Chapter Fourty Eight ■ Neighbor? (Tetangga?) ■

2.1K 197 26
                                    

"Nak, asli orang mana? Kok kayak bukan orang Indonesia?"

"Duh, anak saya ada tiga loh. Tinggal pilih aja mau yang mana."

"Enggak usah sama anak saya, sama saya aja sekalian. Gak papa, kok saya."

Para tetangga langsung menyerobot masuk dan menyerocos seenak jidat mereka saja, sama seperti fans para gadis Arvale di luar sana. Gurau mereka keterlaluan sekali.

Para tetangga satu menatap tetangga yang lainnya, mereka diacuhkan sedari tadi dengan pemuda bak malaikat itu.

"Enggak dengar kali, ya?"

"Duh, ganteng-ganteng masa budeg sih?"

"Jangan sombong-sombong atuh, Dek."

Ngomong aja terus, ngomong. Enggak akan dibalas kali sama Arvale. Xarbiela yang duduk di samping Arvale tentu saja panas mendengar para tetangganya yang menjodoh-jodohkan anak mereka, bahkan ada yang rela menjadikan Arvale suami kedua. Gila emang, enggak liat apa ada orang di sampingnya?

Auralia menoleh pada Xarbiel, "Xar, dapat di mana ini? Kok enggak pernah cerita sama bilang ke Mamah?" ibu Xarbiel menunjuk Arvale yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya seorang, para emak-emak tentu kudet, tak tahu apa jika headphone yang terpasang di kedua telinga Arvale itu masih berfungsi? Tentu mereka bukan yang pertama diabaikan oleh Arvale.

"Dapat? Mama kira dia harta karun apa? Emang berharga sih, hehehe." Xarbiel mengaruk belakang lehernya. "Itu loh, Ma. Yang pernah Mama baca situsnya."

Auralia seketika membulatkan mata, baru ingat sekarang. Pantas wajah tampannya ini tak terlalu familier.

"Duh, Arvale itu ya?!"

"Kang gamer dari sekolahmu ya, Xar?"

Dua tetangga berucap bergantian pada Xarbiela.

Xarbiel mengedipkan mata agak cepat, "Kang gamer? King gamers kali."

"Ya, pokoknya itu lah, Xar!"

Arvale akhirnya melirik Xarbiel sinis dari ekor matanya. "Bisa usir enggak orang-orang aneh ini?"

Seketika hening tak bersuara para gerombolan tetangga itu mendapat satu kalimat yang mampu membuat mereka membisu serentak.

Xarbiela yang mendapat tatapan mematikan dari Arvale pun hanya bisa menelan ludah saja.

Arvale memutar kedua bola matanya lalu menekan tombol home, ia membuka WhatsApp miliknya kembali.

Pemuda itu berpikir sebentar, dia tadi turun dari mobil hanya kerena mendapat kabar dari Kyle bahwa David pulang untuk menjemputnya untuk acara pembisnisan lusa hari.

Arvale hanya tak ingin bertemu ayahnya saja lebih lama. Tapi untuk apa dia turun? Dia bisa saja berlama di mobil sambil memainkan game sampai waktu yang ia mau, tapi kenapa malah dia spontan saja mengingat tawaran Xarbiela untuk mampir? Konyolnya dia.

Arvale mendengus sebal, satu kesalahan sudah dia perbuat, bahkan belum satu hari dia menjalin hubungan spontan yang dia buat tadi secara tiba-tiba. Siap-siap satu persatu masalah akan masuk di kehidupannya sebentar lagi.

Arvale membuka grup dan menscroll sampai bawah tanpa membaca satu kalimat pun. Di tahu bahwa 99+ nontifikasi dari grup itu tengah memperdebatkan keputusannya tadi yang secara tiba-tiba mengklaim bahwa trouble maker miliknya seorang. Pemuda itu tak perlu repot men-silent nontifikasi, karena itu sudah ia lakukan saat pertama kali grupnya dibuat. Padahal awalnya Arvale sudah kick satu persatu mereka semua dan keluar dari grup itu berkali-kali. Tapi tetap saja keempat orang itu tak gentar.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Where stories live. Discover now