Chapter Ten ■ Bad Student (Murid yang Buruk) ■

3K 224 2
                                    

Jadilah keempat most wanted itu berada di ruang guru dengan masing-masing berhadapan oleh guru bimbingan konseling, seksi keamanan, guru piket, wali kelas, guru agama dan posisi kepala sekolah yang berhadapan langsung dengan Arvale.

"Daniel, kamu itu murid terpelajar, nilai kamu bagus, dari dulu saya perhatikan sehabis masuk di kelas unggulan kamu udah jarang berkelahi." ucap wali kelasnya menatap Daniel yang bukan main penampilannya berbeda 180° dari biasa. Sekarang baju yang ia kenakan tak rapi lagi, yang tadinya masuk sudah terkeluar, yang tadi berdasi sekarang tidak. Apa lagi yang membuat dominan adalah ia tak memakai kaca mata semakin menyorot manik matanya berwarna hitam indah.

Wali kelasnya menghembuskan napas pelan kemudian menatap Brandon. "Brandon January Dalexsa, kamu itu memang dari awal keliatan brutalnya, tapi nilai kamu yang memuaskan itu tidak menutupi sikap tidak ingin kalah dari dalam diri kamu yang membuat dampak buruk untuk sekitar."

Kini ibu guru dari bimbingan konseling lagi yang hendak menceramahi mereka, "Kalian ini di kelas unggulan, enggak banyak loh yang punya kesempatan itu di sekolah ini, dari 1.460 siswa, kalian berdua ini termasuk di 30 yang berprestasi."

Banyak ceramah-ceramah yang memusingkan masuk ke dalam telinga mereka berdua, Daniel yang hobbynya mengamati situasi itu selalu menatap guru yang bergantian berbicara, tapi tidak dengan Brandon. Kalimat guru-guru itu masuk telinga kanan dan keluar dari kiri, enggan memahami sesutu yang mereka ucapkan padahal ia sudah tahu semua itu.

Cukup terasa waktu berjalan sangat lambat, Brandon yang awal masuk ke ruangan itu melihat jam dinding pukul 14.09 PM kini menunjukkan pukul 15.31, satu menit yang lalu bel pulangan sudah berbunyi. Pria itu terheran, mengapa bel berbunyi 30 menit lebih cepat dari biasanya? Brandon menarik napas panjang lalu menghembuskannya kasar, cukup bosan di sana, walaupun sejuk dan letaknya mengindahkan mata, tetap saja pemuda satu itu tak betah.

"Daniel dan Brandon, kalian harus nulis surat permohonan yang sudah ditanda tangani oleh 20 guru di sini dan kalian akan dapat surat peringatan pertama untuk tahun ini." final, wali kelasnya berucap yang hanya mereka berdua tatap datar saja, tak memberi ekspresi marah atau pun memberontak. Terlebih Brandon, ia setelah mendengar itu ingin bangkit dari tempatnya dan tentulah di tahan.

"Fezla, kamu yang mewakili semua yang ada di kelas karena tidak memberi laporan saat kejadian lebih dari lima menit, kamu ditugaskan memantau keamanan sekolah ini lima minggu kedepan." ucap guru piket yang masih lajang itu, ia masih beberapa bulan berada di sana melihat ekspresi jengkel dari Fezla.

Fezla menekukkan alisnya, tak lagi terdengar suara tawa yang tadi menggelegar di kelas. "Bu, saya aja tadi pas mereka kelai enggak ngelerai, masa mau dikasih tugas begitu di satu sekolah? Lagi pula kenapa saya yang diwakilkan, kan ada banyak juga yang liat." tentu ia protes, ia dalam hati mengutuk Arvale yang membawa masalah itu padanya.

"Karena cuma kamu yang keliatannya sangat menikmati perkelahian tadi sambil katawa-ketawa. Fezla, kamu milih yang bertugas mengontrol keamanan di sini atau milih bersihin toilet selama lima minggu?" ancam guru itu lagi.

Pilihannya tak ada yang menyenangkan, Fezla menopang kedua tangannya di meja lalu memberikan tatapan maut pada ibu guru itu, "Saya lebih milih dinner sama ibu aja gimana?"

"Fezla Humps!" seru guru-guru di sana yang sedang berhadapan dengan dia.

Fezla menarik lagi tangannya lalu memutar kedua bola mata, "Of course."

Kali ini kepala sekolah yang sedari tadi hanya memantau saja tanpa ikut-ikutan kini menatap Arvale mengintrogasi.

Arvale yang memang tak biasa menatap seseorang lebih dari empat detik itu menatap langit-langit ruangan.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Where stories live. Discover now