Chapter Fiveteen ■ Canteen (Kantin) ■

2.6K 208 1
                                    

"Duh asli lapar gue." ucap Brandon sembari di tempat duduknya sambil memegang topi.

Edward melirik singkat, "Kasian, si pemakan permen kehabisan stok."

This time, to have break.

Suara bel istirahat pun akhirnya berbunyi, berangsur keluar siswa juga siswi dari kelas mereka masing-masing.

"Xar, ikut enggak?" tawar Rani yang mendatangi tempat Xarbiela, ia terduduk lesu di kursi sambil menatap fentilasi.

"Deluan, gih. Aku ngambil buku aku dulu." nadanya terdengar mengemaskan dengan ditambah raut wajah polos yang ia punya.

Helda tertawa singkat, "Mau dibantuin enggak?" godanya dengan melipat kedua tangan, Xarbiela mengangguk seperti anak kecil yang bibir bawahnya ia tumpuk di bibir bagian atas. "Tomboy-tomboy kok cupu."

Xarbiela mengembungkan pipi, "Aku enggak tomboy!"

Rani mengacak satu pinggangnya sambil mereka berempat melihat ke arah fentilasi. "Gimana coba ngambilnya? Tinggi tuh. Naik meja?"

Helda menggelung lengan bajunya sampai atas siku. "Iya lah, tapi enggak pakai meja Arvale pastinya, takut gue." ia terkekeh pelan lalu menarik meja Xarbiela untuk mendempet meja Arvale. Untung kelompok para most wanted itu sudah pergi.

"Hel, Hel! Guru, Hel! Turun!" seru Gabriel yang melihat arah pintu memancarkan lampu hijau, seketika Helda turun dari meja belum sempat ia ambil. Mereka bertiga lalu berdrama seolah sedang mengobrol ria sambil melirik sesekali guru yang baru muncul itu.

"Habis istirahat, ketua kelasnya suruh temuin saya." ucap Pak Danni sebagai guru Seni di sekolah itu, mereka berempat mengangguk mantap sampai guru itu keluar.

"Hedeh... Hampir aja lo ketahuan, Hel. Ayo, gih! Nanti aja tuh novel bisa diambil pulangan." Rani dan Gabriela langsung menarik kedua tangan Xarbiela agar bangkit dari sana tak terlarut dalam masalah sepele itu.

"Tapi.. Bukunya baru datang kemarin itu aku PO.. Mahal.." Xarbiela jongkok yang malah membuat temannya makin menarik ia untuk keluar. Terseret lah sampai pintu.

"Nanti diambil, Xar-bi-ela! Makan dulu! Gue laper!" Rani dengan kawan-kawannya menyeret sampai keluar kelas setelah melakukan absensi.

Berbagai elakan Xarbiela lakukan tapi tak mempan, terpaksa ia mengikuti mereka dengan raut wajah murung. "Ini gara-gara tiga most wanted itu!!"

Seketika Rani, Gabriel dan Helda menatap ia tajam serentak. "Diam!!"

Para most wanted itu melewati lorong menuju tempat biasa mereka saat istirahat, mereka berhenti di depan pintu menunggu Arvale mengeluarkan kunci, pemuda itu membuka headphone dan menaruh ponsel di samping telinganya, mendapat telepon

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Para most wanted itu melewati lorong menuju tempat biasa mereka saat istirahat, mereka berhenti di depan pintu menunggu Arvale mengeluarkan kunci, pemuda itu membuka headphone dan menaruh ponsel di samping telinganya, mendapat telepon.

Brandon mendekatkan kupingnya ingin mendengar telepon yang ia tak tahu dari siapa, orang sibuk suka sekali menerima panggilan. Apa lah daya dia.

"Vale, kunci tempat biasa kamu sama teman kamu tempatin udah Ayah ganti, jadi sampai enam bulan ke depan kalian harus makan di kantin. Biar hukuman kalian berjalan sepenuhnya." ucap seseorang di sebrang sana yang dipastikan itu adalah ayahnya.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Where stories live. Discover now