45. Cemburu Akut

2K 157 9
                                    

Sebelum baca, di usahakan untuk Follow juga Vote yuk. Dan setelah membaca di usahakan juga buat komen, karena satu Vote satu followers serta satu komentar itu sangat berharga buat aku pribadi :)

Happy Reading Guys ... 💓

• • •

Cih!

"Nyesel gue kasih izin dia pelihara ini binatang," sungutnya membuat beberapa kali ia lakukan delikan maut, kepada sosok cewek di sampingnya begitu ricuh sendiri dengan satu ekor kucing yang sendari tadi terus bermanja-manjaan.

Arjuna menghelakan nafas beratnya, lalu mencoba fokus pada layar besar televisi di dalam Apartemennya.

Sudah dua jam Anaya terus sibuk bermain dengan anak kucing yang mereka bawa dari Mal tadi, dua jam pula Arjuna didiamkan oleh kekasihnya itu. Ia jenuh dan cemburu melihat anak kucing imut nan polos itu terus bermanja-manjaan bersama Anaya.

"Honey," panggil Anaya manja dan lembut.

Satu sunggingan senyum seketika terpancar lebar saat Arjuna sadar kalau Anaya bergumam memanggil dengan sebutan 'Honey', ia pun sontak menoleh dan tersenyum lebar.

"Aduh sayang nya Mamah, kamu ngantuk ya?"

Arjuna sontak membulatkan kedua matanya saat Anaya ternyata masih sibuk bicara pada anak kucing itu, hal tersebut sungguh membuat Arjuna sedikit geram.

Ingin sekali rasanya ia menyingkirkan membuang anak kucing itu jauh-jauh dari pangkuan Anaya, entah kenapa Arjuna begitu cemburu pada anak kucing yang diberi nama 'Honey' oleh kekasihnya itu.

"Gak ada bagus-bagus nya itu nama," cibir Arjuna ketus, seraya memalingkan wajahnya lagi lurus menatap televisi yang tengah menayangkan sebuah kartun Spongebob Squarepants, kartun itu salah satu deretan kartun favorite Arjuna.

"Huh?" gumam Anaya menoleh.

Cowok itu mengangkat kedua bahunya ketus.

"Bilang apa tadi?" sergah Anaya.

"Gak."

Anaya memutar kedua bola matanya dengan malas, dengan perlahan ia menggeserkan duduknya sedikit menjauh dari Arjuna yang datar-datar saja terus fokus pada tontonan nya.

Cowok itu yang sendari sadar kalau Anaya sedikit menjauh darinya langsung menahan pergerakan cewek itu yang tampak memekik kaget saat Arjuna menariknya agar kembali mendekat, akan tetapi tarikan Arjuna terasa kencang membuat anak kucing yang hampir pulas tertidur ikut terkejut lalu melompat kearah pangkuan Arjuna, dan.

"AAARGGHH ...."

Anaya terkejut amat sangat ketika Arjuna berteriak kencang langsung bangkit dari sofa, membuat anak kucing itu terjatuh ke lantai yang beralaskan karpet lembut beludru.

Anaya langsung berteriak pula ketika anak kucing kesayangannya terjatuh, hingga ia menghiraukan Arjuna yang meringis memegangi lututnya yang terbentok ujung meja di hadapan mereka.

"Honey, kamu gak apa-apa?" tanya Anaya cemas, seraya mengelus sayang Honey-nya itu.

"Meow,"

"Sayang, kamu gak luka kan? Sakit ya? Mana yang sakit? Coba sini Mamah mau liat,"

Bawah kelopak mata Arjuna berkedut beberapa kali saat Anaya begitu lebih mencemaskan anak kucing itu dari pada ia.

"Sayang nya Mamah, jangan nangis ya? Kamu--"

Ucapan Anaya yang tergantung membuat Arjuna tertunduk saat kekasihnya itu memasang wajah garang.

"Kenapa kamu lempar Honey huh?"

Arjuna mematung Anaya di hadapannya sudah mendengus mengancang-ancang siap meledak.

"Kenapa ih?"

Cowok itu memudurkan langkahnya dengan sebelah kaki masih terpincang-pincang karena perban di kakinya tetap setia membungkus sebelah kakinya yang masih terluka.

"Kalau Honey kenapa-kenapa gimana? Kenapa kamu main lempar-lempar aja?"

"Gak sengaja Ay," cicit Arjuna.

