Chapter Thirty Six ■ Don't Understand (Tidak Mengerti) ■

2.1K 191 7
                                    

"Arvale! Jangan bilang piagamnya mau kamu jadiin pajangan buat pintu toilet lagi? Udah, sini Ayah yang simpan." David menghentikan anak sulungnya yang baru turun dari panggung setelah mendapat dukungan paling nyaring dengan memutar-mutar tali piagam yang baru ia dapatkan di jari.

Arvale tak pernah membiarkan seseorang menyentuh atau melewati kepalanya, bahkan untuk menaruh piagam sekali pun, ia tak menghendaki.

Arvale melihat ayahnya tanpa berhenti melangkah lalu tanpa babibu lagi ia mengalungkan piagam itu pada David dan pergi meninggalkannya.

Yup, selama ini David yang menyimpan penghargaan yang selalu Arvale dapat, karena ia tahu bahwa anaknya itu tak menginginkan itu semua. Bahkan ada yang dengan terang-terangan saat masih SD ia menjadikan pialanya yang baru ia dapat karena menang lomba rangking satu menjadi tempat penghapus papan tulis.

David mengantongi piagam Arvale lalu menyusul anaknya itu yang sudah hampir saja terjun lagi ke dunia game miliknya. David menyentuh lengan Arvale yang sudah setengah jalan memasang headphone.

"Vale!"

Arvale memutar kedua bola mata singkat dan menanggalkan kembali headphone di leher. "Apa, Yah?"

Ingin tahu mengapa ia perlakukan Xarbiela sepertu tadi? Orang di depan inilah alasannya. Secara tak langsung ia menatap Joffrey tadi seperti tak mengerti dan melihat Arvale bergantian.

Setahu ayahnya itu, gadis yang dirangkul itu kekasih putranya. Walau tak seutuhnya percaya.

David terdiam sejenak, ia melihat ke arah lain beberapa saat.

Arvale menaikkan sebelah alisnya, ayolah ia tak suka bertele-tele. Ia bisa membaca gerak-gerik seseorang. "Ayah lagi Presque Vu?"

David menekukkan alisnya, "Apa itu, Vale?" jujur, ia tak mengerti anaknya ini berbicara apa, bahkan logatnya saja tak dapat ia tangkap.

Arvale melihat saja David kini, enggan menjawab.

Daniel dan ketiga most wanted lain berdatangan di sisi Arvale. Mereka berempat juga memiliki penghargaan silver yang terkalung di leher masing-masing, milik mereka berbeda dengan Arvale yang berwarna keemasan walaupun berapa karat memang emas asli. Jelas, dia yang paling banyak ditantang.

Berangsur, mereka bergantian melepaskan penghargaan itu. Daniel memperbaiki kacamatanya sebentar lalu menoleh pada ayah Arvale.

"Presque Vu itu kejadian ketika seseorang ingin mengatakan sesuatu, namun tiba-tiba hilang atau lupa, padahal baru saja ada di memori." jelas Daniel, ia tak dengar secara langsung pembicaraan ayah dan anak itu. Tapi tentu tak dapat dipungkiri sosok-sosok penggemar Arvale ada di setiap sudut tanya menanya kepada di sampingnya tentang apa itu Presque Vu yang baru saja diucapkan Arvale.

Penguping kelas kakap memang fans itu.

David seolah merasa kalah, ia tahu bahwa teori-teori semacam ini jelas dikuasai oleh mereka yang IQnya di atas.

"Oh." David ingat sekarang setelah dijelaskan oleh Daniel, ia kembali menoleh pada Arvale. "Vale, ini tentang perusahaan Ayah."

Arvale terdiam sejenak, jujur, dia sedari dulu enggan menjadi pembisnis seperti ayahnya ini. Ia tak suka berurusan dengan kumpulan orang-orang. Tapi bagaimana pun juga, ia pewaris satu-satunya yang akan melanjutkan pekerjaan ayahnya itu setelah ia pensiun nanti, dan itu tepat saat Arvale lulus kuliah.

Arvale mengibaskan tangan dua kali ke udara, ia ingin bicara empat mata dengan ayahnya ini.

Kode pengusiran yang kesekian kali ia gunakan, keempat most wanted itu meninggalkannya dengan serentak bersikap jengah akibat pengusiran yang terus ia lakukan.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Место, где живут истории. Откройте их для себя