37. Perfect guardian (15+)

19.5K 1.3K 278
                                    

Didedikasikan untuk DivaAnggraf

VOTE DULU UNTUK PART INI

KOMEN YA BIAR AKU SEMANGAT UPDATE

***
When the night falls on you, you don't know what to do, I'll stand by you, won't let nobody hurt you

***

"Gue ke kelas dulu. Lo jangan bolos. Kita mau UN sebentar lagi. Belajar yang rajin biar bisa lulus bareng. Kalo ada tugas dikerjain. Kalo ada..." Laura menggantung kalimatnya tatkala sebuah badan tegap melewatinya begitu saja. Gadis itu menganga tak percaya.

Anggit berjalan meninggalkannya setelah selesai mengunci motornya. Tanpa menghiraukan Laura yang masih berbicara.

Mereka memang sedang berada di parkiran sekolah, namun kali ini mereka tidak datang terlambat melainkan tepat waktu.

"Anggit Rahesa Yudistira! Gue lagi ngomong malah dikacangin." Dengan kesal Laura berjalan mengikuti Anggit dibelakang. "Lo masih marah sama gue karena masalah semalem?"

Anggit masih terdiam enggan menjawab ucapan Laura bahkan setelah mereka sampai di koridor sekolah.

Buset jadi bakul kacang beneran gue!

Laura geram sendiri. "Lo denger nggak sih gue ngomong apa?"

"Hm," guman Anggit pelan.

"Kalo denger kenapa nggak jawab omongan–"

Brukk

Kalimat Laura terhenti ketika sebuah punggung tegap berhenti tiba-tiba dan membuat dahi nya terpentok benda tersebut.

"Kalo berhenti ngomong dulu dong!" Pekik Laura sembari mengusap jidatnya.

"Gue berhenti karena udah sampe di kelas lo," ujar Anggit menunjuk sebuah tangga menggunakan dagunya. Ya, itu memang tangga menuju kelas Laura. "Sana naik," hardik cowok itu.

Laura memangut sebal, menatap Anggit dengan tatapan tajam. "Kalo marah sama gue ngomong! Punya mulut digunain, jangan diem aja kaya patung."

"Salah kalo gue diem?" Tanya Anggit dengan wajah datarnya.

"Ya salah lah!" Sewot Laura.

"Kalo nyium salah nggak?" Setelah mengatakan itu Anggit langsung memajukan tubuhnya. Bersamaan dengan sebuah kecupan yang mendarat dipipi Laura.

Cup

Laura mendelik seketika. Sorakan histeris terdengar disisi kiri dan kanannya. Anggit mencium pipinya begitu saja, tanpa ijin, tanpa beban, dan tanpa rasa bersalah. Di depan banyak siswa yang melewati koridor ini.

"Gue dengerin lo kok, semangat belajar juga," kata Anggit yang langsung berjalan santai meninggalkan Laura mematung dikoridor. Dengan senyuman tipis terukir di bibirnya, membuat ketampanan cowok itu melonjak secara drastis. Sial!

Laura mengerjapkan matanya beberapa kali. Sebelum akhirnya kesadarannya kembali.

"Gue bilangin Pak Irawan ya lo Nggit!" Pekik Laura dengan wajah memerah. Tentu saja dia kesal dengan sikap Anggit namun tak bisa dipungkiri bunga-bunga bertebaran dilubuk dihatinya.

"Apa lo liat-liat? Sirik?" Ujar Laura sembari melirik segerombolan cewek yang daritadi menatapnya sinis. Lihat saja sebentar lagi pasti semakin banyak siswi yang menghujatnya. Lagi.

***

Setelah berganti pakaian olahraga, Laura dan Shena langsung berjalan menuju lapangan. Jam pertama kelas MIPA 2 memang olahraga, pelajaran favorit hampir seluruh siswa. Bahkan siswa langganan bolos seperti Nathan pun rela mengikuti pelajaran tersebut.

FlycatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang