24. Bucheen

19.9K 1.2K 61
                                    

Aku tidak suka debat
Aku sukanya kamu
Tolong jangan diperdebatkan
______________________________________

Kedua mata Laura mengerjap bersamaan dengan sinar lampu yang menyeruak memasuki iris matanya. Sepertinya lampu kamarnya lupa dimatikan. Dia kemudian melirik sesaat jam dinding yang menunjukkan pukul 4 pagi. Bukannya kembali tidur seperti biasanya, Laura malah beranjak dari ranjangnya dan hendak menuju dapur.

Tenggorokannya terasa sangat kering, dia butuh segelas air, plus makanan ringan, susu kotak, sereal, es krim dan juga roti.

Setelah mengambil apa yang diperlukannya, Laura berencana hendak kembali ke kamar. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat seseorang sedang tersujud disebuah ruang sholat kecil dirumahnya.

Kedua mata Laura tak henti menatap bayangan Anggit yang terlihat khusuk menjalankan ibadah shalat subuh. Tanpa sadar sebuah senyuman terukir di bibir Laura, pemandangan ini benar-benar menyejukkan mata sekaligus hati Laura.

"Mau sholat?" Tanya Anggit setelah menyelesaikan ibadahnya.

Laura menggeleng pelan "Lagi ada tamu."

Anggit yang langsung paham kemudian mengangguk "Jangan galak."

"Iya sayang." Kata Laura sembari tersenyum, diikuti aura merah disekitar pipinya tentu saja.

Anggit kemudian tersenyum, sangat manis, hingga membuat Laura nyaris sesak napas.

***

Anggit terlihat duduk di motornya sembari menunggu seseorang keluar dari sarangnya. Terhitung sudah hampir setengah jam dia menunggu Laura dihalaman rumah gadis itu, namun Laura tak kunjung keluar.

Kemudian seorang gadis dengan kuncir kuda berseragam osis berjalan ke arahnya sembari melayang senyuman manis "Ayo berangkat."

Anggit mendengus kesal "Lama banget, nyesel gue ngajak bareng."

"Kita kan satu rumah, wajar dong bareng," Kata Laura. "Ayo cepetan berangkat nanti telat."

Tanpa ingin berdebat lagi Anggit akhirnya segera menjalankan motornya. Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk sampai ke SMA Trisakti. Sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 7 tepat. Apa yang Anggit khawatirkan terjadi. Dia dan Laura terlambat. Pintu gerbang sekolahnya terlihat tertutup rapat. Jika memaksa melewatinya sudah pasti terdapat guru piket yang siap menghukum mereka.

"Yah Nggit udah telat, gimana dong?" Tanya Laura.

"Lewat gerbang samping aja," kata Anggit sebelum akhirnya memarkirkan motornya didekat cafe sekolah. Mau bagaimana lagi, tempat itu satu-satunya pilihan saat ini.

Anggit menuntun menggenggam tangan Laura lalu menariknya menuju gerbang samping sekolah. Tentu saja hal itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka terutama Laura. Siswi langganan telat.

"Lo bisa manjat kan Ra?"

Laura tersenyum bangga "Nggak perlu ditanya sayang."

Tanpa diminta, Anggit mengalihkan pandangannya ketika Laura memanjat. Gadis itu memanjat dengan lihat bagai kera sakti. Kemudian disusul Anggit yang juga memanjat setelahnya.

"HEH TURUN KALIAN"

"MAMPUS!" Pekik Laura tanpa sadar setelah melihat penampakan seorang guru yang menangkap aksinya. Sial!

"Lari Ra." Anggit kembali menarik tangan Laura kemudian berlari menyusuri lorong sekolah.

"Lu masuk kelas dulu mendingan," titah Anggit kepada Laura ketika mereka berada tepat disamping tangga menuju kelas Laura.

FlycatcherWhere stories live. Discover now