"Berani jawab?" tanya Anaya, membuat Arjuna tertunduk lagi.

"Gue refleks, waktu si kucing itu malah lompat kearah gue,"

"Jawab lagi?"

"Enggak Ay,"

Anaya mendengus wajahnya memerah benar-benar menahan amarahnya yang siap membuncah lagi.

"Jahat banget sih kamu sampai lempar-lempar Honey gitu? Sampai kebentur karpet pula, pasti itu sakit banget rasanya tau!"

Arjuna yang mulanya tertunduk kini berhasil mendongkak saat Anaya memeluk dengan sayang anak kucing itu, tak lama kemudian suara isakan terdengar membuat Arjuna menepuk jidatnya beberapa kali.

"Gu-gue gak sengaja lempar ini kucing,"

"NAMANYA HONEY!"

"I-iya, maksudnya Honey,"

Anaya menangis kecil, mencium dan memeluk beberapa kali anak kucing yang tampak enjoy-enjoy saja bahkan Arjuna terkejut saat pandangannya beradu dengan kucing itu yang tampak sedang menertawakan dirinya. Kau kalah cepat Papah. Mungkin seperti itulah pemikiran anak kucing itu.

"Meow,"

Anaya menoleh pada Arjuna yang sendari melotot-melotot pada anak kucing itu tampak mengadu membuat Anaya mencubit lengan Arjuna keras.

"Kamu harus minta maaf sama Honey sekarang,"

Arjuna diam memalingkan wajahnya hingga seketika ia meringis saat sebelah pipinya ditarik kasar. "Ah, sakit."

"Minta maaf sama Honey!"

"Buat apa, lutut gue yang kebentok meja aja gak di peluk-peluk apalagi di cium-cium kaya itu kucing," balas Arjuna ketus.

"Gitu ya? Yaudah aku pulang aja,"

"Iya Ay iya, gue minta maaf."

Ucapan Arjuna membuat Anaya tertahan, cewek itu mendelik saat kekasihnya menatap tajam.

"Minta maaf nya jangan sama aku,"

"Iya sama Honey, minta maaf nya." potong Arjuna cepat, dan langsung membuat Anaya tersenyum kecil.

'Honey, Honey, apaan. Gue jadi cowok nya gak pernah di panggil semesra itu sama lo Ay,' cerocos batin Arjuna.

"Yaudah cepetan minta maaf," dorong Anaya pada Arjuna kearah Honey tengah duduk menatap televisi sendari tadi tanpa menghiraukan ocehan Mamah dan Papah nya yang terus berdebat.

"Jangan didorong juga kali Ay, gue geli liat muka ini kucing," sarkas Arjuna, ketika Anaya terus mendorong-dorong punggungnya membuat wajah Arjuna sedikit lagi akan beradu dengan wajah mungil Honey.

"Ya makanya minta maaf,"

"Iya Ay iya, ini mau minta maaf,"

"Yaudah cepetan."

"Jangan di dorong, kalau lo dorong gue lagi gue bakal buang--"

"Bakal buang apa? Apa?" bentak Anaya sewot.

"Bu-buang, sampah." timpal Arjuna cepat.

Awalnya Anaya akan meledak seketika bibirnya mengantup menahan tawa, sementara Arjuna berupaya memberanikan diri mendekat pada Honey si kucing santuy yang tengah menonton televisi.

"Minta maaf Honey, gue gak sengaja,"

"Udah." sambung Arjuna membuat Anaya melongos mendengarnya.

"Gak tulus banget sih minta maaf nya?"

"Kan udah minta maaf, lagian si Honey nya gak jawab apa-apa," balas Arjuna datar.

Anaya menggeram kesal. "Minta maaf sekali lagi gak?"

"Gak."

"Kok gitu sih?" cicit Anaya hampir menangis.

"Udah Ay,"

Bibir Anaya mengerut kedua matanya berembun, membuat Arjuna menepuk jidatnya beberapa kali, stok kesabarannya masih tersisa hingga mau tak mau ia kembali berjongkok menatap si Kucing Honey tengah mengeong seraya menatapnya.

"Imut juga," gumam Arjuna tak sadar.

"Kalau gue sentil kupingnya dia gigit gak?" tanya Arjuna polos.

"Bukan gigit lagi, kamu bakal di kejar-kejar terus di cakar sampai beret-baret," balas Anaya sadis, membuat Arjuna meremang ngeri.

"Maka dari itu gue gak suka kucing."

"Ya kali kamu sentil kupingnya, sedangkan Honey gak salah apa-apa,"

Arjuna mengaguk-ngaguk seperti bocah seraya bergumam oh.

"Honey, gue minta maaf. Gue refleks gak sengaja ngelempar lo ke lantai, abisnya gue kaget waktu lo main lompat-lompat aja kearah gue," ucap Arjuna pada Honey, membuat Anaya yang entah sejak kapan merekam aksi itu menggunakan ponsel Arjuna terkikik geli.

Cewek itu pun tak lupa memotret beberapa gambar saat Honey seperti membalas ucapan Arjuna dengan menjilat-jilat bibir cowok itu beberapa kali Arjuna yang mulanya diam menahan nafas dan seketika langsung menjerit heboh, lalu di tambah suara gelak tawa menggelegar milik Anaya terus melengkapi ruang tengah Apartemen mewah tersebut.

. . .

"Honey, ayo kejar Mamah, ini ambil bolanya."

"Meow,"

Arjuna memijat pelipisnya yang sedikit pening, sendari tadi ia hanya diam memperhatikan Anaya dan Honey berjingkrak-jingkrak heboh seperti bermain kejar-kejaran seperti bocah.

"Honey, ayo cari Mamah."

Arjuna hanya mendelik dan menghelakan nafas lagi ketika melihat Anaya bertingkah konyol berlari cepat lalu bersembunyi di balik tirai gorden dengan di ikuti Honey seperti celikungan mencari Anaya, Arjuna yang berusaha fokus pada televisi lagi-lagi teralih saat Honey menghampirinya seolah bertanya dimana Mamah nya berada.

Cowok itu yang paham hanya mengangkat kedua bahunya malas. "Gak tau, lo cari aja sendiri."

Honey mengeong lalu berlari seperti mencari Anaya ditempat lain, kucing itu masuk kedalam kamar Arjuna lalu kembali lagi hingga cowok itu ikut tersenyum saat mendengar suara kikikan tertahan seseorang di balik tirai tertutup.

Entah kenapa hatinya menghangat saat mendengar suara gelak tawa Anaya saat Honey berhasil menemukannya, Arjuna terus memperhatikan tanpa bicara. Kebahagiaan Anaya begitu sederhana, hanya dengan memelihara satu ekor kucing kecil saja sudah membuat cewek itu terkikik bahagia.

Arjuna terkejut sendiri saat Anaya berlari menaiki sofa di sampingnya seraya berjingkrak seolah meledek Honey di bawah sana beberapa kali mengeong memintanya untuk turun, Arjuna sedikit risi karena takut kakinya akan terinjak oleh pacarnya itu yang kini terus menerus berjingkrak tanpa menghiraukan apa pun.

"Ay jangan lompat nanti--"

BRUK ....

HUAAAAAAAAAAHHHH ....

"Jatuh."

Ucapan Arjuna yang tertahan akhirnya terlontar mematung sejenak saat Anaya terjerembap jatuh ke lantai, seketika sudut-sudut ruangan menjadi nyaring oleh suara tangis Anaya.

"Belum selesai ngomong, kan jatuh beneran," lirih Arjuna, lalu menghampiri Anaya cepat yang masih meraung memegangi lututnya yang sedikit memar dan lecet.

Dengan cepat cowok itu menggendong Anaya dan membawanya secara cekatan menuju sofa lalu mendudukkannya disana, Anaya masih menangis. Honey yang tampak mengerti Mamah nya menangis langsung berlari menghampiri dan berusaha menghibur dengan mendengus-ngendus manja.

"Sakit, hiks."

Arjuna hanya diam dengan telaten mengobati luka pada lutut Anaya, cewek itu masih terisak sesekali meringis membuat Arjuna terus berhati-hati dan meniup pelan luka tersebut.

"Kan di bilang in jangan naik sofa terus lompat-lompat, jadinya jatuh."

"Hiks,"

"Meow,"

"Mamah gak apa-apa, cuma luka sedikit aja kok."

Arjuna hanya menghela, langkah akhir ia pun menaruh plester cokelat di lutut Anaya dan ikut memperhatikan Honey tengah menjilat manja bibir Anaya yang kembali tertawa geli.

Cowok itu kini tak banyak bicara setelah menaruh kembali kotak P3K kedalam laci nakas, ia pun kembali duduk di sofa dan membuka aplikasi Netflix untuk menonton film.

