11. Jagain?

4.7K 280 8
                                    

Sebelum baca, di usahakan untuk Vote yuk. Dan setelah membaca di usahakan juga buat komen, karena satu Vote serta satu komentar itu sangat berharga buat aku pribadi :)

Happy Reading Guys ...❤

• • •

"Ngaku aja lo."

Arjuna masih menaik turunkan kedua alisnya yang tebal dan hitam, Anaya terbelakak tak percaya menganga sebentar lalu berdecih.

"Nggak usah, kepedean deh lo, yang bener aja." Anaya mengelak, ia memalingkan wajahnya menatap kearah lain. Sedangkan Arjuna, ia semakin yakin wajah cewek itu di sebrang sana terlihat memerah padam.

"Amit-amit aja gue, waktu lo kepedean kaya gitu."

Arjuna hanya tersenyum miring, tatapannya terus menatap Anaya masih mencoba mencari suasana mengalihkan degupan jantung yang super dengan memainkan ponsel.

Setelah merasakan lebih baik, ia melirik sekilas Arjuna ternyata kembali sibuk memainkan ponsel, menghela nafas sejenak lalu ia pun kembali ikut sibuk memainkan ponsel.

Keheningan mencekam menyelimuti mereka berdua seketika, dan tentunya kedua remaja itu masih diam di ruang tamu besar rumah Arjuna.

Sesekali Anaya terpaku pada beberapa foto yang berjajar tersusun rapih di atas nakas kaca besar, menampilkan beberapa foto yang membuat Anaya terpaku ialah foto semasa Arjuna kecil transformasi menjadi dewasa tersusun rapih di sana.

Anaya tersenyum kecil, saat melihat foto anak kecil berjenis kelamin cowok dengah gigi depan yang ompong tersenyum percaya diri ke arah lensa kamera, ia menahan tawa dan pikirannya langsung tertuju bahwa itu adalah Arjuna.

"Keliatin sih, dari kecil juga udah kaya anak nakal."

Prang ....

Anaya melonjak kaget, saat mendengar suara pecahan berasal dari dapur memekikan telinganya, ia celikungan mengedarkan pandangan tatapannya beralih pada depan sofa kini tak ada siapapun lagi. Arjuna pergi, entah sejak kapan cowok itu pergi dari tempatnya sehingga Anaya tidak menyadari jika cowok itu pergi dan sudah tidak ada di hadapannya lagi.

Dengan langkah cepat, Anaya berjalan menuju suara pecahan berasal dari dapur tersebut lalu menemukan sosok cowok tengah cekatan berdiri. Arjuna terjerembab di lantai, Anaya memekik kaget.

"Arjuna!"

Satu kata yang berhasil lolos, dari mulutnya yang tadi diam melihat Arjuna kesusahan bangun dari atas lantai marmer. Dengan sigap, Anaya membantu cowok itu berdiri, Arjuna meringis kesakitan saat kaki kanannya menginjak lantai.

"Kaki gue, kram."

"Jangan ke sini, nanti lo nginjek pecahan gelasnya." sergah Arjuna memperingati.

Anaya menggeleng cepat, masa bodoh dengan pecahan gelas yang bertebaran di mana-mana membuat ia harus berhati-hati dan ia meraih bahu cowok itu, membantu Arjuna berdiri lalu membawanya keluar menuju ruang tamu dengan tangan Arjuna terulur pada bahunya Anaya cekatan kesusahan membawa tubuh Arjuna yang tak seimbang dengannya.

"Lo ngga apa-apa?" tanya Anaya, saat mereka sudah berhasil duduk di sofa.

Raut wajah Anaya berubah menjadi cemas dan takut kedua matanya berkaca-kaca, melihat Arjuna begitu menahan kesakitan dan memegangi kaki yang terbungkus perban tebal.

"Sakit,"

Anaya mengaguk paham, ia panik Arjuna semakin meringis kesakitan air matanya seketika mengalir melihat Arjuna menahan sakit pada kakinya yang kram, pelipis Arjuna mengeluarkan peluh keringat deras Anaya semakin khawatir.

Most Wanted Boy In The School (Arjuna Story)✅END √√√Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt