53. F*ck you, Jamet.

17.7K 1.6K 2.9K
                                    

Vote dulu sebelum baca ya? Oh iya absen domisili dulu sini, kalian dari mana aja? Salam dari Demak, Jawa Tengah.

Jangan lupa komen per paragraf juga biar aku makin semangat nulis dong.

Seorang gadis keluar dari kelasnya dengan airpod tersumat di telinganya. Gadis berhoodie putih itu memutuskan untuk duduk di bawah pohon rindang yang terletak di depan kampusnya.

Laura lalu mengeluarkan sebatang rokok dari saku celananya. Sebelum akhirnya menyalakan benda itu. Laura akui dia belum sepenuhnya menjauh dari kebiasaannya. Rokok dan alkohol menjadi teman baiknya beberapa bulan terakhir ini.

"Nyebut Ra nyebut, tobat lo anjim!" ujar Roman sembari memegang jidat Laura. Seolah cowok itu sedang merukyah Laura.

"Singkirin tangan lo njir! Bau terasi tau nggak?!" Laura menepis kasar tangan Roman.

"Sembur jangan nih Man? Biar rokoknya mati," timpal Rizal yang juga berada disana.

"Gue patahin leher lo ya!" ancam Laura pada cowok itu.

"Lagian berapa kali gue bilang sama lo, ngerokok jangan di kampus. Mau lo di DO karena rokok?" ujar Rizal.

Laura menatap Roman dan Rizal sinis. Dateng-dateng malah ngerusuh. Mimpi apa Laura bisa ketemu dua makhluk ini di kampusnya.

Sebenarnya bukan hanya Roman dan Rizal yang berada di kampus ini. Nathan, Rangga, dan Shena juga berada disini. Berbeda dengan Abi yang memilih salah satu Universitas di Bandung.

"Pararunten akang teteh, Shena yang cantik datang membawa kebahagiaan." Bisa ditebak itu suara siapa kan?

"Dih berasa ibu peri lo?" ejek Roman yang dibalas dengusan oleh Shena. Tatapan Roman kemudian beralih pada Laura. "Eh Ra, lo inget temen gue kemaren yang nanyain nomor lo kagak? Kayaknya dia naksir deh sama lo."

"Siapa?"

"Si David, anak BEM juga kan dia," jawab Roman.

"Oalah, iya dia ngechat gue," ujar Laura dengan raut tenang.

"Menurut gue David cakep kok, cocok sama lo Ra. Siapa tau jodoh kan?" komentar Shena.

"Skip, gue carinya cowok yang namanya Anggit," jawab Laura dengan enteng.

"Lo nggak usah bikin gue inget Anggit lagi deh Ra, bisa dipertanyakan nih kelamin gue kalau nangis disini," ujar Roman. Dia memang masih sensitif jika seseorang menyebut nama Anggit.

Shena menatap Laura sendu. "Kapan move on nya lo kalau gini terus? Biarin Anggit tenang disana, tugas lo disini cuma satu, relain dia."

Laura hanya terdiam. Sampai kapanpun dia tidak akan bisa merelakan Anggit.

Rizal menepuk bahu Shena pelan. "Pejuang LDR nggak usah sok keras."

"Anjir lo!" maki Shena.

Roman tersenyum miring. "Gimana kabar Abi di Bandung Shen? Gue denger banyak cewek bening disana ya? Kalau dia udah mulai ngilang, inget kata tukang parkir."

Nah kan kang kompor meledak emang si Roman.

"Ape tu Man? Ape tu Man?" tanya Rizal memancing.

"Jangan dikunci stang mas," sahut Roman.

"Bukan tolol, yang bener tu, dua rebu mas," jawab Rizal. Tak kalah tololnya.

"Bilang mundur aja susah amat," timpal Laura. To the point, menerobos sampe ke ulu hati Shena.

"Anjay, wanjay, gurinjay, braganjay." Roman tertawa puas.

"Tenang Shena, nanti kalau Abi berani macem-macem masih ada gue yang setia nunggu lo." Lucu memang kalimat itu keluar dari mulut playboy sejenis Rizal. Yang ada cap mama nya, badak tau sendiri.

FlycatcherWhere stories live. Discover now