Chapter Fourty Six ■ Dream? (Mimpi?) ■

2.2K 230 44
                                    

Punya keturunan dari Arvale? Nikah dong?!

Punya keturunan dari Arvale? Nikah dong?!

Punya keturunan dari Arvale? Nikah dong?! Punya anak dong?!

Xarbiela tak bisa fokus di mata pelajaran terakhirnya. Ia melamun di sepanjang jalan tadi dan sampai di sini masih saja tak sadar.

"Xarbiela, bisa jawab pertanyaan saya?"

Arvale? Nikah sama aku?! Punya anak berapa coba? Terus-terus dia romantis enggak ya lamar aku?! Astaga, Arvale Azura Alexsa? Nikah sama aku si Xarbiela yang enggak ada daya tariknya sama sekali? Uh gila emang hayalanmu, Xar.

"Xarbiela?"

Nama anaknya siapa, ya? Xarvale? Jadi Xarbiel Arvale gitu? Ah.. ya Tuhan!

"Xarbiela?!"

"Aw!!" Xarbiela tersadar dan menoleh pada seseorang yang sudah menarik rambutnya dari belakang tadi. Arvale?

Pemuda itu menopang kepalanya dengan tangan kiri dan tangan kanannya masih setia di beberapa rambut Xarbiela.

"Eh? Iya?" Xarbiel gelagapan dengan menampar pipinya pelan, tatapannya terkunci pada Arvale seorang.

Arvale menaikkan sebelah alisnya lalu melirik sekilas guru di depan sana yang sedari tadi memanggilnya dan melirik lagi Xarbiel dengan memutar kedua bola mata. Arvale melepas rambut Xarbiela lalu mengambil pena dari mejanya yang sempat ia tunda.

Xarbiela peka, dia menoleh pada guru Sastra Inggris mereka, alias Rubby Roses sang guru sekaligus wali kelas mereka, guru yang pertama kali mengenalkan Xarbiela pada kelas yang akan menjadi sejarah di kehidupannya dapat bertemu dengan most wanted penggila game macam Arvale.

"I-iya, Bu?" Xarbiel tergagap menatap tak tenang ibu guru itu.

"Kamu dengar saya jelasin apa?" Xarbiela terdiam, dia melirik pada papan tulis yang tercoret besar sebuah kalimat Expressing Curiosity and Showing Attitudes. Materi kesembilan dari pembelajaran Sastra Inggris.

Xarbiela tak menjawab. Jujur, ia tak mendengar dan tak meresap materi yang diberikan selama pembelajaran.

"Kamu lagi mikirin apa, Xarbiela? Jujur." ibu guru itu memperbaiki kacamata dan mengacak kedua pinggangnya.

Mampus! Enggak mungkin aku bilang lagi ngayal nikah sama Arvale?!

Xarbiel menggigit bibir bawahnya kecil, ia tak berani melirik kedua mata ibu gurunya, jadi ia melihat ke arah atas pintu.

Ia tak bisa menjawab jujur. Maaf, ya Tuhan! "Ee.. enggak mikir apa-apa, Bu."

"Liar." tetiba-tiba suara Arvale menyahut dari belakang. Semua menoleh padanya, termasuk Xarbiel.

Arvale masih di posisi tadi, tangan kiri menopang kepala, tangan kanan yang memegang pena kini ia coret-coret asal di atas bukunya yang kosong. Tatapan matanya biasa saja melirik hasil coretannya.

"Tahu dari mana Arvale?" Roses mengintrogasi, yang ditanya Xarbiel, tapi dia yang menjawab.

Arvale masih tak menoleh pada lawan bicaranya, ia cuek bebek asik sendiri dengan aktivitasnya. "Cenderung mata orang jika melirik ke kanan atas ketika menjawab pertanyaan seseorang, sebagian besar jawabannya adalah kebohongan." tuturnya datar.

Brandon menautkan keningnya. "Tahu dari mana lo? Lo, kan di belakang dia, emang bisa liat gitu?"

Arvale menoleh malas pada Brandon, meremehkan otak dari seorang Arvale Azura Alexsa ternyata. "Gerak-gerik seseorang cukup mudah menjelaskan ia sedang memikirkan sesuatu," Arvale kembali mencoret kertas lalu menaikkan bahunya remeh. "Kalau kamu cukup pintar menganalisis."

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Where stories live. Discover now