Chapter Twenty Four ■ WARNING! (PERINGATAN!) ■

2.4K 201 15
                                    

Setelah bulan mengambil alih memimpin bumi lalu direbut lagi dengan sang surya. Dunia kembali menjadi terang, mengakhiri zona penghilang lelah untuk manusia, seolah baru saja tertidur lima menit tapi ternyata sudah lima jam.

Semua terpaksa berbondong-bondong bersiap untuk memenuhi kehidupan. Sama halnya dengan siswa juga siswi, mereka segera mandi dan berangkat ke sekolah.

Untuk pertama kali dalam hidup Xarbiela, dia tak bisa tidur satu malam penuh ini sampai bias-bias surya sudah menunjukkan diri di balik pepohonan sana, sudah berbagai cara ia lakukan agar bisa tertidur. Dari menoleh ke kanan, kiri, membaca buku, menghitung bintang, mencari rasi bintang, semuanya tak ada yang bekerja.

Dia bahkan rasanya tak ingin sekolah, pikirannya berputar-putar terus di sana. Bagaimana jika dia bertemu dengan Arvale? Bagaimana jika Arvale membencinya? Bagaimana jika mereka tak sengaja bertatapan? Apa yang dipikirkan Arvale tentangnya?

Xarbiela mengacak rambutnya frustasi, sangat tak terbayang kejadian kemarin dapat terjadi. Untuk memikirkan saja rasanya tak mungkin, tapi bagaimana takdir menyusun semua itu secara sempurna? Dengan menyulut emosi Xarbiel yang kepalanya sengaja ditendang lalu setan lewat dengan sempurna menjatuhkan dia di sana.

Argghh... Xarbiela berjalan sangat lambat masuk ke gerbang sekolah, ia sangat-sangat tak sanggup dan tak kuat. Ia terus melihat sepatunya, bahkan saat sudah sampai di depan pintu kelas pun dia rasanya ingin menjadi patung penyambut saja.

Tapi entah takdir seolah menertawakan dia, ia menjalankan detik dengan cepat dan membuat bel berbunyi yang menandakan telah masukan. Tapi saat ingin mengabsensi alat, pintu sudah terbuka dahulu yang menampilkan most wanted keempat, Fezla, dengan tampang badboy-nya seperti biasa.

Baru ingin bernapas lega karena orang yang muncul bukan nama yang tertulis di otaknya, tapi ia urungkan saat Arvale juga ada di belakang Fezla menatap dia dingin.

Apaan nih, cewek. Masih berani juga turun, rasanya kalau memang ini mati lampu, udah aku cekek. Arvale berucap frustasi yang malah menjelajah ke mana-mana akibat sangat kesal dengan troble maker itu.

Fezla menatap intens Xarbiel lalu jalan melewatinya diikuti Arvale. Mereka berdua punya tugas tapi di bidang yang berbeda di waktu yang sama. Punya nyali juga, tar lo nanti bakal berlutut sama gue.

Walaupun sedang tak mati lampu seperti yang Arvale pikirkan di kepalanya, dia langsung melilitkan leher Xarbiel dengan lengannya otomatis dia berjalan berdempetan. "Burn in the hell, little troble maker." ia berucap dingin tetapi pelan yang hanya bisa didengar Xarbiela saja. Seketika gadis itu merinding.

Ya, Tuhan!! Cabut nyawaku sekarang!!!!! Xarbiela yang beriringan jalan dengannya berdoa dalam hati, malah tak menyangka lagi dia sekarang, jika Arvale akan melakukan hal gila ini padanya.

Siswa dan siswi yang baru berdatangan pun teriak nyaring tak karuan, mereka melihat bahwa itu bukan seperti dicekik, tapi malah digandeng! Mereka tak tahu bahwa Xarbiela berusaha mencari oksigen.

Fezla yang berada di depan pun seketika menoleh tercengang dan ia terpaku di tempatnya. Menatap Arvale yang terlihat mencekik Xarbiel dengan tangan kirinya dan tangan yang satu lagi memainkan ponsel. Tapi tatapan mata itu seolah tak mengartikan apa pun, dia menatap datar saja layarnya, padahal hati itu mengebu-gebu ingin membunuh murid baru itu sekarang juga.

Fezla seolah tak dianggap, ia melihat punggung orang itu yang semakin menjauh beberapa petak.

Xarbiela sudah tak tahan lagi, dia hendak menginjak sepatu Arvale tapi tentu pemuda itu tahu dan dia malah menginjak balik sangat keras. Untuk meringis saja ia tak mampu, karena pita suaranya tercekat dengan degupan jantung yang tak karuan lagi. Lututnya bergetar, lemas rasanya. Bukan, bukan karena takut mati! Salah besar, tapi karena ulah Arvale padanya kali ini lagi-lagi mampu membuat degupan jantungnya tak karuan.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Where stories live. Discover now