Chapter Fifty One ■ Call? (Panggilan?) ■

2.1K 204 60
                                    

Arvale baru saja berbaring jengah di atas king size sebuah kamar di hotel, tanpa membuka sepatu atau pun jaket, ia langsung menutup mata dengan menaruh pergelangan tangan kiri yang masih mengenakan arloji di atas dahi.

Selama 18 jam lebih mata itu terus terbuka, bukan masalah sih bagi gamers sepertinya, bahkan selama lima hari lima malam ia pernah tak tidur semenit pun. Tapi untuk tetap menjaga agar tak terkena berbagai penyakit yang tak diingin, terpaksa ia tidur.

Drrtt…

Arvale mendecak kesal merasakan getaran khas dari ponsel, masih di posisi tadi, ia mengambil handphone-nya menggunakan tangan kanan di saku lalu menaruhnya di telinga setelah mengangkat tanpa melirik sedikit pun pada layar.

Keheningan memenuhi beberapa menit, Arvale menaikkan sebelah alisnya lalu hanya membuka sebelah mata saja melirik layar ponsel. Arvale sedikit tertohok setelah melihat bahwa bukan nomor ibunya seperti perkiraannya, tetapi tanpa nama!

Arvale langsung terduduk dari posisinya tadi sambil membuka mata yang satu lagi lalu meraih satu ponsel lagi dengan cepat mengetik dan mengutak-atik sebuah nomor itu agar dia tahu siapa penelpon sesungguhnya. Sungguh cerobohnya dia.

Hanya berapa detik ia butuhkan untuk mengetahui siapa identitas pemilik nomor tak dikenal. Dia langsung bersender di kepala kasur dengan mendecak.

Seketika sebuah nama langsung terpapar di otak Arvale.

Hening yang Arvale dapatkan, tak mungkin bukan jika seorang Arvale memulai percakapan deluan? Bukan dirinya sama sekali. Pemuda itu baru saja ingin mematikan, sebuah suara melengking terdengar mematikan dari arah sana.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!"

Arvale langsung menjauhkan ponselnya dari telinga dengan sedikit tersentak. Hampir saja ia tuli mengkin jika tak bertindak.

"Berhenti berteriak," kesal Arvale yang mengebu rasanya ingin mencatuk gadis itu jika di sisinya sekarang.

"A-anu! S-saya dari operator Telkomsel i-ingin—"

"Stop it, bullshit. I know this you, trouble maker." Arvale membawa penekanan di awal dan akhir kalimatnya. Gemas rasanya ingin melenyapkan orang itu.

Berapa detik kegaduhan dari ujung sana terdengar, dari si Xarbiela itu berteriak sampai suara jatuhnya seseorang ke lantai pun terdengar.

"E... Anu! T-tadi anu!" lagi, suara gaduhnya bukan main terdengar dari sebrang sana.

"Shit," umpat Arvale semakin kesal, ia baru sadar bahwa gadis ini tengah main-main.

"Enggak sengaja ketekan, Arvale! Tadi aku pegang hp, terus-terus aku baring, terus aku—"

"Nabrak." celetuk Arvale memotong.

Keheningan beberapa detik, "Bukan! Habis baring terus—"

"Nabrak."

"BUKAN, ARVALE! TERUS KETEKAN!!!" teriak Xarbiela frustasi dari sebrang sana.

Arvale sedikit terbawa suasana, ia menyunggingkan senyuman tipis di salah satu sudut bibirnya.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant