Chapter Thirty Two ■ Bomb (Peledak) ■

2K 191 5
                                    

"Kenapa? Kamu tanya kenapa?" Xarbiel mengangguk sesekali diselingi ucapannya. "Aku ucapin terima kasihhh banget sama kamu,"

Yaelah! Ni orang enggak nyadar atau gimana sih?! Aku kena buli! Malu banget parah!

Xarbiela tersenyum ketus. "Ada yang hangat, tapi bukan air. Dingin, tapi bukan kulkas. Panas, tapi bukan matahari. Bernapas, tapi bukan manusia!"

Arvale terkekeh angkuh di tempatnya, "Ada yang diam, tapi bukan maling. Rusuh, tapi bukan demo. Bungkam, tapi bukan patung. Bertingkah, tapi bukan insan."

What the?! Oke, ini mulai parah.

Xarbiela mengebrak meja sekali lagi. "Heh! Aku nyindir kamu ya! Ngepain kamu nyindir balik?!"

Arvale bergeming dua detik menatap mata birunya makin membuat Xarbiel salah tingkah. "Ehem," Arvale berdehem dengan kepalan tangan di depan mulut, tahu saja dia jika baru saja dilihat begitu, si Xarbiela ini sudah salah tingkah. "Seperti mendaki, semakin tinggi kamu memanjat, semakin banyak yang kamu lihat." Arvale menurunkan kakinya dari meja dan beranjak berdiri tepat di di depan Xarbiela yang sudah mati gila oleh kharismanya.

Tak ingin menunduk untuk menatap orang itu, ia hanya mengerakkan bola matanya saja. Terlihat sekali angkuhnya. Jari telunjuk di tangan kiri Arvale kini mengetuk dua kali pelipis Xarbiela. "So, use your brain, troble maker."

Hening di sana tak ada yang membuka suara satu pun, mereka rasa ini perang? Tapi bukan perang? Argghh.. semuanya tak mengerti.

"Uhuk-uhuk!" Brandon terbatuk tercekat saliva-nya sendiri. Memecahkan suasana hening di sana.

Arvale duduk kembali di tempatnya dengan tangan kiri ia topang di kepala kursi, lagi.

Kalah? Kalah, 'kah aku sudah? Hanya orang ini yang terus-menerus membuatku terdiam membisu?

Untuk mengerakkan sendi kakinya saja ia tak bisa. Ia terdiam memaku dengan tatapan yang tak lepas dari sosok itu, ia terheran, terbuat dari apa, 'kah dia itu?

Brandon kali ini sengaja terbatuk lagi dengan keras. "Gue harap kalian segera bernapas." langsung serentak bersamaan siswa-siswi di sana langsung menurunkan dadanya yang sedari tadi mengembung.

Tahu saja Bran ini, terlihat mereka semua tak bernapas, bahkan ada yang belum berkedip membuat matanya mengering.

Xarbiela mengepalkan tangan, "Arvale, aku tahu kamu ini orang kaya. Kamu juga pintar, tapi dengan itu semua. Enggak bisa nutupin sifat kamu yang keterlaluan tahu enggak!" gadis itu naik pitam sudah, ia tak tahu rasanya bagaimana terkucilkan di antara semua orang yang tak suka terhadap kehadirannya saja, menoleh sedikit, maka tatapan mereka membunuh seketika.

Brak!

Arvale menendang mejanya ke depan membuat deretan meja di depannya, termasuk kursi dan meja Xarbiela terhambur seketika.

Auranya tak santai lagi, ia membawa situasi nol derajat celcius, semua di sana tercekat pula. Arvale menaikkan dagu menatap dingin sosok di depannya. "Heh, sekarang aku tanya sama kamu. Bom mana yang enggak meledak kalau dibakar sumbunya?"

Nada dan tatapan yang ia bawa sama sekali terkesan datar, tapi dengan situasi yang ia bawa, dinginnya AC di sana kalah dengan menusuknya aura yang ia bawa sampai ke tulang.

Terbungkam lagi bibir itu dibuatnya, seperti terpotong pita suara.

Rani, Gabriel dan Helda segera menarik Xarbiela keluar dari kelas mereka. Tak pernah satu pun dari mereka yang pernah melihat Arvale sedingin sekarang kecuali keempat orang yang selalu bersamanya, karena selalu mereka yang terkena imbasnya jika orang itu seperti iblis.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Where stories live. Discover now