Chapter Fifty Five ■ What?! (Apa?!) ■

2K 204 44
                                    

Sudah tiga kali Arvale menyambungkan telpon dengan sebuah nomor tanpa nama yang tertera di handphone-nya.

Waktu sudah menunjukkan pukul untuk pulang ke rumah masing-masing, bahkan sudah lewat. Tapi satu sosok itu sibuk mengutak-atik monitor komputer di sekolahnya.

Arvale makin mendecak tak menemukan tanda-tanda keberadaan Xarbiel sekarang, tasnya ada di kelas dan ponselnya ada di nampan meja UKS tadi.

Jikalau ingin melacak pun sosok itu tak membawa ponselnya. So? How to find her?

Arvale mengebrak meja tumpuan keyboard di hadapannya saat mendapat hasil nihil dari pencariannya.

Keempat temannya yang lain hanya menjadi ekor saja di belakang Arvale tanpa berbuat sesuatu yang berguna.

Brandon asik saja memakan permennya sesekali melirik Arvale yang sibuk sendiri di lab mencari pacarnya.

Fezla hanya terbengong melihat most wanted pertama itu dengan bersender di dinding.

Daniel tak sepenuhnya peduli, dia membaca buku saku miliknya.

Edward? Dia hanya melihat tingkah Arvale dengan memutar-mutar kunci mobilnya di jari telunjuk.

Bran akhirnya mendecak, "Sudah lah, Vale. Tinggal aja, kalau hilang pun lo enggak jadi tersangka penculikan."

Edward mengambil napas pelan, "Siapa suruh enggak perhatian, bukannya tungguin pacarnya yang sakit di UKS, malah main game. Salah sendiri." Edward malah nyolot.

Fezla melirik Edward sekali lalu menoleh pada Arvale, "Kan Xarbiel itu cuma alibi-alibi doang jadi pacar Arvale biar dia dikata normal, pacar sesungguhnya itu cuma game seorang."

Daniel terkekeh pelan sendiri sontak membuat Bran, Fezla dan Edward menoleh padanya. Daniel yang merasa diperhatikan pun menoleh lalu menaikkan kedua alisnya. "Why? I'm just read my book," ucapnya santai lalu kembali menoleh pada deretan tulisan.

"Oh sialan, kirain mau nambahin—" Bran melempar bungkus permennya pada Daniel.

"Berisik, ciri-ciri teman enggak guna ya kayak kalian." ketus Arvale lalu berdiri dari tempatnya mengandeng tasnya di salah satu bahu lalu keluar dari sana.

Keempatnya masih belum bergerak menyaksikan kepergian Arvale.

Fezla menoleh pada Brandon lalu bersender padanya, "Teman enggak pengertian ya Arvale, sebenarnya gue ini lagi malas banget buat gerak. Buat bernapas aja rasanya malas."

"Oh, jadi lo mau mati? Silahkan, gue bakalan jadi orang pertama yang ngucapin belasungkawa buat lo." Bran bersemangat mengucapkannya sambil menyikut Fezla yang bersender di bahunya lalu melenggang pergi.

"Teman brengsek ya gini, bukannya dihalangin temannya mau mati." Fezla geram sendiri.

Daniel melirik pada Fezla lalu tersenyum kecut. "Yang diomongin Brandon ada benarnya, biar aku tambahkan sedikit—"

"Bacot! Gue tahu otak-otak kalian itu sama kurang ajarnya." Fezla memutar kedua bola matanya lalu pergi juga dari sana disusul Daniel juga Edward dari belakang.

Mereka bertiga mendapati Brandon yang celingak-celinguk mencari sesuatu.

"Lah, Arvale mana?!?!" teriak Bran yang membuat suaranya bergema di sekolah itu karena minimnya frekuensi suara dari kerumunan orang biasanya di suasana pulangan seperti ini.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang