Chapter Fifty Four ■ Fainted? (Pingsan?) ■

2K 196 27
                                    

Xarbiela tak bisa berhenti tersenyum sedari habis di kantin tadi, sebuah kalimat itu terdengar ajaib di bibir Arvale, alias pasangannya sekarang.

Ia berjalan berdampingan dengan Arvale dan yang lainnya, berada di antara ketiga most wanted paling diincar di sekolah? Apa lagi menjadi pasangan seorang most wanted yang paling disegani. Kenyataan yang tak pernah diimpikan. Impossible.

Bugh!

Xarbiela mengaduh, ia tak lihat-lihat saat jalan. Gadis itu membuka matanya melihat bahwa sebelah tangan Arvale berada tepat di depan dahinya menjadi penghalang antara dinding dan kepalanya terjadi benturan.

Tatapan Arvale yang tadi tak ada ke arah lain selain ponselnya kini menoleh tak bersahabat pada Xarbiel.

"Selain otak yang enggak berfungsi, ternyata matamu juga, ya." ketusnya lalu meninggalkan Xarbiela dan kedua temannya yang lain. Ia kembali memainkan game-nya.

Edward melihat punggung Arvale yang mulai menjauh lalu memerhatikan Xarbiel yang terbengong tak jelas. "Mau dibilang sweet kok kayaknya enggak cocok ya?"

Xarbiela berkedip dua kali lalu tersenyum kecut. "Sweet? Arvale sweet? Tunggu matahari terbit dari barat kali." Xarbiela mempercepat langkahnya jengah, masih ada status saja tetap ada bumbu cabai di bibirnya.

Edward tak memedulikan Daniel yang melihat tanpa ekspresi yang menarik, hanya datar saja. Ia meninggalkan bibliophile itu dan menyusul Xarbiela yang agak menjauh, Edward mensejajarkan langkahnya untuk berdampingan.

Daniel yang tadi tak tertarik sama sekali pun akhirnya menaikkan sebelah alisnya melihat tingkah Edward. Daniel tak bergerak seinci pun dari tempatnya tadi, ia bersender di dinding tempat Xarbiela hampir terjeduk tadi sambil melipat kedua tangannya di depan dada seraya menghitung mundur.

"Akan tersulut sumbu api dalam tiga, dua, satu." ia bergumam memerhatikan dari jauh. Dan benar saja, Arvale muncul berjalan putar balik. Walaupun pandangan tak beralih dari ponsel, semua tahu bahwa ia adalah orang yang sangat peka terhadap sekitar. "Sepertinya kepekaan rangsangan dari Arvale tertular padaku?"

Saat Arvale tepat berada di depan Xarbiel, dia akhirnya menoleh pada Edward mematikan lalu meraih tangan Xarbiela menggunakan tangan kirinya dan tangan yang satu lagi untuk ia topang handphone.

"Upaya penikungan, huh? Aku rasa baru semenit aku tinggalkan dia." Arvale setelah meraih tangan Xarbiel pun tak membiarkan tangan itu bertautan menyatu lebih dari dua detik, Arvale melepaskannya dan meraih leher Xarbiel sebagai pengganti untuk ia gandeng.

Seperti biasa, gaya tercekik.

Mau berbagai gaya yang tak biasa dari Arvale lakukan pun rasanya Xarbiela masih tak mampu menetralkan jantungnya yang berdetak tak karuan.

"Breathe." Arvale berucap yang tatapannya terkunci pada layar.

Xarbiela langsung menghembuskan napasnya lalu sedikit mendongak melihat Arvale dari samping di posisinya sekarang. Pipi gadis itu semu merah dan sangat terasa panas.

Arvale menoleh balik, jarak mereka hanya terjarak tak lebih dari sejengkal.

Melihat Arvale dari jarak sedekat ini? Aku rasa aku akan pingsan sekarang.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Where stories live. Discover now