Chapter Fourty One ■ Brandon January Dalexsa ■

1.9K 191 19
                                    

"Kak Arvale!" seru seorang gadis dari arah gerbang, si sepupu, Resti.

Yang dipanggil tak menyahut, dia melirik sebentar lalu melanjutkan langkahnya tanpa berhenti. Headphone-nya tak ia pasang, tangan kirinya ia masukkan saku yang sebelah lagi memegang ponsel dan di bahu kiri terdapat tas miliknya bergantung.

"Kak!" ia berseru kembali lalu berjalan berdampingan dengan Arvale. Ia tersenyum sambil melihat ponsel sepupunya yang tengah bermain game online.

"Oi, Arvale!" Brandon berseru dari belakang sambil merangkul Arvale memberi jarak antar sepupu itu. Bran melirik Resti yang sudah kesal seperti kebakaran jengot. "Ngepain lo? Enggak punya sekolah ya?"

Rencana Bran yang tadi tak akan menegur Arvale sampai pulangan kini sudah ia buang jauh-jauh, most wanted pertama itu tak merasa kehilangan sama sekali.

"Kak Arvale! Ngepain sih beteman sama si Bran ini! Enggak jelas banget orangnya," Resti berdampingan dengan Arvale di sisi yang lain.

"He's not my friend?" Arvale berucap sambil menepis tangan Brandon dari bahunya.

Bran memasukkan tangan ke saku masih sambil berjalan bersama Arvale. "Tega lo, Vale! Teman ganteng gini enggak dianggap." Bran melirik pula pada Resti, "Dan lo, enggak usah sok kenal! Walaupun status lo itu sepupu Arvale, lo itu tetap anak angkat. Enggak ada hubungan darah! Mau lo poles sebanyak apa pun pencerah wajah lo itu sampai bersih tak bernoda, tetap aja lo itu enggak akan diterima Arvale. Sadar dikit napa sih?" tajam!

Resti menggertakkan gigi kesal, hanya karena mereka bertemu saat kelas 10 dulu, mereka berempat itu tahu rahasianya. Si Daniel itu pasti yang membeberkan identitasnya, makanya dari dulu ia tak pernah meragukan kepintaran Daniel.

"Enggak usah nyaur deh!" Resti terlihat geram, dan itu yang ingin Bran lihat. Resti kini menoleh pada Arvale, "Kak Arvale pulang sendiri ya?"

"Enggak! Sama gue! Kenapa lo?" Bran kini menyaur lagi, senang dia memang mengganggu orang yang tak dia sukai.

"Ih! Apaan sih! Enggak mungkin lah Kak Arvale pulang sama lo-"

"Iya, dia pulang sama aku. Kenapa?" nada dingin khas dari Arvale terdengar, ia menoleh datar bercampur uap es pada Resti sekilas lalu memutar kedua bola matanya meraih kunci mobil dari saku.

Brandon langsung memeletkan lidahnya dengan mata yang ia julingkan pula sambil membuntuti Arvale dari belakang.

Tak bisa berkata sudah jika Arvale membuka bibirnya yang bagai membekap lawan.

Bran segera naik ke mobil Arvale di kursi pengemudi dan meraih kunci dari tangan pemilik. Brandon mengeluarkan mobil Arvale dari parkiran lalu membuka kaca pintu mobil mendongak keluar jendela sebentar melihat Fezla, Daniel dan Edward yang bergerak keluar dari lift.

Mereka tadi sedang berurusan dengan guru, tepatnya Daniel. Tapi tentu sebagai teman yang ingin tahu segalanya, Fezla dan Edward ikut serta.

Bran melajukan mobil terlebih dahulu, sengaja agar mereka tertinggal.

Brandon mengambil jalan pintas, tak seperti jalur yang biasa dia lewati. Dia memutar arah.

"Vale, lo mau tahu sesuatu enggak?" Bran berucap melirik Arvale di sampingnya.

"Gak." dia menjawab cepat masih melihat layar yang bagai menjadi candu di kehidupannya.

"Enggak asik banget sih lo, Vale." Bran memukul stir mobil.

Cit!!

Brandon mengerem mendadak lalu menajamkan penglihatannya sambil menyipitkan mata.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Where stories live. Discover now