13. Garis terdepan

18.8K 1.4K 109
                                    

Kau selalu menarik Laura, cantik seperti biasanya
***

Abi membanting ponselnya pada sofa, matanya terpaku pada pintu rumahnya yang terbuka lebar padahal sedang hujan lebat diluar sana. Disertai angin kencang juga sesekali petir yang menyambar bergantian.

"Sudah ada kabar dari Anggit?" Tanya Kinanti yang baru keluar dari kamarnya dengan raut cemas.

"Belom Mi, dia hobby banget ngilang," Runtuk Abi "Tadi aja pas dihukum dia malah ngilang entah kemana sampe sekarang dan belum pulang, dia bahkan nggak ikut kumpul padahal tadi lumayan karena ditraktir Rangga sepuasnya," Curhat Abi kepada Maminya.

Tanpa berkata apapun Kinanti pun kembali ke kamarnya, hendak mengecek ponselnya, siapa tahu sudah ada kabar atau pesan dari Anggit.

Sedangkan Abi masih berdiam diruang tamu, memikirkan benda apa yang pantas dia lempar kearah adiknya saat cowok itu pulang nanti. Panci? Wajan? Atau piring? Tidak-tidak! Abi menggeleng pelan "Yakali gue harus cari keliling kompleks," Guman Abi pada dirinya sendiri.

"Nggak perlu." Celetuk seseorang yang baru saja menampakkan dirinya dari balik pintu, setelah seharian menghilang tak tahu kemana.

"LO DARI MANA AJA SETAN." Geram Abi menatap Anggit yang masih saja menunjukkan raut datar disaat dirinya khawatir setengah mati, sebentar lagi pasti Abi akan memberikan ceramah panjang seperti ibu-ibu dipasar yang mau menawar baju.

"Udah bolos sekolah, pulang malem, seragam basah dan- astagfirullah Laura, lo kok nyasar kesini?" Mata Abi beralih pada gadis disebelah Anggit yang juga tak kalah basah dari adiknya "Hai Abi." Sapa Laura sembari tersenyum. Kemudian Abi kembali menatap Anggit.

"MAMI! ANGGIT ABIS NYULIK ANAK GADIS ORANG!" Teriak Abi menggelar diseluruh sudut rumah yang langsung membuat Anggit ingin melenyapkannya saat itu juga.

"APA?!" Pekik Kinanti dari dalam kamar lalu berlari keluar dengan tergesa-gesa.

Anggit pun mengusap wajahnya kasar sembari menggumankan sumpah serapah untuk kakaknya yang laknat itu.

***

"Ini kamu pake bajunya Alin dulu ya sayang, tante mau lanjutin masak buat makan malam." Kata Kinanti seraya tersenyum menatap Laura.

"Laura boleh bantuin tante mertua masak nggak?" Tanya Laura.

Jujur saja sebenarnya Laura itu tidak pintar memasak, namun mumpung ada kesempatan untuk mengambil hati calon mertua mengapa tidak?

"Boleh banget, tapi kamu ganti baju dulu ya, takut nya masuk angin." Kata Kinanti, dia senang jika ada yang mau membantunya memasak karena ketiga anaknya termasuk Alin pun tak pernah mau melakukannya.

"Siap, tapi tante tungguin Laura dulu yaa, jangan masak dulu." Bujuk Laura.

"Iya cantik." Balas kinanti dengan senyuman lembut.

Setelah Laura berganti pakaian, gadis itu pun langsung menuju dapur dimana sudah terdapat Kinanti yang terduduk di kursi meja makan sembari memegang handphone ditangannya, mungkin wanita itu memang sedang menunggu Laura untuk memasak.

"Hallo tante mertua." sapa Laura.

"Astagfirullah Laura, ngangetin tante aja." Balas Kinanti sembari mengelus dadanya.

"Maap Tante." Balas laura kemudian tersenyum tak enak.

"Loh Laura gak sisiran dulu? Keringin juga rambutnya, pinjem Alin Hairdryer." Ucap Kinanti mengelus rambut Laura lembut.

"Dia nggak suka ribet Mi." Balas Anggit tiba-tiba muncul menuruni tangga dengan hanya menggenakan handuk yang dibelitkan dipinggang nya, ia memang berniat mengambil air putih yang akan diminum dengan obatnya sebelum makan.

FlycatcherWhere stories live. Discover now