Chapter Five ■ Like Prince (Seperti Pangeran) ■

3.6K 242 5
                                    

"Xarbiel, lo mau kemana?" toleh Rani saat sudah di mulut gerbang sekolahan, gadis itu menyibak rambutnya yang terurai sedikit tertiup angin petang.

Gadis yang ditanya melirik ke pundaknya kemudian tersenyum seraya mencengkram tali tas di pundak. "Mau ke toko jam."

Helda menaikan alisnya singkat, "Mau ditemenin?"

Xarbiela dengan cepat menggeleng, "Gak usah, udah biasa sendiri. Bye!" ia mengucapkan kalimat penutup setelah itu melambaikan tangan ke arah mereka lalu melenggang pergi dengan sedikit berlari.

Rani sedikit tertawa lalu membalas lambaian tangan siswi baru yang ia kenal hanya tiga hari selama bersekolah di situ. "Hati-hati, loh! Nanti jomblo abadi!"

Senyuman yang ada di bibir tipis Xarbiela memudar sedetik kemudian lalu berteriak, "Bodo amat!"

Mendengar itu teman-teman yang ada di belakangnya tertawa bersamaan lalu segera bergerak untuk pulang ke rumah masing-masing.

Xarbiela duduk di tempat tunggu halte dengan sesekali melirik ujung jalan juga arloji secara bergantian. Tak terlalu lama ia menunggu dan akhirnya angkutan umum datang.

"Mau kemana, Neng?" tanya sopir dari mobil angkutan itu sopan, ia menggunakan topi ala pengemudi pada umumnya dengan sapu tangan yang melilit di leher untuk sesekali melap peluh.

"Kesini, Pak." gadis SMA itu menyodorkan smartphone-nya di depan sopir itu yang menyipitkan mata.

"Apa atuh itu, Neng?" maklum, orang zaman yang masih perlahan-lahan mengikuti arus globalisasi.

Xarbiela menarik lagi tangannya lalu sedikit terkekeh, "Nanti saya tunjukin jalannya, Pak." tepat setelah ia mengucapkan itu Xarbiela naik ke dalam mobil angkutan yang hanya berisi ia dan seorang wanita tua.

Xarbiela tersenyum pada nenek itu lalu melihat depan yang menunjukkan perjalanan sudah dimulai.
"Masih SMA ya, Nak?" sapa nenek itu ramah lalu Xarbiela menoleh.

"Iya, Nek. Udah kelas 12, ini baru pulangan." ucap gadis itu ramah dengan senyuman yang terukir di setiap kata yang ia ucapkan.

Nenek itu tersenyum juga dengan menunjukkan kerutan yang makin menjadi dan mata yang tak terlihat karena tertutup.

Percakapan ringan nan singkat terlontar dari dua sosok perempuan yang umurnya berbeda jauh. Nenek itu turun dari angkutan lebih dahulu menyisakan Xarbiela tinggal seorang diri yang ditemani pak sopir dan angin yang berhembus sedikit kencang.

"Belok ke kiri habis itu ada toko di perempatan, nah di situ, Pak."

"Oke, Neng." sekitaran dua menit setelah menunjukkan jalan, angkutan itu berhenti lalu sang gadis turun dengan memberikan selembar uang pas.

Xarbiela masuk yang langsung disambut angin sejuk dari pendingin ruangan, gadis itu menjelajah matanya kemudian melangkah dari satu rak ke rak lain.

Belum sempat sekitar lima menit ia berada di sana, segerombolan empat orang yang tidak familier di matanya menatap ia dari ujung pintu. Kelompok pembuat onar.

Kayaknya mereka ganti olahraga, deh. Dari gelut pindah jadi kolektor waker. Olok gadis itu dalam hati lalu membuang muka dari mereka berempat yang bergerak masuk.

Xarbiela mulai melupakan sosok-sosok itu lalu dengan asik mengindahkan matanya. Joffrey berdiri tepat di belakangnya, memerhatikan gadis itu tak lepas dari jangkauan mata.

Tentu saja yang diperhatikan tak sadar, ia mundur untuk membuat jangkauan matanya lebih luas tak sengaja ia menginjak sepatu seseorang.

Refleks saja Joffrey menangkap bahu Xarbiela agar tak kehilangan keseimbangan.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang