Chapter Sixty Seven ■ I Promise, God (Aku Berjanji, Tuhan) ■

2.5K 218 93
                                    

Bulan sudah pindah posisi dengan keagungan matahari, sinarnya cerah di atas sana. Tapi saat waktu terus berjalan dan tak mungkin berhenti, satu sosok di atas ranjang pasien di rumah sakit itu tak kunjung membuka matanya.

Ia memakai masker oksigen dan urat nadinya ditusuk infus. Kedua orangtuanya ada di ruangannya setelah ia menjalani operasi kemarin. Kyle tak berhenti menangis, begitu juga Resti, ia terus memeluk Kyle dengan banjir air mata. Tak bosan mereka menemani Arvale di masa kritisnya, bolak-balik mereka keluar masuk ruangan karena berbagai spesialis dokter bergantian mengecek keadaannya.

Keempat sahabatnya memberanikan dan meyakinkan diri mereka sendiri untuk menjenguk Arvale, walaupun orang itu ketusnya tak berujung, tetap saja maka sebagian dari diri mereka ada yang kurang jika tak ada kehadirannya, keempatnya tak ada yang sekolah juga menemani Arvale.

Tak ada yang membuka suara sedikit pun di sana kecuali Kyle yang terus-menerus mengerang sakit di dadanya.

Bran mengepalkan tangannya kuat-kuat, dia sudah tak tahan! Brandon menarik kerah Edward dengan membara, "Ini semua gara-gara lo, Ex! Kalau aja lo enggak ngerusak semuanya kemarin, Arvale enggak akan di sini! Lo egois banget, sih. Udah tahu Xarbiel itu pacarnya Arvale, masih juga lo mau embat, enggak ada harga diri emang lo!"

Edward membalas menarik kerah baju Brandon kuat-kuat, "Gue yang salah? Tapi semua yang gue omongin bener adanya! Lo enggak usah ngelak kalau hubungan Arvale itu cuma sekedar taruhan!"

Bran makin mengepul emosinya, ia meninju keras rahang Edward lalu menarik lagi kerahnya. "Emang kalau taruhan kenapa? Enggak ada salahnya jikalau Arvale aja mau, lo enggak mikir? Sifat Arvale berubah waktu sama Xarbiel beberapa hari ini! Punya otak, 'kan lo? Bisa mikir, kan? Gue aja pacarin pacar gue terpaksa, tapi apa adanya sekarang? Gue enggak masalah, malah gue perlahan emang beneran suka sama dia. Lo memperkeruh suasana aja biar Xarbiel mau sama lo, lo enggak usah ngelak. Lo benci sama Arvale? Iya? Lakuin secara jantan, brengsek." Bran menendang perut Edward sampai ia termundur ke belakang.

Edward tak terima, dia membalas pukulan Brandon padanya tepat di dagu. "Lo tau apa tentang gue? Enggak usah sok tahu!" elaknya lalu meraih kerah Brandon balik tak ingin kalah.

Fezla dan Daniel menengah, walau mereka pun punya opini masing-masing, tapi saling menyalahkan tetap saja tak berguna. Kedua orangtua Arvale pun berdiri dari tempatnya menuju perkelahian antara Brandon dan Edward di dekat pintu sana disusul Resti yang mengusap air mata di wajahnya.

"Kalian kayak bocah tahu enggak?! Emang dengan kelai begini Arvale bakal bangun? Pikir pakai otak!" Daniel menatap menggebu keduanya, ia pun sama pusingnya, tapi tak ia utarakan.

Fezla meraih lengan Brandon keras agar tak bertindak lagi, "Stop, Bran. Stop! Enggak guna kalian kelai kayak gini!"

"Enggak guna? Mungkin di pikiran lo memang enggak guna! Gue mau jernihin si brengsek satu ini dulu supaya kedepannya enggak kesetanan kayak kemarin yang buat semuanya hancur sehancur-hancurnya! Xarbiel enggak lagi sama Arvale, kita diputus hubungan apa pun sama Arvale sampai ke akar-akarnya! Mungkin kalau dia ngeliat kita sekarang, kita bakal ditendang keluar sekarang juga!"

Edward ingin memukul Bran lagi, begitu pun sebaliknya, tapi lagi-lagi ditahan. "Emang lo bisa apa?!"

Bran menyeringai kecut tak suka. "Gue? Setidaknya gue enggak buta cinta kayak lo yang lebih milih cewek dibanding teman! Yang memperkeruh suasana!!"

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang