal di kompleks sebelah rumah Anggit. Bahkan jarak rumah mereka hanya terpaut beberapa meter, itulah mengapa Roman seringkali menebeng padanya. "Abis tawur sarung?" tebaknya.

FlycatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang