16. Pertengkaran sengit

18.8K 1.3K 117
                                    

Karena kemarin banyak yang komen jadi aku update lagi guys, ramaikan vote dan komennya lagi ya biar semangat update!

****

Hati tau mana yang patut untuk diperjuangkan mana yang patut untuk ditinggalkan
______________________________________

Salah satu kegiatan yang pasti akan dilakukan seluruh anak jurusan IPA adalah Pratik Laboratorium. Seperti yang sedang dilakukan kelas XII MIPA 1, Kelas Laura.

Dan seperti biasanya, para guru membagi kelas menjadi berpasang-pasangan sesuai nomor urut.

Jonathan lah yang seharusnya menjadi pasangan kelompok Laura kali ini, namun sialnya cowok itu menghilang entah kemana. Padahal Laura sempat melihat Nathan tadi pagi. Sepertinya si Nathan sialan itu membolos tanpa mengajaknya. Dan sekarang terpaksa Rio lah yang akhirnya menjadi pasangan kelompoknya. Rio adalah salah satu teman Laura yang tergabung dalam geng Serpents namun hubungan mereka tidaklah sedekat itu.

"Ini umbi lapisnya yang mana sih?" Tanya Laura sembari mengiris bagian bawang merah yang dijadikan bahan praktik kali ini.

Rio mengambil alih pinset yang dipegang Laura "Yang ini Ra." Katanya, Laura hanya mengangguk saja. Ia sama sekali tidak paham mengenai pelajaran Biologi.

Kemudian Rio meletakkan bagian tersebut pada mikroskop "Lo mau lihat?" Laura mengangguk antusias kemudian mengamati umbi tersebut pada mikroskop dan berusaha mengambar apa yang ditangkap oleh matanya.

"Ra gue boleh tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Lo beneran suka ya sama Anggit?" Tanya Rio sembari sibuk menggambarkan bagian sel dari pengamatannya.

"Tiga tahun bro, lo bayangin aja gue ngejar tuh mahluk astral selama tiga tahun," Kata Laura dramatis "Dan lo masih tanya gue beneran suka apa nggak?" Laura tersenyum hambar.

"Apa bagusnya sih Anggit? Dia tuh nakal, suka berantem, nggak pernah ngerjain tugas, bolos mulu alesannya pergi padahal mah bisa aja dia bohong."

"Mirror woy, lo juga nakal." Kata Laura kemudian tertawa.

"Ya tapi setidaknya gue pinter." Kata Rio membanggakan dirinya "Lo tuh cantik banyak yang mau sama lo, buat apa ngejar yang nggak pasti."

Laura terdiam sesaat, perasaannya mendadak tidak nyaman berada di dekat Rio.

"Iya lo pinter, tapi percuma pinter kalo suka ngejelekin temen lo sendiri dibelakang." Kata Laura dengan wajah sinis, tentu saja dia kesal ketika Rio membicarakan keburukan Anggit didepannya. Padahal Rio dan Anggit itu satu geng, mereka berteman "Lagipula lo nggak tahu apa-apa soal Anggit, mendingan lo diem." Lanjut Laura.

Rio berdecih pelan "Gue ngucapin fakta, toh selama ini Anggit emang nggak pernah bales perasaan lo, mending lo sama yang lain, gue misal."

"Bisa nggak sih nggak usah urusin hidup gue?" Kini Laura menatap Rio tajam, nada kalimatnya berubah menjadi dingin "Dan sorry, lo bukan tipe gue, cowok tukang gibahin temen nggak akan jadi tipe gue."

"Serah lo deh." Kata Rio singkat kemudian beralih tempat menjadi duduk dibelakang Laura.

Laura yang tak ingin ambil pusing dengan sikap aneh Rio pun memilih kembali menyelesaikan gambarnya. Sesekali gadis itu melihat melalui mikroskop lalu beralih pada gambarnya lagi. Begitu seterusnya.

"Laura dan Rio." Suara Pak Bambang sontak membuat Laura mendongak menatap sang guru yang berada di depan "Bisa bapak lihat pekerjaan kalian?" Tanya Pak Bambang.

FlycatcherWhere stories live. Discover now