Chapter Fourty ■ Clever (Pintar) ■

2K 190 16
                                    

Geregetan mengingat kejadian saat Xarbiela dengan susah payah menyimpun satu buku demi buku yang lain ke rak semula, tak mudah!

Perpustakaan di sana menyimpun buku sesuai abjad dan tema masing-masing, dari halaman yang tertipis sampai yang tertebal tersusun rapi. Bahkan sepertinya tadi Arvale sengaja mengambil buku yang letaknya tinggi-tinggi mempersulit pekerjaan Xarbiela. Sudah berat, ditambah pula dengan letaknya yang susah digapai.

Apa lagi Xarbiela harus merampung satu buku demi buku untuk menaruhnya satu persatu, karena ia hanya punya dua tangan. Terpaksa dia bolak-balik sampai buku yang ia pinjam pun ia cari dengan susah payah karena terjatuh saat Arvale memukul dahinya menggunakan buku tadi.

Raja iblis memang.

Untung Xarbiela sayang- ups! Sabar maksudnya. Untung gadis itu sabar menanggapi sifat kejam dari Arvale.

Xarbiela berlari saat bel sudah berbunyi, padahal tadi dia berjanji tak akan lama ke perpus pada Rani, Gabriel dan Helda dan berjanji akan menyusul mereka ke kantin berapa menit, untuk meminimalisir tindak bulian Xarbiela karena tanda Warning itu masih melekat padanya.

Untung tadi Arvale bersama Xarbiel, jadi pihak orang yang mempunyai dendam tak dapat melakukan keinginan terpendam mereka. Walau Xarbiela bisa mendengar pihak yang puas tadi saat Arvale memperlakukan dia seperti pelayan.

Bruk!

Saat Xarbiela berlari kencang untuk sampai ke tangga, ada saja kaki-kaki laknat milik haters yang menyandung kakinya.

Sudah tadi jatuh, tertimpa tangga pula.

"Ups! Sorry enggak liat! Buru-buru amat! Mau ke mana?!" cekikikan para gadis terdengar.

Xarbiela segera bangkit melihat para pelaku, "Heh, Dik! Aku ini lebih tua dan lebih tinggi dari kamu. Punya sopan santun sedikit." ketus Xarbiela lalu mengibas roknya dua kali kemudian berlari kembali. Bisa gawat jika terlambat.

Saat sudah di lantai kedua, ia berlari menuju tangga untuk membawa ke lantai tiga. Bisa dibayangkan kumpulan para berandalan di sekolah itu tengah duduk di anak tangga menghalangi jalan.

Xarbiela terpaku memeluk erat bukunya melihat Joffrey dan ketiga teman yang lain tengah menghalangi tangga di sana. Pantasan tadi banyak yang memutar balik tak berani lewat dan memilih ke jalur tangga satunya saja.

Joffrey duduk di anak tangga terakhir di puncak dengan mengaitkan jari-jari tangannya, black basket ball miliknya ia injak di kaki sebelah kanan. Tatapan mata yang dingin itu lurus ke arah Xarbiel seolah memang menunggu kehadiran satu sosok ini.

Ronald dan Kevin berada di anak tangga kedua setelah puncak di bawahnya Rey dengan berdiri bersender di ganggangan tangga dan dinding di satu sisinya. Mereka merangkul bola basket milik masing-masing.

Arya yang berada di anak tangga ketiga setelah Ronald dan Kevin. Bandana hitam ia lilitkan di kepalanya, khas memang. Dia mendribble bola dengan satu tangan dan tangan yang lain ia masukkan saku.

"Hello, girl." sapa Rey dengan menaikkan salah satu sudut bibirnya singkat.

Baru Xarbiela ingin berbelok arah, enggan melewati kelompok dark most wanted itu. Sebuah bola basket sudah melayang tepat di depan wajahnya, upaya penghentian.

Xarbiel menoleh, Arya pelakunya.

"Jawablah kalau dipanggil, jual mahal banget, sih." Ronald berucap sinis.

Xarbiela mengambil napas, ia tak punya waktu untuk ini. "Maaf ya, udah masukan. Aku bukan kayak kalian yang suka ngelanggar." ketus gadis itu lalu menundukkan wajah hendak melewati mereka.

MWHSiCG [COMPLETE☑️]Where stories live. Discover now