Anaya yang tahu kalau Arjuna kini tak lagi bertingkah ikut diam membiarkan Honey kembali berlari-lari, cewek itu ikut menatap layar besar televisi di hadapannya yang tengah menayangkan satu Drama Korea hal tersebut membuat Anaya menyergit sejenak.

"Sejak kapan kamu suka Drakor?" tanya Anaya.

Arjuna mengangkat kedua bahunya ketus, cewek itu memajukan bibirnya sebal lalu menatap Honey tengah bermain mengejar-ngejar bola kecil mainannya yang sengaja di beli oleh Arjuna tadi di toko hewan peliharaan sebelum mereka menuju Apartemen.

"Oh, Descendants Of The Sun aku udah nonton ini, seru banget tau bikin baper. Nanti kan Dokter Me-mmmph ...."

Anaya terbelalak kaget saat satu tangan Arjuna membekap mulutnya rapat. "No spoiler!"

Dengan kasar Anaya langsung menepis sebelah tangan itu yang masih membekap mulutnya, ia menoleh pada Arjuna yang hanya fokus pada Drakor nya.

"Perasaan, kamu gak suka Drakor deh,"

"Lagi gabut."

Anaya mengangkat sebelah alisnya, jawaban Arjuna yang ketus membuatnya sedikit berpikir. Hingga terlintas pikiran iseng melintas begitu saja, hingga ia pun langsung tersenyum smirks.

Dengan cepat Anaya bangkit dari sofa dan berlalu menuju Small Kitchen dengan di ekori sudut mata dari Arjuna yang mengikuti pergerakan cewek itu, Arjuna hanya menghela tak peduli lalu kembali fokus pada aktivitasnya.

Honey yang tampak baru datang naik keatas sofa dan berbaring di samping Arjuna, cowok itu diam dan tersenyum kecut.

"Capek banget lo?" tanya Arjuna.

"Tidur aja lo, ganggu banget tau. Udah tau gue cemburu lo lebih di sayang sama cewek gue, lo malah ngeledekin gue. Sebelum lo bikin gue cemburu lagi, gue bakal bu--"

Ucapan Arjuna terpotong saat sadar kalau Anaya menaruh beberapa camilan juga satu kotak ice cream di atas meja, cewek itu tersenyum ketika Honey menyapanya dan tidur di tengah mereka duduk sekarang.

Arjuna kembali diam, ia berusaha fokus pada tayangan Drakor nya dan teralih saat melirik Anaya membuka penutup kotak ice cream dan menyantapnya sangat lahap.

"Mau gak?"

Arjuna segera menepis saat di hadapan wajahnya terdapat satu sendok ice cream siap lahap. "Gak."

"Sedikit aja, ini enak lo,"

"Bodo."

Anaya menahan senyum lebarnya saat Arjuna berubah menjadi ketus padanya.

"Honey mau? Sini aku suap in,"

"Gue mau, mana sini Aaaa ...."

Anaya terkejut saat sendok ice cream nya di renggut cepat untuk menyuapi Honey langsung terganti dengan Arjuna yang cepat melahap ice cream tersebut.

"Ngapain di kasih si Honey, nanti sakit perut lagi."

Cewek itu tersenyum ide isengnya masih tersisa banyak, hingga ia pun langsung mengangkat Honey di depan wajahnya.

Arjuna yang dari tadi diam langsung menoleh saat melihat Honey siap menjilat bibir Anaya yang masih terdapat sisa ice cream.

Grep ....

Cup ....

Anaya terbelalak kaget saat lengannya di renggut kasar lalu tersenyum ketika bibirnya kini menyatu dengan material lembut milik Arjuna, Honey yang di pangkuan Anaya kini hanya diam memperhatikan.

Arjuna tak diam ia sedikit mencengram teguk Anaya untuk memperdalam ciuman mereka, cewek itu hanya pasrah saat beberapa kali lumatan terus menerus ia terima ketika Arjuna mengecup dalam.

"Meow ... Meow ... Meow ...."

Sepuluh menit aksi mereka masih ter jalankan membuat keduanya terlonjak kaget saat Honey berusaha memisahkan Arjuna dan Anaya dengan mencakar-cakar kecil paha Arjuna, mereka menghentikan aksinya dengan nafas tersendat-sendat.

Anaya tersenyum lebar dengan kedua pipi chubby nya merona padam, Arjuna mengatur nafasnya saat Honey masih mencakar lengannya. Untung saja kuku kecil kucing itu tak melukai dirinya, ia malah bergidik geli.

"Omo ... Honeyku," ujar Anaya menciumi seluruh wajah Honey dengan menutupi rasa Awkward nya.

Ini adalah rekor ciuman terlamanya dengan Arjuna, yang dulu-dulu hanya sekedar kecupan kilat dan sebagainya tapi kini? Ciuman itu berbeda, sangat aneh ketika Arjuna terus menyalurkan semua hasratnya dalam mencium Anaya dalam.

Suhu ruangan yang tadinya menghangat seketika terasa panas, dahi Arjuna berkeringat panas yang ia rasakan sekarang dengan cepat ia bangkit dari sofa lalu masuk kedalam kamarnya.

"Gue mandi dulu," ucapnya sebelum pergi meninggalkan Anaya.

Anaya mengaguk kecil lalu menghela nafasnya lega saat Arjuna seolah sadar meninggalkannya untuk sedikit mengatur serta mengusir kecanggungan, Anaya menahan gemuruh hatinya begitu bergejolak hangat. Ia raba bibirnya dan terus mengingat bagaimana Arjuna begitu sedikit liar saat memperdalam ciuman mereka.

. . .

Suara gemercik air terjatuh dari shower terdengar beriringan, terlihat sosok cowok tengah berdiam menahan dinginnya air membasahi seluruh tubuhnya terlebih kepalanya yang memanas terus teringat kejadian yang baru ia lakukan.

Arjuna berusaha menahan semua hasratnya dengan membiarkan air dingin berusaha mendinginkan otaknya, pikirannya berkecamuk. Bagaimana ia tak tergoda dengan lawan jenisnya yang tampak pasrah saat ia memperdalam ciumannya, Arjuna cowok normal ia pun memiliki rasa birahi jika sah-sah saja kalau ia sedikit tak bisa mengontrol nafsunya.

Suara erangan ia keluarkan berusaha mencairkan otaknya, dan berpikir apa yang akan ia lakukan setelah ini dengan menemui Anaya di sana.

Dua puluh menit Arjuna gunakan untuk menyegarkan seluruh badan dan pikirannya, kini ia telah berpakaian dengan mengenakan kaos polos hitam serta celana jeans hingga lutut membuatnya tampak tampan dan segar.

Dengan perlahan ia membuka knop pintu kamar dan menyisir seluruh pandangan pada ruang televisi dimana ia mendapatkan Anaya masih duduk disana, dengan menghela nafas tenang beberapa kali berani-berani ia menghampiri Anaya yang telihat tertidur dengan posisi duduk.

Arjuna tersenyum kecil saat menatap wajah damai kekasihnya itu, begitu indah dan cantik ia singkirkan poni-poni kecil rambut Anaya ke pinggir dan mengecup sekilas kening cewek itu hingga tatapannya buyar ketika menatap bibir mungil Anaya yang selalu membuatnya tergoda, Arjuna berusaha menahan hingga kedua mata yang terpejam di hadapannya berkedut beberapa kali.

Anaya sontak sedikit terkejut melihat Arjuna di hadapannya, cowok itu tersenyum kecil saat Anaya terbangun karena terusik oleh tetesan air dari rambut Arjuna yang tampak masih basah.

"Lo mandi dulu," ucap Arjuna. Anaya mengaguk dan bangkit dengan mengambil handuk kecil lalu mengeringkan rambut cowok itu yang tampak masih basah, keduanya diam tak bicara.

Honey si kucing mungil tampak menggeliat saat Arjuna mengusilinya dengan menyentuh-nyentuh perut mungil anak kucing itu.

Anaya tersenyum saat Arjuna memeluk perutnya, posisi Anaya yang berdiri tengah mengeringkan rambut Arjuna membuat cowok itu begitu leluasa memeluk erat perut datar Anaya dengan tangan masih usil membangunkan Honey tengah pulas tertidur.

"Perbannya mau di ganti?" tanya Anaya.

"Nanti aja,"

"Nanti aku bantu ganti ya?"

Arjuna hanya berdehem, lalu mendusel-dusel kepalanya dengan manja di perut Anaya yang terkiki geli.

"Gue udah siap in hoodie buat lo ganti," ucap Arjuna.

"Oke," timpal Anaya lalu masuk kedalam kamar Arjuna untuk ikut membersihkan diri.

Arjuna menghela nafas lalu menoleh pada jam dinding yang sudah menunjukan pukul empat sore, ia pun sempat menoleh pada kantung plastik berlogo supermarket masih berada di meja Bar Kitchen sama sekali belum berubah.

Ia ingat ketika Anaya akan belajar memasak harus lupa dengan kehadiran Honey yang membuat cewek itu lupa kalau ia akan belajar masak. Arjuna memasukkan beberapa bahan masakan kedalam kulkas lalu mengambil satu botol air dan meminumnya setengah, ia menatap beberapa bahan masakan berupa sayur, telur, daging, dan lain-lainnya.

. . .

Knop pintu kamar terbuka menampakkan sosok Anaya sudah terlihat segar, dengan memakai hoodie berwarna cokelat milik Arjuna yang sangat longgar di tubuhnya membuat cewek itu semakin imut dan menggemaskan.

Kakinya melangkah menuju Small Kitchen saat mencium aroma sedap di sana, lalu sedikit tertegun saat Arjuna berkutat dengan beberapa masakan tengah ia buat.

Anaya berbinar saat melihat beberapa masakan diatas meja makan kecil, semua itu buatan Arjuna.

"Astaga bau nya enak banget," puji Anaya membuat Arjuna menoleh dan sedikit kaget sejak kapan cewek itu sudah duduk di kursi meja dengan tatapan lapar siap melahap menatap makanan di hadapan Anaya itu.

Arjuna tersenyum kecil lalu membuka celemek memasaknya dan membawa dua piring kosong menghampiri Anaya yang siap melahap semua makanan itu.

"Enak banget, astaga."

"Makannya pake nasi, biar kenyang."

Anaya mengaguk patuh dengan cepat ia menyendok nasi lalu melahapnya, Arjuna yang baru saja minum sedikit tersedak ketika Anaya sudah hampir menghabiskan setengah makanannya.

"Aku lapar banget sumpah,"

"Lo bukan lapar, tapi lo doyan."

Anaya yang mendengar hal itu langsung cengengesan, mulutnya yang penuh membuat Arjuna tersenyum lagi, menggemaskan gumamnya.

"Pelan-pelan, gue gak akan ngerebut makanan lo kok,"

Anaya mengaguk lagi, dan berusaha santai akan tetapi masakan Arjuna yang menyihir lidahnya membuat Anaya tak henti-henti nya melahap cepat.

Arjuna yang hanya melahap sedikit makanan nya membuat Anaya tersadar. "Kok gak makan?"

"Udah kenyang."

"Kok?"

"Gue kenyang liat lo makan," timpal Arjuna seraya tersenyum.

"Kamu jijik ya liat aku makan?"

Arjuna membulatkan kedua matanya kaget. "Bu-bukan."

"Aku makan nya rusuh ya?"

Arjuna menggeleng cepat.

"Berlepotan pasti mulut aku?"

"Bu-bukan Ay,"

Anaya mendengus hampir menangis. "Aku gak selera makan lagi."

"Abisin Ay,"

"Gak."

Arjuna memijat pelipisnya. "Ay."

Anaya menekuk wajahnya sebal, ia menatap Arjuna dalam.

"Gue kenyang karena liat lo makan, yang tadinya gue lapar seketika kenyang karena liat lo lahap banget makannya,"

Cewek itu diam seperti mencerna.

"Gue suka kalau lo lahap banget,"

Anaya tersenyum lebar seketika, hatinya terenyuh sebentar menatap Arjuna sendu. Cowok itu membalas senyuman Anaya, dan seketika cewek itu langsung melahap lagi makanan nya hal tersebut membuat Arjuna bernafas dengan lega.

. . .

"Vin, aku punya kucing loh," ucap Anaya seraya memamerkan Honey didepan kamera.

Tepatnya kini Anaya, Gavin, Kevin, Delvin tengah melakukan Facing time alias video call. Sementara Arjuna hanya diam bicara, Anaya melakukan video call di ponsel Arjuna maka tak heran maka ketiga sahabat Arjuna lah yang menjadi teman Anaya video call.

"Besanan kuy sama Epin," ucap Gavin di seberang sana.

"Mana bisa anjay, orang itu kucing masih bocil banget," timpal Delvin di seberang, membuat Anaya tertawa.

