28. F*ck the rules

17.3K 1.2K 177
                                    

Laura, satu hal yang harus kau tau, aku adalah kata indah yang terbungkus oleh masalah.

Untukmu jangan pernah menyerah.

****

Anggit berjalan santai diantara para siswa yang berlarian menuju lapangan untuk melaksanakan upacara bendera. Terlihat disana para guru yang sudah berteriak-teriak menyuruh anak-anak SMA Trisakti untuk cepat berbaris.

"Anggit! cepat baris! Udah telat malah santai-santai jalannya."

Anggit hanya mengangguk namun tetap berjalan santai tanpa menghiraukan ucapan gurunya itu.

"Itu kancing atas dikancingkan, baju kamu dimasukan ke celana! Dasi dibenerin jangan dibuat ikat kepala!"

Anggit menatap gurunya malas, sebenarnya dia sengaja mengikat kepalanya karena merasa pusing. Namun sebagai siswa teladan dia harus menuruti perintah sang guru.

Setelah itu, Anggit menempatkan dirinya di barisan paling belakang kelasnya. Bergabung bersama Abi dan Roman yang sudah terlebih dahulu berada disana.

"Udah telat, nggak pake topi, sepatu merah, lo kira ini sekolah milik pak Irawan?" Sindir Roman sembari melirik kearahnya.

"Pelangi Spongebob," Kata Anggit dengan wajah tanpa ekspresi.

Roman menyengit bingung "Hah? Apaan tuh?"

Anggit tersenyum sekilas. "Bacot," kata nya, sebelum akhirnya kembali menunjukkan ekspresi datar.

Upacara bendera hari senin, tanggal 16 Februari 2020 siap dilaksanakan. Masing-masing Pemimpin barisan menyiapkan barisannya.

Suara seseorang yang bertugas sebagai Protokol sontak membuat para siswa yang berada dalam barisan terdiam dan mengikuti instruksi tersebut.

Semuanya, kecuali Anggit. Karena yang dia lakukan malah mengedarkan matanya kebelakang dan mendapati bayangan Laura yang memang sedang bertugas menjadi PMR disana. Namun tepat ketika iris matanya bertabrakan dengan mata Laura, gadis itu malah mengalihkan pandangannya.

Sepertinya Laura masih marah, pikir Anggit.

"Ra..." Panggil Anggit pelan, sembari celingukan untuk memastikan tak ada guru yang memergokinya berbicara saat upacara.

"Laura..." Ulangnya.

"Apa?" Sewot Laura kemudian mendekat kearahnya. Wajah gadis itu sangat tidak ramah, bahkan menatapnya tajam.

"Gue sakit, nggak bisa skip upacara?"

"Stttt, diam!" Desis salah satu petugas osis disana untuk mengingatkan agar tidak mengobrol ketika upacara.

Laura hanya tersenyum kikuk, berbeda dengan Anggit yang malah mengacungkan jari tengah pada osis cowok itu. Namun langsung ditepis kasar oleh Laura.

"Tangan lo nggak sopan," Bisik Laura ketus.

"Pala gue pusing, yakin."

Laura berdecih pelan "Mabuk sono, siapa tau sembuh!" Sindir gadis itu lalu berjalan menjauh dari barisan Anggit dan mengambil posisi dimana Anggit tak bisa lagi menganggunya.

Sial!

Anggit hanya dapat bernapas pasrah. Dia tidak berbohong mengenai kondisinya. Kepalanya benar-benar pusing saat ini, diperparah dengan sinar matahari yang langsung mengenai rambutnya karena dia tak memakai topi. Bahkan kedua matanya seolah berkunang-kunang sedari tadi. Mungkin karena efek alkohol semalam? atau karena penyakit sialannya.

FlycatcherWhere stories live. Discover now