44. Pacar tak berahlak

16.1K 1.4K 561
                                    

Pincet bintang dulu sebelum baca. Jangan lupa komen juga ya

***

"Rang ....huaaa." Roman berpura-pura menguap. Meskipun dengan menyebut nama Rangga agar sang pemilik nama menoleh ke arahnya.

"Apa?" ucap Rangga tanpa suara.

"Nomor 1 sampe 40 jawabannya apa?" Roman mengatakannya dengan bahasa isyarat.

"Nggak ada akhlak lo kalo nyontek, ntar gue belum selese."

Roman mendesah pelan. Kemudian matanya melirik ke arah Anggit yang jaraknya lebih dekat dengannya.

"Ssst, babang Anggit."

Cowok dengan raut datar itu berdecak. Mengangkat salah satu alisnya bermaksud bertanya. Kepentingan darurat apa yang membuat Roman memanggil namanya dengan gaya tengil nan menjijikan.

"Jawaban nomor 1 sampe 40 dong," ujar Roman dengan wajah memelas.

"A, A, C ...."

Roman tersenyum senang kemudian mulai menuliskan susuan alfabet yang di ucapkan Anggit. Hingga sekitar dua puluh nomor terisi. Tumben sekali Anggit baik seperti ini.

"Itu sementara, karena soalnya acak, lo kira-kira sendiri."

Alamak!

Kalimat Anggit tersebut bagaikan petir yang menyambar otak Roman. Ibarat kalau sudah diterbangkan jauh namun di jatuhkan begitu saja. Itu berarti sia sia dia menuliskan jawaban. Anggit syalan!

"Lo emang kon ...." Roman menjeda kalimatnya sesaat. "Kon-trol emosi slur." Roman mengusap dadanya sabar.

Sedangkan Anggit hanya terkekeh pelan. Cowok itu lalu kembali fokus pada layar komputernya.

Satu jam lebih berjalan, Anggit masih menyisakan lima nomor lagi yang belum dijawab. Namun kepalanya benar-benar sudah pusing.

Anggit memijit pangkal hidungnya.

Gila saja, sebenernya dia ini murid atau tim sar? Mengapa diminta mencari x dan y yang menghilang. Mengapa tidak sharelock saja biar bisa diajak gelud?

Omong-omong ini hari ke tiga Ujian Nasional, pantas saja Roman tidak mengeluarkan contekan bahasa arabnya karena memang matematika perlu pemahaman.

"Walaupun belajar seribu tahun, kalau soalnya beda apa gunanyaaa ...." Suara fales Abi yang tak enak di dengar menggema hampir di seluruh ruangan. Suasana yang awalnya hening berubah menjadi ricuh.

"Mana suaranya! Kalian luar biasa." Rizal ikut menimpali. Dengan gaya ala Ariel Noah tapi low budget.

"Sambil komat kamit mulut mbah dukun baca manga, dengan segelas air putih lalu pasien disembur! Buahh!" sambung Roman dengan penghayatan.

"Mantra asw bukan manga!" bantah Rizal.

"Otak lo kebanyakan baca manga. Noh mending x sama y dicari, kasian mak bapaknya khawatir, hahaha," balas Abi pada Roman.

"SEMUANYA HARAP TENANG! KALIAN BISA MENGHARGAI YANG LAINNYA ATAU TIDAK!" bentak salah satu pengawas disana.

"Kamu siswa yang duduk didekat jendela." Pengawas itu menunjuk ke arah Abi, "Kamu yang nemicu kerisuhan, Siapa nama kamu?" tanya pengawas itu dengan wajah garang.

"Nama saya Al Mira dari gugus sembilan, taratakdung 2020, tara tak dung, tara tak dung tara tak, tak tak dung, parapunten akang teteh."

"HAHAHAHAHA." Tawa seluruh siswa meledak saat itu juga.

FlycatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang