Chapter Eighteen ■ Playing Around? (Bermain-main?) ■

2.5K 210 6
                                    

"Sudah-sudah, kenapa kalian berempat tiba-tiba mau tukar kelompok semua?" guru itu pun mulai bertanya, ia sampai mengusap-usap wajahnya akibat bingung.

Brandon melipat tangan di depan dada, "Enggak boleh, Bu?"

"Ee.. bukan, sih. Tiba-tiba aja gitu kalian." ibu guru itu tergagap.

Tentu mereka berlima tak ada yang membuka suara, tak mungkin jika mereka bilang bahwa ini pertaruhan? Maka skenario dramanya pun akan berantakan. Mereka hanya diam dengan tatapan dingin masing-masing khas mereka menunggu guru itu memberikan keputusan.

"Xarbiela? Kamu mau tukar?" pusing lah guru itu dibuat kelima most wanted di sana, masing-masing memberikan tatapan menyayat dari dalam seolah memberi perintah melalui batin untuk memilih.

Baru Xarbiela ingin mangap membuka mulut, Arvale sudah mengebrak meja membuat semua mata tertuju padanya. "Enggak ada pilihan." Arvale berucap tajam dan ia bersender di kursi dengan melipat kedua tangan di dada.

Guru itu langsung menyatukan kedua tangannya, "Ya udah, enggak ada tukar-tukar kelompok. Sesuai urutan pertama. Kita masuk Bab V tentang Menggunakan Perangkat Lunak Presentasi, kalian buat tabel diagram tentang sub bab Chart. Waktu kalian 20 menit, kumpul ke email saya."

Mereka semua langsung berdiri dari tempat masing-masing hendak keluar dari kelas. Tapi Xarbiela tetap di tempat dengan mengedipkan mata dua kali.

Ke mana? Itu pertanyaan yang ada di benak Xarbiela pertama kali, ia bangkit juga dan mengikuti arus kemana murid unggulan itu pergi. Tentu ia paling belakang karena lambat dan hanya menjadi buntut, ketiga teman biasa Xarbiela yang sudah ada di depan celingak-celinguk mencari sosok ilang itu. Mereka segera berlari ke belakang dan menemukannya.

"Dih, ni anak kayak anak curut aja, jadi ekor di belakang." Helda menepuk pundak Xarbiela keras.

"Hehehe, enggak tahu aku. Emang mau ke mana?" Xarbiela mengunci pertanyaan pada ketiganya.

Rani mendorong punggung Xarbiela seperti kereta api agar jalannya lebih cepat sedikit. "Mau ke Lab TIK, lah."

Xarbiela mengangguk beberapa kali lalu ketiga orang itu segera mendekat ke arah Xarbiela dengan dempet-dempetan. "Xar, Xar! Gue mau nanya banyak... Banget sama lo, lo harus jawab jujur!" Rani mendekatkan wajahnya dengan wajah Xarbiela, tentu dengan masih berjalan ke laboratorium TIK kelas unggulan tersendiri milik mereka, bersebelahan dengan rooftop sekolah.

Xarbiela mengangguk sekali lalu menoleh pada Rani. "Tanya apa?"

"Lo kok kemarin gue liat ada di antara kelima most wanted itu! Depan ayahnya Arvale pula! Terus-terus masa kuping kita bertiga ini enggak salah denger, lo pacarnya Arvale?!?!" Rani berteriak di akhir kalimatnya membuat rombongan kelas itu menatap mereka sinis, terlebih ke arah Xarbiela. "Terus tadi lo kok kayak direbutin gitu sama lima most wanted tadi?! Ishh.. lo pake mantra apa woi?!" Rani yang berucap selalu diangguki kedua temannya yang lain. "Mereka berlima itu kabarnya enggak pernah pacaran dari kelas 10! Terlebih Arvale, dari lahir dia mah!"

Xarbiela menggeleng cepat meyakinkan mereka bahwa ia juga tak tahu, tapi dia yakin pada satu hal, pasti ini akal-akalan mereka saja. "Enggak, Ran. Dia itu boong-"

"Enggak usah gosip, buang-buang waktu aja." Brandon mendekap salah satu pundak Xarbiela untuk beriringan jalan bersamanya membuat ketiga orang itu melongo.

Xarbiela segera menjauh dua langkah dari dia dan menatap ia tak mengerti, "Apaan kamu gandeng-gandeng sembarangan! Enggak suka ya, aku." Xarbiela berucap polos dengan menggelengkan kepalanya, tentu ia terkejut. Kenapa dia tiba-tiba?

Brandon berhenti melangkah kemudian berbalik menghadap Xarbiela sambil kedua tangannya ia masukkan saku, "Kalau aku mau gimana?" ia berucap tajam, memang baru kali ini dia ditolak. Apa-apaan! Sudah berapa lama gue enggak gandeng cewek terus ditolak gini, sok kecantikan juga ni cewek. Awas lo.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Where stories live. Discover now