Most Wanted Boy In The School (Arjuna Story)✅END √√√

38. Putus (?)

Sebelum baca, di usahakan untuk Follow juga Vote yuk. Dan setelah membaca di usahakan juga buat komen, karena satu Vote satu followers serta satu komentar itu sangat berharga buat aku pribadi :)

Happy Reading Guys ... 💚

• • •

"Lagi putus Bang sama Neng Aya?"

Kedua retina cokelat yang mulanya fokus pada aktivitas pemasangan tenda kemah sontak menoleh, Gavin yang mendapat tatapan itu langsung cengengesan tanpa arti seolah sengaja menertawakan sosok Arjuna yang sekarang ini tengah menatap tajam.

"Lagi? Lo bilang?" ulang Arjuna tak menyangka.

"Gobl*k!" caci Delvin yang bertepatan saat ini tengah membantu Arjuna memasangkan tenda.

Gavin menoleh dengan kedua alis terangkat seolah bertanya dimana letak kesalahannya kali ini.

"Apaan sih, gue bener kan tanya nya?"

"Salah Pekok! Lo nanya nya salah, dan pertanyaan lo itu seharusnya gak usah di tanya in sekarang," ucap Delvin setengah berbisik.

Arjuna mendelik tajam, membiarkan kedua teman kamvret nya itu terus saling menyalahkan satu sama lain. Nafasnya menghela perlahan merasakan udara di kawasan Puncak, Bogor memang terasa menyejukkan membuat ia harus merapatkan jaket tebalnya lagi.

Camping Trip SMA Pancasila Jakarta Selatan, telah resmi dilaksanakan sekitar pukul sebelah siang tadi. Camping liburan di akhir semester yang diacarakan khusus kelas sepuluh dan kelas sebelas kini berlokasi di daerah kawasan Puncak Bogor, tempat yang aman dan strategis sangat cocok untuk anak-anak SMA yang ingin melaksanakan kegiatan acara berupa Camping.

"Lo lagi ada masalah sama Anaya?" satu pertanyaan itu terlontar dari mulut Delvin, Arjuna mendesah pelan ketika pandangannya menatap kearah seberang lapangan dengan berjejeran banyak tenda yang hanya dibatasi pagar kayu untuk membatasi letak tenda murid laki-laki dan murid perempuan.

"Gak." balas Arjuna datar, cowok itu terus menatap dalam diam. Menatap lekat seberang lapangan sana, sosok cewek dengan jaket tebal berwarna Pink Soft, rambut yang tergerai dengan Topi Bennies atau Kupluk berwarna Cream terlihat sangat menggemaskan dipadukan dengan celana jeans hitam serta sepatu Boots wanita melengkapi penampilan sederhana namun elegan sosok cewek itu.

Satu deheman milik Dellin membuat Arjuna menoleh lagi.

"Gue perhatiin dari awal berangkat sampai sekarang, elo sama doi gak barengan tuh kenapa bro? Cerita lah," kata Delvin diakhiri dengan tepukan kearah bahu Arjuna.

"Kalau cewek diam itu berarti tandanya dia marah." sela Gavin, membuat kedua cowok itu menoleh melihat Gavin begitu santai dengan ikut memperhatikan sosok Anaya tengah membantu teman-temannya di dalam tenda.

"Kurcaci juga tau, kalau cewek diam itu pasti marah dan pasti ada maunya, Kuyang!" jelas Delvin, yang langsung disuguhi cengengesan tak jelas dari Gavin.

"Ambekan terus heran, kenapa sih?" tanya Gavin kini melirik Arjuna.

"Gue gak ngerti masalah cewek," balas Arjuna, membuat kedua cowok itu menatap serius.

"Lo pasti punya salah sama dia," kata Delvin, Arjuna yang mendengar hal itu langsung mengangkat kedua bahunya ketus.

Gavin tertawa garing ketika tanpa sengaja melihat kesepuluh kuku jari jemari Arjuna masih terdapat Nail Art berwarna Pink, masih sama seperti yang ia lihat ketika tak sengaja memergoki kalau kuku-kuku cowok itu terlihat unik.

"Anjir, masih belum dihapus itu cat kuku?"

Arjuna menoleh lalu menatap kukunya, sementara Delvin menahan tawanya ketika Gavin malah tertawa keras membuat beberapa pasang sorot mata menatap ketiganya.

"Bang, lo gak tau cara ngehapusnya atau emang sengaja sih?" tanya Gavin.

Arjuna diam tak menjawab.

"Kalau udah Bucin tingkat Pro itu emang beda sih." cibir Gavin menerus.

Delvin benar-benar pusing dengan tingkah Gavin yang semakin hari semakin Bobrok saja.

"Iya Bangs*t iya! Gue gak tau cara hapusnya gimana, PUAS LO!" suara Arjuna yang meninggi membuat Delvin dan tentunya Gavin yang tampak kaget terdiam langsung, setelah Arjuna kembali berusaha menenangkan dirinya ia mengatur nafas.