Chapter Twenty One ■ Race (Lomba) ■

2.2K 213 7
                                    

"Ih.. kok tu orang nyebelin banget sih! Bukannya ngeringanin atau minimal enggak usah lah dibantu, lah ini malah ditambahin!" gumam Xarbiel yang keluar dari pintu perpus.

Hampa lah tangannya sekarang tanpa membawa pulang apa pun.

Xarbiela hendak naik ke tangga untuk sampai ke lantai tiga di kelasnya, tapi sorak-sorak riuh berasal dari lapangan menghentikan niatnya. Gadis itu jalan ke salah satu celah agar bisa melihat apa yang tengah disorak, karena kebanyakan tempat sudah diabsen oleh murid lain.

Xarbiela melihat bahwa Joffrey tengah main bola basket dengan ketiga temannya yang lain. Padahal bukan pelajaran olahraga atau pun memakai baju khusus untuk pelajaran kebugaran jasmani. Mereka tetap dengan seragam putih abu-abu dengan baju yang dikeluarkan, tanpa dasi atau pun sabuk.

Rey memantulkan bola itu ke bawah dan saat bolanya masih terpantul di langit, ia segera mendorong kedua bahu temannya yang bisa Xarbiela tangkap bahwa itu adalah Ronald dan Arya, berdasarkan cerita orang. Bahwa Ronald itu tingginya sama dengan Joffrey, dan Arya yang memakai pengikat di kepala.

Ia menyingkirkan keduanya dari pandangan dan saat bola itu hendak mendasar, Joffrey mengambil dan melemparkan ke ring membuat riuh lagi suasana di sana.

Banyak yang membawa botol minum atau pun lap tangan untuk diberikan pada orang itu. Apa lagi saat keringat membasahi beberapa bagian wajah dan rambutnya, para fans makin menggila.

Sekarang Xarbiela baru tahu, bola yang mereka gunakan itu black basketball, alias bola basket yang berwarna hitam. Sesuai julukan ketua mereka.

Xarbiel baru saja melirik mata Joffrey, orang itu sudah peka terlebih dahulu dan dia membalas tatapan Xarbiela tanpa berkedip membuat gadis itu mengedipkan mata dua kali dengan cepat. Padahal jarak antara keduanya tergolong jauh, bisa tujuh meter, tapi Joffrey peka diperhatikan seseorang yang dia tandaidi dalam pokirannya.

Ada saja fans yang nyadar ke mana arah tatapan dari Rey, beberapa menoleh juga ke arah Xarbiel dengan tatapan antipati, alias ketidaksukaan.

Gadis itu tak ingin berlama-lama di sana, apa lagi ditatap begitu, dia segera naik tangga dan ternyata bertemu ketiga temannya yang lain.

"Eh, Xar. Ngepain di situ?" tanya Helda setelah meminum botol aqua dan ia menoleh ke lapangan kemudian menganggukkan kepala tanda mengerti.

Rani pun tanpa menoleh sudah tahu jika bola basket berwarna hitam memantul tinggi, tak perlu ditanya dia siapa.

"Itu loh, kukira ada apa ribut-ribut." Xarbiela menunjuk ke arah lapangan dan segera menaiki anak tangga.

"Tiga hari lagi ulang tahun sekolah kita, Xar. Kayaknya mereka siap-siap lomba mewakilin kelasnya." Gabriel berucap sambil memakan permen karet.

Xarbiela mengangguk singkat, "Ada lomba apa aja? Kelas kita ikut enggak?"

"Banyak, Xar lombanya. Kalau sekolah kita ada acara, SMA lain diundang. Ada lomba basket, pokoknya bidang olahraga lain juga lah, terus ada kesenian, kreasi, ilmu sains, rangking satu, teknik, cerpen, puisi. Ah.. banyak deh, sampe lupa gue," Helda membentangkan tangannya daat menyebutkan kata banyak dan kemudian di tersenyum bergantian pada Xarbiela, Rani dan Gabriel. "Yang ini enggak terlupakan, dan jadi alasan juga siswa siswi lain berdatangan ke sini, karena sekolah kita punya orang yang dijulukin King Gamers, kita punya lomba inti."

"Game!!" Rani, Gabriel dan Helda berteriak bersaman.

Xarbiela menatap terkesiap ketiganya, "Harus banget ya kalian teriak," oh pantas saja setiap tanggal 1 April Rosey dan pecinta cogan lain di sekolahnya dahulu selalu dispen. Bahkan hampir sebagian besar siswi di sekolahnya dahulu dispen, Xarbiela tak pernah ikut, dulu dia selalu sibuk di tanggal itu.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]On viuen les histories. Descobreix ara