"Namanya siapa Ay?" tanya Kevin di seberang.

"Honey,"

"Hai juga Honey," balas Gavin konyol, sontak langsung ponsel tersebut di renggut kasar oleh Arjuna.

"Eh Pak Bos, Mabar gak kuy?" cenggir Gavin kikuk.

Anaya yang sebal karena Arjuna langsung merenggut ponsel darinya langsung ia sambar lagi, dan menatap ketika cowok itu yang tampak masih stay di seberang sana.

"Minta di bogem emang lo Gav," ucap Delvin, yang hanya di balas gelak tawa Kevin dan Anaya.

"Ya gue kira, Pak Bos gak ada eh tau nya--"

"Gue masih pantau lo ya Gav." tekan Arjuna kasar, membuat Delvin dan Kevin tertawa sementara Gavin hanya tertawa ngakak.

"Belum balik lo Ay?" tanya Delvin.

"Belum,"

"Anjay, anak perawan malam-malam gini belum pulang, gak dicari in Mamah gitu?" tanya Gavin.

"Kan main nya sama Juna, jadi Bunda udah tau." balas Anaya.

"Ya iya, kan calon mantu, awokawok." cetus Gavin.

Anaya tertunduk malu mendengarnya, sementara Delvin tampak menatap nanar seolah mengartikan pandangan dengan tatapan lain.

Ketiganya terkejut saat Delvin langsung menutup panggilannya, Anaya sedikit kaget saat ponsel Arjuna mendapatkan beberapa panggilan tak terjawab dengan cepat ia langsung mematikan video call tersebut secara sepihak. Ia menoleh pada Arjuna masih fokus pada televisi.

Anaya terbelalak hebat saat melihat siapa pemanggil itu, awalnya ia biasa saja saat nomor tersebut ternyata nomor yang tak di ketahui. Setelah melihat foto profil Anaya langsung terkejut. "Raquel?"


                           081285*****
                Last seen today 07:45 PM

Jun.

Ini aku Raq.

Whatsapp aku kemarin kmu blok.

         37 Missed phone call at 07:39

Jun.

Jun.

Plis :)

Balas.

Aku mau buat kejutan buat kmu.

Aku ... Udh pulang dari Sydney Jun :)

Aku ingin ktmu kamu :)

Aku ke Apartemen kmu skrng :):)

Miss you Jun :)

And i love u :*
                                                                       
                                                      Read √√


Tatapan Anaya menjadi nanar dan berkaca-kaca ia menoleh pada Arjuna yang terfokus ke depan, kedua matanya berembun dan siap rembes dengan perlahan ia menaruh ponsel Arjuna di atas meja lalu bangkit menuju kamar cowok itu.

Arjuna hanya menghela nafas tak sadar kalau Anaya sudah menangis pelan, hingga tatapannya langsung membulat saat Anaya sudah membawa tasnya.

"Ay,"

"Aku mau pulang."

Alis Arjuna terangkat saat cewek itu tersenyum miring, dan langsung mengendong Honey kedalam pangkuannya.

Air mata Anaya yang tertahan kembali menetes saat cowok itu sudah mengenakan jaket dan mengambil kunci mobilnya, Honey tak henti-hentinya mengeong seperti memberikan pertanda dengan berkali-kali juga Anaya mencium seluruh wajah Honey.

"Honey mau lo yang bawa?" tanya Arjuna, yang langsung diangguki oleh Anaya.

Anaya memakai sepatunya air mata secara perlahan menetes lagi ketika Arjuna membantunya memasangkan tali sepatu, keduanya sudah siap untuk pergi dan saat membuka pintu sontak Arjuna terbelalak kaget saat tubuhnya terhuyung ke belakang karena mendapatkan serangan pelukan tiba-tiba dari seorang cewek langsung mendekap erat Arjuna begitu saja.

Anaya yang tampak terkejut pula langsung menundukkan kepalanya dalam.

"R-Raq?"

"Juna, aku kangen kamu. Sangat."


.
.
.


#Bersambung ....

Follow me on Insta : @sintia.dewi172
Me on Wattpad : @Sintia__Dewi172
My second page fb : Sintia Dewi & SintiaDewi

Wattpad : #MostWantedBoyInTheSchool

Thank you so much for reading guys, i love you 💜🙏💛

#Stayathome #Quarantine #BeBlessed

Most Wanted Boy In The School (Arjuna Story)✅END √√√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang