27. Feeling so high

16.6K 1.3K 103
                                    

Bagi dunia, kamu mungkin satu orang, tapi bagi satu orang kamu mungkin dunia nya.

***

Setelah mengantar Laura pulang, Anggit tidak memutuskan untuk langsung kembali kerumahnya. Cowok itu memilih mengunjungi tempat dimana dia bisa melepaskan bebannya sejenak, apalagi jika bukan kelab malam.

Kedua mata elang Anggit mengedar mencari seseorang. Terlihat dari kejauhan Jonathan yang melambaikan tangan kearahnya dan memintanya untuk mendekat.

"Sumpah gue kaget banget pas denger lo mau kesini, biasanya kan lo anti hal-hal kaya gini," Celetuk Nathan ketika Anggit memutuskan untuk duduk disebelahnya.

"Gue nggak tahu harus gimana lagi." Suara dingin itu akhirnya keluar dari bibir Anggit.

"Lo ada masalah apa? Cerita sama gue."

Anggit kembali menghembuskan napasnya kasar "Gue bukan tipe orang yang suka cerita."

Ya! mungkin, kecuali ketika bersama Laura.

"Abi tahu lo disini?"

Anggit menggeleng lalu meraih botol minuman yang dia sendiri tak tahu isinya apa. Tapi yang jelas minuman itu terasa panas dan membakar tenggorokannya.

"Gilaa, pelan-pelan cuk minumnya." Kata Nathan kemudian menahan botol yang diminum Anggit dan menjauhkannya dari jangkauan temannya itu "Itu kadar alkoholnya tinggi Nggit, lo harusnya pake gelas bukan langsung dari botol tolol."

"Tau."

"Lo kenapa sih Nggit? Biasanya anti banget sama minum-minum," Tanya Nathan dengan raut bingung. Karena yang Nathan tahu Anggit memang tak pernah mencoba minuman beralkohol. Jangankan mencoba, mencium saja sudah enggan. Bahkan dulu saat Nathan membawa beer kedalam basement, Anggit orang pertama yang membuang botol tersebut ke tempat sampah.

"Cerewet banget lo," Hardik Anggit yang kemudian merasakan getaran di ponselnya.

Cowok itu segera meraih ponselnya dan melihat puluhan pesan serta panggilan tak terjawab dari Laura.

"Laura nelfon noh," Kata Nathan sembari melirik ponsel Anggit.

Anggit pun akhirnya memutuskan untuk mengangkat telfonnya meskipun kini kepalanya sudah mulai pusing, mungkin efek dari minuman beralkohol tersebut.

"Halo?"

"Lo dimana? Abi tadi nelfon gue katanya lo belum pulang? Lo kemana Nggit?"

"Pelan-pelan ngasih pertanyaannya, gue belum belajar." Kata Anggit.

"Lo dimana?"

"Dimana-mana hatiku senang, eh Nggak tau deh, Tan ini dimana sih?" Anggit melirik kearah Nathan dengan mata sayu.

"Lo lagi sama Nathan?"

"Kok lo tau?" Kata Anggit dengan raut terkejut "Tan, pacar gue dukun deh kayaknya."

Nathan menepuk dahinya pelan, Anggit sudah terlalu mabuk saat ini "Sini biar gue aja yang ngomong." Nathan hendak mengambil ponsel Anggit namun ditahan oleh pemiliknya "Enak aja, ini kan pacar gue bukan pacar lo," sinis Anggit.

"Argh Anggit lo dimana sih?" Terdengar geraman dari seberang telfon yang sontak membuat Anggit terkekeh. Entahlah, sepertinya otaknya kini sudah hampir setengah sadar.

"Gue serius Nggit, rame banget sih? Lo ngedugem ya?"

"Nggak lah, mana bisa joget gue, tapi ya cuma jempol kaki gue yang gerak-gerak, emang bisa disebut dugem ya?"

FlycatcherWo Geschichten leben. Entdecke jetzt